Share

MENJAGA JARAK

Penulis: LilyAnnie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-05 16:49:17

Beberapa bulan berlalu, Akash sibuk dengan kegiatannya di kantor sementara Asha sibuk mencari pekerjaan yang tidak kunjung berhasil. Ternyata punya ijazah S1 tidak menjamin seseorang mendapat pekerjaan yang sesuai dengan cepat.

Tentang hubungan keduanya pun tidak ada kemajuan. Asha merasa apapun yang dia lakukan sepertinya tidak berarti untuk Akash. Dia berjuang sendiri, sementara Akash bebas dengan dunianya.

Asha tidak pernah berniat membuat Akash jatuh cinta padanya, tapi setidaknya dia berharap Akash memberi sedikit penghargaan untuknya. Sayangnya itu pun tidak terjadi.

Seperti malam ini misalnya, saat Asha sudah menyiapkan makan malam sejak sore, namun sampai pukul sembilan malam Akash masih belum juga pulang dan itu tanpa kabar.

Asha khawatir kalau terjadi sesuatu padanya. Maka dia berusaha menghubunginya.

Satu kali panggilan tidak terjawab, disusul panggilan tidak terjawab berikutnya dan berikutnya.

Hati Asha makin tak tenang.

[Mas dimana? Sudah jam 9 malam, kok belum pulang?] 

Asha pada akhirnya mengirim pesan, berharap Akash membaca dan membalas pesannya.

Tapi ditunggu beberapa menit pesan itu tidak juga dibaca Akash.

[Mas, kamu gak papa kan? Bisa tolong kabari aku, biar aku tenang.]

Pesan berikutnya terkirim tapi tetap tidak dijawab.

“Kamu dimana Mas?” Lirihnya pada dirinya sendiri.

***

Sementara itu di kantor, Akash sedang berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas mejanya.

Beberapa hari belakangan ini dia mendapat tekanan tidak hanya dari Sandy, tapi juga dari petinggi di banyak divisi. 

Kemampuannya sebagai CSO sedang dipertanyakan, karena itu dia benar-benar sedang berusaha untuk membuktikan diri.

Tapi di sela-sela kesibukannya dia terganggu dengan panggilan telepon yang masuk berkali-kali. Akash melihat nama yang tertera di ponselnya–Asha.

Dan itu benar-benar membuat Akash sakit kepala karena kesal.

Diabaikannya panggilan Asha dan mengubah mode ponselnya ke mode jangan ganggu.

Kemudian dia kembali fokus dengan berkas-berkas di mejanya. Dia harus mendapatkan tender berikutnya untuk memastikan posisinya aman di kantor. Posisi ini sudah diincarnya sejak enam tahun lalu, sekarang setelah memilikinya dia tidak boleh kehilangan.

***

Asha tidak tahu apa yang terjadi pada Akash di kantor, dia juga tidak tahu harus mencari tahu kemana. Dia tidak kenal satupun rekan kerja Akash.

Dadanya sesak, rasa kesal menumpuk di sana, ingin marah tapi dia tidak tahu harus marah pada siapa.

Dirapikannya kembali ruang makan dan dia segera masuk ke kamar, tidur meringkuk di atas sofa sambil menangis.

*

Pukul tiga pagi, Asha terbangun. Dilihatnya Akash tidak ada di kasurnya, mungkin laki-laki itu tidak pulang semalam. Asha berlalu ke kamar mandi, membersihkan diri, mengambil wudhu dan melaksanakan sholat sunnah.

Setelah itu dia turun ke dapur, niatnya ingin membuat sarapan lebih awal agar nanti bisa berangkat lebih pagi untuk mencari kerja dan tidak membebani ibunya dengan tugas memasak. 

Siapa sangka dia justru melihat Akash duduk di salah satu kursi di ruang makan, sedang fokus pada laptopnya dengan sepiring kentang goreng di samping laptop.

Asha tidak menegurnya, dia berlalu ke dapur tanpa menoleh sedikitpun membuat Akash meliriknya tanpa suara.

Asha membuka kulkas mengambil bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sarapan. Setelah mendapat semua bahan yang dia perlukan, tangannya dengan cekatan mulai mengiris bakso, sosis dan sayuran untuk membuat nasi goreng.

Selain itu juga dia menyiapkan beberapa menu untuk ibunya makan siang, karena hari ini dia berniat keluar lebih lama.

Pekerjaannya terhenti saat mendengar suara adzan, Asha lekas masuk ke kamar dan mulai menunaikan sholat subuh.

Saat masuk ke kamar, Akash sedikit heran karena Asha sudah menyelesaikan shalatnya, padahal biasanya dia akan meminta Akash menjadi imam meskipun Akash selalu menolak. Tapi kali ini jangankan meminta, mengingatkan pun tidak.

Selesai sholat Asha kembali ke dapur, dia masih mengabaikan Akash. Pagi ini Asha tidak menyapanya seperti biasa.

Pukul 07.00 saat Akash membawa turun gelas kopi miliknya, Akash memencarkan pandangannya, mencari sosok Asha.

“Asha mana?” tanyanya, “bukannya tadi dia yang masak?” lanjutnya.

“Iya ini Asha yang masak, sekarang dia ke kamar Ibu numpang mandi dan ganti pakaian. Tadi katanya ada janji sama Indira mau ngelamar kerja pagi.” Akash mengernyitkan keningnya. 

Biasanya perempuan itu akan memberitahukan apapun padanya, tapi hari ini jangankan memberitahu jadwalnya, sekedar menyapa saja tidak.

“Bu, Asha mau berangkat ya.” Asha datang dengan senyum manisnya, dia memakai tunik pink dengan celana hitam longgar. Tangannya terulur menyalami ibunya dan beralih menyalami Akash. “Pamit, assalamu’alaikum.” Asha tidak menunggu jawaban, dia lekas berlalu keluar dari rumah, ojek online sudah menunggunya di depan pagar.

Akash menatap punggung istrinya yang pergi begitu saja, ada rasa asing yang mengganjal saat melihat Asha bersikap dingin padanya.

***

Indira meninggalkan Asha setelah mereka memasukkan beberapa lamaran pekerjaan dengan motor maticnya karena ada keperluan lain, sementara Asha memilih untuk menunggu ojek online di depan sebuah mini market.

“Hai Sha!” Asha menoleh saat mendengar seorang pria menyapanya, dia Erik.

Asha tidak menjawab. Erik yang dia kenal semasa kuliah dulu bukan pria baik-baik, maka Asha berusaha untuk tidak memperdulikannya.

“Mau kemana? Biar aku antar,” tawarnya sambil menunjukkan kunci mobil.

“Tidak terimakasih,” jawab Asha seadanya.

“Jangan terlalu jual mahal Sha, nanti gak ada yang mau.” Asha tidak perduli.

Dia sibuk mengutak-atik ponselnya, sejak tadi memesan ojol tapi tidak ada yang mengambil pesanannya.

“Sombong banget sih!” ketus Erik sambil berusaha mencolek pipi Asha, namun dia berhasil menghindar.

“Jaga tangan Anda, jangan sentuh orang sembarangan!” ucap Asha sedikit bernada tinggi.

Mendapat jawaban seperti itu Erik justru berusaha makin mendekat hingga tangannya hampir menyentuh pergelangan tangan Asha. Namun Asha beruntung karena saat itu Akash tiba-tiba datang.

“Singkirkan tangan kamu atau aku patahkan,” Asha menatap Akash yang baru datang. Refleks dia berjalan mendekat pada Akash dan menjauh dari Erik.

“Masuk mobil!” perintah Akash.

Dan Asha menurut.

Asha berjalan lebih dulu dan masuk ke mobil yang terparkir tidak jauh, Akash menyusul setelah memberi peringatan pada Erik agar menjauhi Asha.

***

Sesampainya di rumah, Asha lekas masuk ke kamar dan membersihkan diri serta berganti pakaian.

“Laki-laki tadi siapa?” tanya Akash saat melihat Asha keluar dari kamar mandi.

“Erik, kami dulu satu kampus,” jawab Asha singkat.

“Mantan pacar?” tanya Akash.

“Bukan.” Asha kembali menjawab singkat.

“Lalu?”

“Bukannya di kesepakatan tertulis kalau kita tidak boleh saling ikut campur urusan satu sama lain?” 

Akash menatap dingin mendengar jawaban Asha. 

“Kalau kamu sadar dengan kesepakatan itu, kenapa kamu justru mencampuri urusanku belakangan ini?”

“Karena sampai semalam aku memposisikan diri sebagai istri Mas,” jawab Asha tanpa melihat ke arah Akash. “Tapi mulai detik ini, aku akan memposisikan diriku sebagai orang lain,” lanjutnya.

“Hanya karena aku mau tahu siapa laki-laki tadi?” Asha menoleh, menatap Akash dengan tatapan tidak kalah dingin.

“Bukan, tapi karena aku baru sadar bahwa Mas selama ini hanya menganggapku sebagai jalan untuk naik jabatan, tidak lebih,” ucap Asha.

“Bukannya sejak awal kamu tahu?” Asha menggeleng.

“Iya, itulah bodohnya aku.”

Ada sesuatu yang mengganjal di hati Akash saat melihat sikap dingin Asha hari itu.

Ada apa?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   EMPAT BULANAN

    Akash sudah sering mendengar kata ngidam sebelumnya. Tapi melihat dan ikut merasakan efeknya secara langsung baru kali ini.Asha–istrinya, benar-benar tidak bersikap seperti biasanya. Setelah insiden bau parfum yang tidak enak di penciumannya, beberapa hari kemudian wanita itu jadi banyak maunya, dan akan gampang baper kalau tidak sesuai keinginannya. Anehnya, itu hanya terjadi bila dia bersama Akash.“Mas, kemejanya ganti.” Asha menyodorkan satu kemeja berwarna soft pink pada Akash yang baru saja memakai kemeja putih untuk berangkat ke kantor.“Pink?” ucap Akash sambil menaikkan sebelah alisnya.Asha mengangguk antusias dengan senyum mengembang di wajahnya.“Harus?” tanya Akash ragu.

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   NGIDAM

    Sepanjang perjalanan pulang Asha lebih banyak diam. Entah kenapa dia merasa sikap Akash berlebihan. Matanya lebih banyak menatap ke arah jendela mobil, melihat lampu jalan yang menerangi trotoar, beberapa pejalan kaki sedang bertransaksi dengan pedagang kaki lima.Akash sendiri lebih fokus pada jalan. Dia tahu Asha sedang tidak hati, tapi dia tidak tahu apa yang salah, bukankah sekarang harusnya dia yang marah, kesal atau ngambek karena Asha tidak bisa dihubungi? Bagaimana kalau tadi apa-apa di jalan sementara tidak ada yang menemaninya. Dan dia tidak bisa dihubungi.Akash menghela nafas, matanya sesekali melirik Asha yang diam menghadap jendela.“Sha,” panggilnya lirih.“Hm,” jawab Asha singkat.

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   KEMANA ASHA

    Pada akhirnya drama hari itu makin bertambah parah di jam pulang kerja. Saat keluar dari ruangan Akash, Asha bahkan tidak bisa bertahan sedetik saja berdiri di depan ruangan itu karena begitu banyak yang lewat dengan bau berbeda. Alhasil, ia mengurung diri dalam ruangan Akash.Masalahnya, Akash yang sejak siang tadi ada meeting di luar tidak menyadari kalau istrinya masih berada di kantor dan belum pulang. Selepas meeting di luar kantor dia bergegas pulang ke rumah karena berpikir Asha sudah sampai di rumah, ternyata ia masih belum pulang, padahal jam pulang sudah berlalu satu jam.“Belum pulang Bu?” tanya Akash saat menyadari ketidakhadiran Asha di rumah.Ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi istrinya setelah mendapat jawaban dari Kinasih.Tapi dicoba hubungi beberapa kali, wanita itu tidak menjawab.Ia mencoba menghubungi Ranti dan jawabannya, “tadi saya pulang Mbak Asha masih di kantor Pak.”Mendengar jawaban itu Akash segera mengambil kunci mobilnya dan kembali meluncurkan

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   BAWAAN BAYI

    Akash menyelesaikan ritual penyatuannya dengan Asha pagi itu sesuai permintaan istrinya. Permintaan yang tidak pernah diminta Asha sebelumnya, tapi pagi ini… wanita itu justru memulai lebih dulu.“Terima kasih,” ucap Akash sambil mengecup pipi istrinya.Wanita itu malah menutup wajahnya dengan selimut, nampaknya dia malu setelah memulai semuanya lebih dulu.“Mau mandi bareng gak?” tawar Akash.Asha tidak menjawab, tapi melihat selimut itu bergerak ke kanan kiri, Akash menebak istrinya tidak ingin mandi bersama. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Asha dan berbisik, “tadi pintar banget mancing, kok udahannya Mas dicuekin?”“Maaaas.” Akash terkekeh mendengar teriakan pelan i

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   BAU

    Pagi merambat pelan di kamar Asha, selesai melaksanakan sholat subuh tadi dia gegas menuju dapur, seperti biasa ia berniat membuat sarapan untuk keluarga kecilnya. Tapi baru selangkah kakinya menginjak dapur, bau bumbu dapur mengusik penciumannya. Tiba-tiba saja dia diserang rasa mual yang begitu berat. Itu membuatnya masuk ke kamar mandi dan menumpahkan isi perutnya yang bahkan belum diisi apa-apa.“Kenapa Sha?” Kinasih menegur anaknya yang terlihat menggunakan kamar mandi samping dapur. Padahal biasanya dia tidak pernah ke sana.“Perut Asha mual Bu, bau di dapur gak enak banget,” keluhnya saat keluar dari kamar mandi sambil mengusap perutnya.“Bau?” Kinasih berjalan ke dapur, memastikan bau apa yang dimaksud putrinya. Tapi saat Ia sampai di dapur, ia tidak mencium bau apapun. La

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   PERJALANAN PULANG

    Asha berlari turun dari lantai dua dan mencari keberadaan Akash. Saat melihatnya berada di ruang tengah Asha kembali berlari dan menghampirinya. Akash sampai menegur istrinya yang terus berlari itu.“Sayang, jangan lari-lari, ada baby di perut kamu.” Asha mengerjap, dia benar-benar lupa.“Maaf Mas,” ucapnya.“Ada apa? Kenapa lari-lari begitu?” tanya Akash setelah memastikan istrinya tenang dan duduk di sofa–di sebelahnya.Asha menatap suaminya lekat dengan tatapan curiga. “Apa?” tanya Akash bingung.“Jujur sama aku, Mas habis ngomong apa sama Pak Rama kemarin?” Akash mengernyit, ekspresi itu seolah mewakili pertanyaan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status