Share

Bab 5 Si Jenius, Afreen

Penulis: Ardhya Rahma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-05 12:51:09

Malamnya di ruang bermain kediaman Alvaro, terlihat Ambar tengah menemani Afreen bermain. Namun, berbeda dari bocah kecil menggemaskan itu, alih-alih memainkan mobil-mobilan di lantai, Ambar justru tampak terbengong-bengong.

Bagaimana tidak? Hatinya terus bertanya-tanya apakah keputusannya menikah dengan sang majikan tidak terlalu gegabah? 

Ambar mengembuskan napas pelan untuk membuang resahnya. Namun rasa gelisahnya itu tetap tidak mau pergi, terutama saat membayangkan nanti akan berhadapan dengan keluarga besar Hadinata. 

“Akan ada perang dunia," gumam Ambar.

Bekerja untuk Alvaro selama empat tahun membuat Ambar tahu hampir segalanya mengenai sifat tiap-tiap anggota keluarga besar Hadinata, begitu pula dengan permasalahan dalam keluarga tersebut. Dan, kalau dirinya menikah dengan Alvaro, pasti salah satu masalah terbesar untuknya adalah ibu tiri dari pria tersebut, Siska Yunita. 

"Miss Ambar kenapa?"

Ambar tersentak dari lamunannya. Dia menoleh ke arah sumber suara, tempat seorang bocah berwajah mungil dan mata bulat menggemaskan tengah menatapnya khawatir.

“Afreen,” panggil Ambar dengan senyuman. “Miss baik-baik saja kok, Sayang.”

Sudah sangat terbiasa Ambar dipanggil ‘miss’ oleh bocah tersebut, terutama karena itu juga panggilan Afreen kepada guru-gurunya di sekolah.

Afreen menghampiri Ambar. Dia berdiri di depan Ambar yang sedang duduk di karpet. Tangan mungilnya diletakkan di kedua pipi gadis itu. Matanya mengamati wajah Ambar dengan saksama. 

"Wajah Miss terlalu putih ….” Bocah itu mengerucutkan bibir, merasa ucapannya tidak tepat. “Tapi bukan putih bagus, putih apa namanya itu ya?" 

Ambar tersenyum melihat gaya Afreen yang meletakkan jemarinya di dagu, menirukan orang berpikir.

"Pucat?" tebak Ambar. 

Mata bulat Afreen berbinar, kepalanya mengangguk cepat. "Iya itu! Pucat!" Kemudian, dia mendekatkan wajahnya ke Ambar lagi. “Jadi, kenapa Miss Ambar pucat?”

Ambar tersenyum tak berdaya melihat keingintahuan bocah itu. "Tidak … Miss tidak apa-apa."

Bibir Afreen kembali mengerucut. Lalu, dia menebak, "Papa pasti menindas Miss lagi!" tebaknya.

Ambar membelalakkan matanya mendengar perkataan Afreen. “Afreen belajar kata-kata seperti itu dari mana?"

‘Menindas’ itu kata yang cukup berat untuk seorang bocah. 

"Mbak-mbak lain yang bekerja di rumah sering bilang belakangan Miss Ambar kalau masuk ruangan Papa, pasti keluar dengan wajah sedih. Aku juga dengar Mbak Wulan bilang itu karena Miss Ambar ditindas oleh Papa. Benar begitu, ya?" 

Ambar mendelik ke arah Wulan–baby sitter Afreen–dan seorang pelayan yang berdiri tak jauh darinya. Dua orang itu langsung membuang wajah dan berpura-pura tidak tahu apa-apa.

‘Nanti, akan kutegur mereka!’

Afreen adalah anak yang cerdas. Bahkan, tidak sedikit orang berkata bahwa untuk anak berusia empat tahun, kecerdasan bocah itu di atas rata-rata. Dia mudah sekali menyerap perkataan dan perbuatan orang di sekitarnya. Oleh karena itu, semua orang di sekeliling harus menjaga sikap dan perkataan!

“Miss Ambar kok marah.” Mendadak terdengar Afreen berujar lembut seraya menggenggam tangan Ambar dengan tangan mungilnya. “Afreen salah bicara?” 

Ambar menoleh kembali ke Afreen. Dia mengelus rambut bocah itu seraya berkata, “Nggak, Sayang. Afreen nggak salah.” Dia pun menambahkan, “Selain itu, Papa Alvaro nggak pernah menindas Miss, kok."

"Miss nggak bohong, kan?" 

"Enggak, dong. Bohong itu dosa," jawab Ambar.

Afreen mengangguk puas. "Kalau Papa berani tindas Miss, Miss harus ngomong sama Afreen.” Afreen kemudian memeluk pinggang Ambar. “Afreen yang akan lindungi Miss!”

Ucapan Afreen membuat Ambar tertawa. Dia memeluk Afreen dan berkata, "Terima kasih, Sayang. Kamu memang jagoan Miss.” 

Dalam hati, Ambar juga sadar. Andai bukan karena Afreen, mungkin dia juga tidak akan berkesempatan menyelesaikan masalah utang keluarganya.

Walau harus menikahi majikannya.

“Memang hanya Afreen yang bisa Miss andalkan." 

Di saat itu, sebuah suara dalam mendadak berkata, “Oh, jadi hanya Afreen yang bisa kamu andalkan, tapi tidak dengan saya?” 

Kaget, bukan hanya Ambar, tapi Afreen juga langsung menoleh ke arah sumber suara. Terlihat sosok Alvaro yang baru pulang kerja sedang menyandarkan tubuh di pintu ruang bermain. Dengan kemeja putih membalut tubuh berototnya, pria itu melipat kedua tangan. 

Alis kanan pria itu meninggi seiring dirinya menambahkan, “Saya baru tahu itu pandanganmu terhadap saya, Ambar.”

Mendengar ucapan bernada dingin Alvaro, Ambar memaki dalam hati, ‘Mati aku! Bisa-bisanya Tuan Alvaro mendadak pulang!’

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 61  Meminta Maaf

    Bab 61 Meminta Maaf ‘Mata yang biasanya bercahaya itu hari ini meredup’ batin Alvaro. ‘Aku harus bisa mengembalikan keceriaan Ambar lagi. Tapi bagaimana caranya?’ Alvaro masih terus menatap Ambar, meski saat ini gadis itu sudah beranjak meninggalkan ruang makan. Setelah punggung Ambar tak nampak lagi dari tempat Alvaro berjongkok, lelaki itu mulai mengurai pelukannya. Lalu dia mengajak Afreen duduk kembali di kursi. “Afreen sayang yuk dihabiskan sarapannya. Susunya juga ya biar cepat besar seperti papa,” bujuk Alvaro. “Tapi papa temanin Afreen sarapan, ya,” rajuk Afreen. “Iya Papa temani.” Alvaro pun memberi isyarat kepada salah satu asisten rumah tangganya untuk menyiapkan sarapan buat dirinya. Ketika Alvaro tengah menikmati sarapan sambil mendengar celotehan Afreen, Ambar masuk kembali ke ruang makan. Melihat mama tiri kesayangannya itu Afreen spontan berkata, “Ayo, Mama sarapan juga bareng Papa.” Ambar menatap Afreen sambil melirik Alvaro. Dia tampak enggan duduk seme

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 60   Memperbaiki Kesalahan

    Bab 60 Memperbaiki Kesalahan Alvaro menuruni tangga dari lantai dua rumahnya sambil memegangi pelipisnya. Kepalanya terasa berdenyut nyeri akibat kurang tidur semalam. Semua karena isi kepalanya yang terlalu riuh. ‘Kenapa? Kenapa semalam dia bisa lepas kendali? Kenapa juga dia merasa tidak rela disebut bajin**n oleh Ambar? Memangnya apa bedanya Ambar dengan orang lain?’ Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi benak Alvaro hingga dia menjadi sulit tidur karena kesulitan mencari jawabannya. Baru saja sampai di tangga terbawah, telinga Alvaro yang tajam mendengar gelak tawa dari arah ruang makan. Lelaki itu mempercepat langkahnya menuju ruangan tersebut. “Afreen nggak mau minum susu. Afreen maunya minum teh atau kopi seperti Mama.” “Nggak boleh, Sayang. Afreen masih kecil nggak boleh minum kopi. Kalau minum teh boleh, tapi nanti siang pulang sekolah. Sekarang sarapannya minum susu dulu, ya. Biar Afreen sehat dan tambah pinter,” jawab sebuah suara wanita yang dikenali oleh A

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 59  Kekesalan Alvaro

    Bab 59 Kekesalan Alvaro “Kamu benar-benar tega! Aku tidak menyangka ternyata kamu seorang bajin**n! Kemana perginya Tuan Alvaro yang terhormat itu? Aku menyesal sudah setuju menikah dengan bajin**n seperti kamu!” Jeritan Ambar membuat Alvaro tersentak. Tepat pada saat bersamaan bibirnya berhasil menyentuh pipi Ambar yang mulai basah oleh air mata. Alvaro pun membeku. Perlahan-lahan Alvaro menutup mata. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Dia melakukannya berulang kali dalam usahanya meredam emosi. Setelah deru napasnya yang memburu berubah menjadi lebih tenang, Alvaro mengangkat tubuhnya yang tadi menind*h Ambar. Lantas dia menjauh dari Ambar dan memilih duduk di pinggir kasur. Karena Alvaro sudah tidak lagi mengungkungnya, Ambar segera beringsut menjauh. Sebenarnya bisa saja Ambar beranjak keluar dari kamar, tetapi dia masih syok. Jadi ketika mencobanya kaki Ambar terlalu lemah sehingga dia tidak sanggup berdiri. Akhirnya gadis itu memilih duduk di uju

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 58  Memaksakan Kehendak

    Bab 58 Memaksakan Kehendak“Kamu benar-benar tidak bisa kuampuni lagi. Kamu harus diberi pelajaran sekarang juga!” Alvaro merengkuh tubuh Ambar agar tetap berdiri lalu tangannya mulai menarik Ambar. Dengan sedikit kasar Alvaro mencekal lengan Ambar dan menyeretnya menuju ujung ruang kerjanya. Di sudut ruangan itu terdapat pintu penghubung menuju kamar tempat Alvaro beristirahat kalau dia sedang malas naik ke kamarnya di lantai dua. Ambar kaget mendapat perlakuan seperti itu dari Alvaro. Selama dia bekerja sebagai baby sitter Afreen, Ambar belum pernah melihat Alvaro berbuat kasar. Mantan majikannya itu memang sering marah, tapi tidak pernah sampai menggunakan tangannya untuk menghukum seseorang. Itu sebabnya saat ini Ambar sangat ketakutan. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari cekalan tangan Alvaro. Namun tidak berhasil. Bagaimana mungkin kekuatannya sebagai seorang wanita bisa menandingi ketangguhan seorang lelaki? Apalagi lelaki yang sudah gelap mata sepert

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 57  Emosi Alvaro Memuncak

    “Aku tidak terima alasan seperti itu!” “Terus mau kamu bagaimana?” tantang Ambar. Sambil berdiri tegak di depan Alvaro, mata Ambar menatap tajam lelaki yang baru beberapa bulan menikahinya itu. “Aku akan meminta hakku agar kamu selalu ingat kewajibanmu,” ucap Alvaro dengan tegas. Ambar menatap Alvaro dengan bingung. “Hak? Hak yang mana yang ingin kamu minta?”Alvaro balik menatap Ambar lekat. “Tentu saja hakku sebagai seorang suami. Dan tentunya sebagai seorang istri sudah kewajibanmu untuk memenuhi hakku sebagai suami.”Kening Ambar berkerut membentuk beberapa garis. Bibirnya sedikit melongo. Dia terbengong-bengong mendengar ucapan Alvaro. “Aku tidak mengerti maksudmu. Hak yang mana lagi? Bukankah aku sudah memberikan semuanya kepadamu? Bukankah sudah kuturuti juga semua perintahmu? Apa semua itu masih belum cukup?” “Tentu saja belum cukup! Justru hal yang paling dasar belum kamu penuhi!” sentak Alvaro. “Hal yang paling dasar?” gumam Ambar sambil mengulangi kata-kata Alvaro. Eksp

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 56   Alvaro Meminta Hak

    Bab 56 Alvaro Meminta Hak Sebenarnya Ambar sudah menyiapkan hati sebelum membuka pintu ruang kerja Alvaro. Dia tahu suami di atas kertasnya itu pasti akan marah melihat kepulangannya yang terlambat. Namun tak urung dia tersentak juga ketika Alvaro menegurnya saat dia memasuki ruang kerja Alvaro. Dengan suara menggelegar lelaki itu berkata, “Akhirnya kamu pulang juga! Kupikir kamu mau menginap di luar!”Tubuh Ambar gemetar mendengarnya. Bukan karena dia kaget mendengar suara Alvaro yang sangat keras namun dia tak mampu menahan gejolak emosi nya mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh lelaki itu.Dengan mata menatap nanar Alvaro, Ambar berdiri tegak dan menjawab dengan suara yang tak kalah keras, “Apa maksud kamu? Kau pikir aku perempuan apa?” “Coba kamu pikir sendiri kamu perempuan seperti apa. Karena terus terang saja aku tidak tahu harus berpikir bagaimana melihat wanita yang kunikahi tidak memberi kabar sama sekali kalau akan terlambat pulang!” Alvaro menatap Ambar dengan tat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status