Share

5. TERLALU POSESIF

last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-11 23:37:20

Rina lelah harus diekori Adit kemana-mana. Seakan-akan cowok itu sudah berubah profesi sebagai bayangannya.

Dia tak boleh jauh-jauh dan hilang dari awasan Adit. Pria itu mengikutinya dan mengawasinya kemanapun dia pergi atau bahkan saat hanya bergerak sejengkal saja.

Hanya toilet ceweklah satu-satunya tempat dimana Rina bisa pergi TANPA Adit!

Rina mulai merasa seperti TAHANAN saja, yang digandeng kemana saja dan harus melapor kemanapun dia mau pergi. Tak ada lagi waktu baginya untuk dihabiskan dengan sendirian. Adit selalu muncul dan memantaunya setiap saat.

Hal ini membuat Rina malu dan super risih. Apalagi kebiasaan Adit yang keranjingan menyentuhnya disana-sini tanpa bertanya dulu pada Rina. Adit bertindak seakan-akan Rina adalah miliknya dan dia berhak melakukan apapun yang dia suka pada pacar barunya itu.

Adit tidak tahu bahwa Rina tak suka terlalu banyak bersentuhan dengan orang lain. Dia terbiasa menjaga jarak dan cuek dengan lingkungan sekitarnya, terutama keluarganya. Kedua orang tua yang jarang ada dirumah dan tak begitu suka menunjukkan kasih sayang satu sama lainnya, membuatnya tertular dan mengikuti kebiasaan mereka tersebut.

Ditambah lagi semakin dewasa wajah dan penampilan Rina tidaklah seperti apa yang diharapkan papa mamanya. Mereka berkali-kali membandingkan Rina dengan anak-anak teman mereka yang tampaknya kelihatan jauh lebih cantik menurut papa mamanya.

Memang orang tuanya selalu rajin menjaga penampilan dan menuntut semua orang disekitarnya juga melakukan hal yang sama. Para karyawan yang terlihat sedikit gemuk atau tak memakai full make up akan dipecat langsung. Itulah yang membuat mereka malu saat melihat anak mereka justru terlihat gemuk dan sedikitpun tak mau berdandan.

Untung saja Rina termasuk anak yang pintar dan sedikit membuat papa mamanya bangga. Namun rasa bangga itupun dengan cepat menguap saat melihat penampilan anak mereka yang lama-kelamaan jauh dari kata 'cantik'. Kebiasaan anak mereka yang lebih suka belajar daripada bergaul dengan orang lain juga membuat mereka semakin kecewa dan menyebabkan mereka sedikit enggan menghabiskan waktu dengan Rina, putri semata wayang mereka.

Pasalnya, Adit berbeda dengan papa mamanya. Dia terlalu suka bersentuhan dan selalu saja berada didekatnya. Ini membuat Rina 'tak bisa bernafas'. Orang yang suka menghabiskan waktu sendiri, kini harus membawa cowok yang dibencinya itu kemana-mana.

Hal ini sebenarnya cukup mengagetkan Rina. Setahu Rina, Adit biasanya menghabiskan waktu untuk tidur saja waktu di kelas atau sesekali terlihat bergerombol di lapangan basket dengan beberapa gengnya untuk merokok sehabis pulang sekolah disana. Tapi tak pernah sekalipun Rina melihat anak itu akrab dengan orang lain bahkan sampai menyentuh mereka.

Karna itulah, saat Adit pertama kali menggandeng tangannya, dia berpikir itu hanya akan terjadi sekali dan setelah itu Adit akan meninggalkannnya sendirian. Toh menurut Rina mereka hanya 'jadian' untuk menghindari hukuman yang jauh lebih berat dari guru.

Namun ternyata dia salah. Begitu cowok itu menggandengnya, dia tak mau melepaskannya.

Dimulai dari dia menuntut untuk duduk sebangku dengan Rina, menemani Rina saat mengerjakan tugas-tugas sekolah dan bahkan ikut-ikutan belajar disampingnya. Adit juga ikut-ikutan membawa makanannya ke dalam kelas supaya bisa makan bersama Rina. Teman-teman sekelas banyak yang meledek dan menertawakan Adit, tapi si iblis yang terkenal dingin dan kasar itu mengabaikannya.

Beberapa kali Rina marah-marah dan menyuruh Adit pergi, terkadang bahkan mendorongnya kasar saat cowok itu mendekat, tapi percuma saja, Adit malah nempel terus dan semakin posesif.

Pernah ada salah satu teman sekelas mereka, yang tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja mampir ke tempat duduk Rina dan mengajaknya mengobrol. Aneh sebenarnya karna sebelum ini, anak itu selalu cuek pada Rina. Alhasil, Adit yang baru datang langsung menyeretnya menjauh.

Hadiah pun satu persatu diberikan Adit pada pacar barunya itu. Tidak mahal memang harganya, mengingat Adit bukanlah anak orang kaya, tapi terlihat benar dia ingin menyenangkan Rina. Namun berhubung semua barang itu rata-rata harganya murah, Rina hanya melihatnya sekilas, memasukkannya ke tas dan langsung melemparkannya saja ke dalam laci begitu dia sampai di rumah tanpa sedikit pun membukanya.

Rina tak segan juga menghina dan memarahi Adit di depan banyak orang. Itu dilakukannya supaya Adit membencinya dan meninggalkannya sendirian. Namun usahanya itu gagal karena Adit malah tersenyum geli dan justru menghadiahinya hadiah lagi untuk meredakan amarah Rina.

Yang Adit tak tahu bahwa reaksinya itu malah membuat pacarnya itu tambah marah. Dengan sengaja Rina menjauhi Adit dan tak mau diajak bicara.

Awalnya Adit menanggapinya dengan tenang dan berusaha merayu. Tapi saat melihat usahanya tak ada hasil, Adit jadi emosi dan mulai mencak-mencak.

Setelah pulang sekolah, Adit menarik tangan Rina yang hendak menuju mobilnya dan menyuruhnya naik ke atas motor Adit. Rina tak bisa menolak karena melihat amarah Adit di wajah dan gerak-gerik tubuhnya. Hal itu membuatnya takut dan tak bisa melawan.

Motor itu melaju kencang dan yang menyetirnya tak sedikitpun memberi tahu kemana mereka akan pergi. Karena ini pertama kalinya Rina naik motor dan ditambah lagi kecepatannya yang super kencang, membuatnya tak sadar memegang dan menarik jaket Adit sangat erat.

Mereka akhirnya sampai di sebuah cafe di tengah kota yang sudah jadi langganan Adit selama ini. Dia juga pernah bekerja paruh waktu di tempat itu dulu, sehingga dia kenal betul semua karyawan dan bahkan pemiliknya juga dekat dengan dia.

Rina mulai mengomel saat masuk ke dalam. "Kalau mau ngajak ke cafe, kenapa harus ke tempat yang jauh sih?! Kan bisa yang dekat sekolahan?"

"Cafe langgananku ini. Semua karyawan sini kenalanku semua."

"Aku nggak perduli! Mau ini cafe langgananmu kek, pokoknya aku nggak suka! Antar aku pulang, aku nggak nyaman di sini!" bentak Rina hingga membuat beberapa orang yang berada di sekitar mereka menoleh.

"Duduk dulu, aku mau bicara!" Suara dalam Adit yang menyiratkan perintah aku-tak-mau-dibantah itu, membuat Rina menurut dan duduk, walaupun masih dengan wajah kesal.

"Aku nggak suka melihat tingkahmu beberapa hari ini! Tiba-tiba saja nggak mau bicara kayak orang bisu, didekati malah menjauh. Emang aku penderita kusta apa sampai harus dijauhi?" tambah Adit dengan nada suara menuntut.

"Masak masih nggak ngerti juga kenapa aku bertingkah seperti itu? Aku ini nggak suka dengan KAMU! Mau kamu berusaha kayak apapun, aku nggak akan peduli. Berandalan kayak kamu benar-benar bukan tipeku!"

Wajah Adit tampak datar dan tak terlihat tersinggung sedikitpun. "Trus tipemu memangnya yang kayak gimana?"

"Yang pintar dan tak urakan sepertimu! Kalau saja kau peringkat pertama, pasti akan kuterima dengan senang hati. Nggak usah peringkat pertama, ranking tiga pun nggak apa-apa. Sayangnya... lihat saja dirimu! Masih untung kamu bisa naik kelas!" cerocos Rina sambil membolak-balik halaman menu tanpa terlihat tertarik sedikitpun dengan isinya.

"Oke. Kalau gitu kalau aku benar juara satu semester ini, kamu nggak boleh lagi ngomel-ngomel lagi ya. Kamu harus dengan ikhlas menerima!"

"Kamu pikir semudah itu jadi juara satu? Apalagi dengan nilaimu yang parah itu!"

"Kamu nggak usah khawatirkan nilaiku! Pokoknya... jangan lupa janjimu saja."

"Oke... deal! Tapi ingat kalau kamu nggak berhasil, berarti kita putus!" jawab Rina santai. Dia tau betul Adit hanya membual dan hal itu nggak mungkin bisa terjadi.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN DIBALUT KEBENCIAN   51. AKIBAT MENCUMBU PRIA LAIN

    Dengan tenang, Adit mengelap air yang disiramkan Rina ke wajahnya dengan tisu dan masih melanjutkan kata-katanya yang penuh duri. Dia tak tahu kenapa dia bersikap sekejam ini, yang jelas lidahnya tak mau berhenti untuk menyakiti wanita itu. Apalagi saat mengingat ekspresi jijik Rina kemarin saat dia baru saja membela kehormatannya."Melihat dari besarnya kemarahanmu, terlihat sekali kalau perkataanku ada benarnya. Jika tidak, mana mungkin kau terlihat seperti cacing kepanasan kayak gini!" serang Adit lagi.Rina menggigit bibirnya untuk menahan diri menjelaskan bahwa saat itu dia terlalu mabuk untuk membedakan antara Sam dan bosnya, sehingga kejadian yang memalukan itu terjadi.Kalau Adit tau yang sebenarnya, pria itu pasti akan mencercanya lagi dan memaksanya untuk mengakui perasaannya untuk bosnya itu. Kalau itu terjadi, Rina pasti akan habis-habisan dihina. Melihat dari sikap Adit dulu padanya waktu menjodohkannya pada Miss Betty, pria itu takkan memberinya ampun saat tau kalau just

  • PERNIKAHAN DIBALUT KEBENCIAN   50. EFEK DARI CEMBURU

    Adit memincingkan matanya saat sinar matahari pagi dengan kejamnya menyerang wajahnya tanpa henti. Dia mengangkat kepalanya dari bantal dan melihat ke sekeliling ruangan. Tapi gerakan itu justru membuat kepalanya pusing dan seperti sedang dihantam berkali-kali."Dimana kita? Kenapa kau tak mengantarkan aku ke rumah?" protesnya saat melihat Susan yang sedang berdiri di depan kaca besar dan memeriksa penampilannya."Kau pikir gampang memindahkanmu kemarin. Kau jatuh begitu saja di ruang pesta. Butuh sampai empat orang sampai bisa menggotongmu ke tempat ini. Lagipula pak Jimmy yang menyuruh, mana mungkin aku membantah!"Adit memijit keningnya yang terasa berdenyut-denyut dan bangkit dari tempat tidur untuk mengambil ponselnya. "Waduh celaka... Moza pasti nyariin aku semalaman! Diam dulu ya jangan sampai anakku tau kau ada di sini! Dia paling tak suka aku bergaul denganmu," seru Adit dan segera menghubungi ponsel Mbak Saroh. Dia bahkan tak menghiraukan wajah c

  • PERNIKAHAN DIBALUT KEBENCIAN   49. AMARAH ADIT

    Rina duduk dengan tegang. Firasatnya nggak enak. Seakan-akan ada berita buruk yang akan diterimanya. Bahkan teh dan beberapa kue yang dihidangkan di depannya, tak bisa menghilangkan perasaan terintimidasi yang dialaminya.  Tante Sam memandang Rina seksama dari atas kepala sampai bawah kakinya. Wanita tua itu seakan ingin mengetahui karakter Rina dari apa yang dikenakannya di tubuhnya. Baginya, calon pasangan hidup keponakannya pastilah nanti jadi bagian dari keluarganya juga. Jadi bagaimana pun juga, dia harus memperhatikan apakah calon istri keponakannya itu cocok bersanding dengan keponakannya atau tidak. Dari apa yang dilihatnya, dia suka dengan cara Rina membawa diri. Dia tidak terlihat urakan dan tidak juga terlihat kuno. Wanita itu bahkan bisa menjawab dengan baik pertanyaan apapun yang diajukan Jimmy kepadanya. Kesopanannya pun menjadi nilai tambah yang penting. Calon istri keponakannya itu terlihat terus menjaga sikap serta cara duduknya di depannya dan s

  • PERNIKAHAN DIBALUT KEBENCIAN   48. BIBIR YANG ASING

    Gedoran di pintu bilik toilet mengejutkan Adit dan membuatnya menengadah. “Lagi ada orang di dalam!” serunya dari dalam untuk memperingatkan. Tampaknya yang menggedor tadi mengerti dan pindah ke bilik sebelah.Celakanya, tanpa disadari Adit, Rina tiba-tiba membuka kunci pintu dan keluar begitu saja, masih dengan langkah yang terhuyung-huyung. Adit sontak langsung mengejarnya keluar. Untung saja tidak ada siapa-siapa di area wastafel waktu dia keluar dari bilik toilet.Rina yang masih terpengaruh oleh kejadian di toilet tadi, merasa kesal karena bibir Adit yang tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Dengan bibir yang masih membengkak, Rina berjalan mencari apa yang diingininya. Karena pusing dia berjalan perlahan sambil memejamkan mata. Baru beberapa langkah saja, tiba-tiba langkahnya terhenti karena baru saja menubruk badan seseorang. Dia meraba badan yang sedang ada di depannya. Dengan tak memikirkan tingkahnya yang sudah di luar batas, tangan Rina menang

  • PERNIKAHAN DIBALUT KEBENCIAN   47. TERPERANGKAP BERSAMAMU

    Sekujur badan Rina terasa bergetar karena terharu melihat banyaknya tepuk tangan para tamu pada saat dia selesai menunjukkan kemampuannya bermain piano. Sepuluh tahun lebih sudah dia kehilangan piano kesayangannya untuk membayar utang ayahnya. Jangankan memainkan tuts-tuts piano, menyentuh saja dia enggan setelah hari itu. Dia takut detik dia menyentuh piano, dia akan tergiur untuk bermain piano terus dan melupakan kalau dia harus menyibukkan diri untuk mencari nafkah daripada menghabiskan waktu untuk menghibur diri terus-menerus.Sam menggenggam tangan sahabatnya itu saat melihat wajah tak percaya diri Rina dan tangannya yang gemetaran. Dia mengaitkan tangan itu pada lengannya dan menuntunnya kembali ke arah meja minuman dan membiarkan wanita itu meminum dua gelas cairan yang berwarna hijau itu lagi.“Wow… anda mainnya bagus sekali! Kalau boleh saya tahu… apakah anda juga bisa mengajar piano ke anak kecil?” tanya seorang tamu wanita paruh baya yang tampaknya menga

  • PERNIKAHAN DIBALUT KEBENCIAN   46. WANITA BERGAUN MERAH

    Rina sebenarnya enggan diajak menemani Sam ke pesta ulang tahun suami dari tante sahabatnya itu. Dia tau betul pesta paman Sam pastilah besar dan akan didatangi banyak orang penting dan dari kalangan atas rata-rata semuanya.Tapi karena Sam terlihat sedih, Rina jadi tak bisa menolak. Apalagi saat ia mengeluh karna paman dan tantenya akan mengenalkannya dengan deretan wanita-wanita yang tak dikenalnya dan membuatnya kelelahan sepanjang pesta itu. Jika Rina ikut, setidaknya Sam bisa terlepas dari rutinitas dijodohkan sana sini oleh tante dan pamannya.Mendengar pengakuan sahabatnya itu dan juga ekspresi sedihnya yang cukup membuatnya iba, Rina akhirnya menyetujui permintaan Sam.Tanpa basa-basi, Sam langsung membawa Rina ke butik tantenya dan memilihkan gaun merah ketat yang dapat membalut tubuh Rina bagaikan kulit kedua dari bagian dada wanita itu sampai  ke bawah lutut. Gaun itu cukup berpotongan rendah dan mencetak bulatan bagian atas tubuh Rina

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status