Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya berada di lokasi kejadian bersama dengan Gutomo dan Reta. Mereka masih mengharapkan kabar baik dari para pencari korban, mereka menunggu di tenda darurat. Rian sudah di temukan, dia berhasil lompat dari bangunan itu. Sialnya, belakang bangunan itu langsung menuju jurang.
Tapi syukur, Rian bisa selamat dan hanya mendapatkan luka akibat berbenturan dengan banyaknya pohon-pohon besar. Ini sungguh keajaiban dan Reta sangat bersyukur mendapati Informasi bahwa adiknya itu baik-baik saja. Arsya duduk di kursi yang ada di sana, ia terus merapalkan do'a berharap Alif akan datang dalam keadaan selamat.
"Bunda duduk dulu, jangan mondar-mandir," cegah Arsya.
"Bunda enggak tenang, semuanya sudah di temukan tapi ayah kamu belum," balas Reta dengan nafas gusar.
"Ayah akan secepatnya di temukan, Arsya mohon bunda tenang dulu. Bukankah bunda yang bilang j
Sera masuk ke dalam apartemen, ia ke kamar dan tak menemukan siapa-siapa. Di mana Arsya? Bukankah sewaktu ia pergi Arsya tengah tidur, ia mencoba berpikir positif mungkin Arsya berada di kamar mandi. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi tak menemukan siapapun."Arsya?""Arsya?"Panggil Sera berulang kali, dan ia menyerah mencari keberadaan Arsya. Tiba-tiba saja ada suara derap langkah kaki yang tampak tergesa-gesa, ia segera keluar dari dalam kamar dan mendapati Arsya memakai jaket dengan nafas terengah-engah. Sekarang ia tau jika Arsya habis pergi dari sini."Habis dari mana?" tanya Sera tanpa ekspresi.Sedangkan Arsya yang tampak takut pun hanya bisa melihat Sera dengan senyuman berharap akan luluh. "Habis cari ayah," jawab Arsya pelan."Bukankah sudah aku suruh kau untuk beristirahat? Memangnya ucapanku tak lagi penting buat kamu? I
Arsya dan Sera berada di rumah Rian, mereka dikabari oleh asisten pribadi Rian bahwa Rafa sakit. Akhirnya mereka memutuskan untuk datang ke sini guna merawat Rafa. Ia kasihan dengan Rafa, anak sekecil itu harus mendapatkan ujian seberat ini. Sekarang Rian berjuang antara hidup dan mati, pantas saja Rafa sakit.Dengan telaten Sera mengelus kepala Rafa yang dipenuhi oleh peluh, Rafa sudah tertidur setelah rewel cukup lama. Apalagi berhari-hari dia tak melihat wajah Rian sama sekali, mengingat ini semua membuat Arsya dan Sera merasa sedih. Rafa demam tinggi, kulitnya memerah karena cuaca dingin."Rafa harus sembuh, nanti kakak ajak ketemu papa kamu," lirih Sera menatap mata yang tertutup itu."Biarkan Rafa istirahat, kita keluar dulu," ajak Arsya.Sera menggeleng pelan. "Kamu aja yang keluar, nanti sewaktu-waktu Rafa bangun dan nangis," jawab Sera sembari berbaring di samping Raf
Sesampainya di parkiran rumah sakit, Sera dan Arsya langsung turun. Kali ini Arsya lah yang menggendong Rafa sebab mereka akan berjalan dengan cepat, sebisa mungkin Sera menyamakan langkah Arsya. Mereka sengaja memakaikan topi di kepala Rafa agar orang lain tak bisa melihat wajahnya.Mereka terus berjalan tanpa mempedulikan orang-orang yang berlalu lalang. Sampai akhirnya mereka sudah sampai di tempat di mana Alif di rawat, mereka segera masuk ke dalam dan pemandangan pertama yang mereka lihat ialah Reta yang tengah tidur di sofa dengan posisi duduk."Bangunkan bunda," titah Arsya dengan menggunakan batin dan langsung di laksanakan oleh Sera.Arsya mendekat melihat keadaan Alif, ia bernafas lega saat menyadari Alif hanya tertidur saja. Ia mendekat ke arah Reta yang sudah mulai terbangun, beliau masih mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul."Maaf, tadi bunda keti
Arsya berada di dalam rumah Rian, di ruang tamu terdapat peti mati yang berisikan jenazah istri dari Rian. Sera sudah berada di sini, Sera membantu Rafa menyentuh tubuh mamanya itu. Rafa hanya sembari menatap orang yang ada di dalam peti itu, jemari mungilnya mengelus pipi jenazah mamanya.Sementara Sera melihat wajah damai istri Rian itu, dia tersenyum tipis dengan mata terpejam. Dia sangat cantik dan mirip sekali dengan Rafa, di depan rumah ini banyak karangan bunga ucapan bela sungkawa. Namun sayang seribu sayang pemakaman ini akan di laksanakan secara tertutup."Mama kok tidur aja? Padahal tadi Afa lihat mama telbang," ucap Rafa dengan sorot mata sendu."Mama enggak sakit lagi, makanya mama tidur," ucap Sera dengan suara pelan."Benarkah?" tanya Rafa memastikan dan mendapatkan anggukkan dari Sera."Nanti kalau kakak bilang sesuatu Rafa harus ikut
Dengan hati-hati Sera menidurkan Rafa di kasurnya, ia menyelimuti dia dan menaruh dua buah guling di samping kanan dan kiri Rafa. Setelahnya ia keluar menyusul Arsya yang saat ini tengah menonton TV di ruang tamu. Ia duduk di sebelah Arsya dan menyaksikan siaran TV itu.Mengingat ia dan Arsya belum makan, lantas Sera pun berinisiatif untuk memasak makanan yang bisa ia dan Arsya makan. Ia bergegas pergi ke dapur, sesampainya di sana ia langsung membuka pintu kulkas. Banyak sekali sayuran dan buah-buahan di dalam kulkas sana, ia bingung ingin memasak apa."Oh iya, di sini' kan ada Rafa, jadi aku harus masak makanan yang bisa di makan oleh Rafa," gumam Sera setelah berdiam diri di tempat cukup lama."Masak sup daging aja ya, ada sayurnya pasti sehat," ucap Sera dan akhirnya ia memutuskan untuk memasak daging.Tiba-tiba saja Arsya datang, dia membantu Sera memotong-motong sayuran. Padah
Pagi harinya seperti apa yang Arsya janjikan kepada Rafa, mereka semua akan pergi ke rumah sakit. Saat ini mereka tengah bersiap-siap, lebih tepatnya hanya Rafa dan Arsya yang bersiap-siap sedangkan Sera sudah siap dari tadi. Ia bolak-balik membantu Arsya dan Rafa mengkancingkan baju mereka.Entah apa jadinya jika ia belum mandi terlebih dahulu, pasti tak akan berangkat-berangkat. Sampai akhirnya Rafa sudah siap dan dia sudah wangi, sedangkan Arsya masih sibuk melipat lengan kemejanya. Dengan segera Sera membantu Arsya melipat lengan kemeja itu di bawah siku."Udah selesai semua' kan?" tanya Sera memastikan dan mendapatkan anggukan dari Arsya."Rafa mau jalan sendiri atau kakak gendong?" tawar Sera."Jalan sendiri aja," jawab Rafa sembari turun dari kasur."Yaudah, yuk," ajak Sera.Mereka keluar dengan Rafa berada di ganden
Arsya, Sera, dan juga Rafa sudah sampai di rumah sakit. Sebelum mereka ke ruangan Rian, mereka terlebih dahulu berada di ruangan Alif guna melihat keadaannya. Saat ini Arsya duduk di samping brankar Alif, sedangkan Sera bersama dengan Arsya duduk di sofa dengan Reta.Alif sudah bisa menggerakkan sedikit tubuhnya, namun dia masih saja berbaring. Alif pun sudah tak lagi memakai alat pernafasan, sekarang tinggal menunggu luka-luka di tubuhnya kering saja. Ini benar-benar keajaiban Tuhan, Alif bisa bangkit dan masih hidup hingga sekarang. Semua orang bersyukur dengan fakta ini."Bagaimana keadaan kamu setelah di tembak?" tanya Alif.Arsya membuka kancing kemejanya hingga memperlihatkan dada bidangnya yang di perban. "Tinggal menunggu penyembuhan aja," jawab Arsya sembari menutup kembali kancing bajunya."Ayah sendiri udah baikkan?" tanya Arsya balik."Iya, wak
Lia berada di ruangan Robet, ia tengah menyuapi suaminya itu. Beberapa menit yang lalu ada dokter baru saja datang guna memeriksa keadaan Robet. Dan syukurlah Robet sudah membaik dan harus banyak istirahat untuk memulihkan tenaganya. Suasana di sini hanya ada keheningan, Lia sudah mandi dan tubuhnya sudah bersih sekarang.Ia pun baru saja mendapatkan kabar bahwa semua korban sudah ditemukan dan ia bernafas lega, urusan yang ada di sana sudah selesai. Mereka orang yang ingin menghancurkan anakknya pun sudah meninggal akibat rencana yang dia buat sendiri. Malahan orang yang ingin mereka lenyapkan masih hidup."Di mana Sera? Apakah dia tak mau menjenguk diriku?" tanya Robet."Kau tak boleh berbicara seperti itu, Sera masih sibuk bersama dengan Arsya. Mereka juga menyelesaikan banyak sekali masalah yang ada, kemarin dia sempat ke sini," ucap Lia."Waktu aku belum sadar?" tanya Rob