Sera sudah sampai disalah satu bandara yang ada di Jepang. Dirinya keluar dari dalam pesawat dengan menyeret 1 buah koper, ia hanya pergi dengan Anton saja. Sedangkan Rudi mengurus urusan perusahaannya yang belum selesai. Serangan dan Anton masuk kedalam mobil yang sudah disetiri oleh bodyguard.
Selama diperjalanan Sera mengerjakan pekerjaannya yang tinggal sedikit. Setelah selesai ia menelfon asisten Arsya dan menanyakan dimana keberadaan suaminya itu. Ternyata Arsya berada di hotel, langsung saja ia memberitahu kepada supir supaya mengarahkan mobilnya ke hotel tempat dimana Arsya berada.
"Jadi ngak sabar ketemu dengan Arsya," batin Sera senang.
"Nona, kita sudah sampai."
Suara Anton mengejutkan Sera, langsung saja dirinya turun seorang diri dan segera masuk kedalam hotel. Didalam lift Sera membawa coklat, tadi sebelum berangkat ke Jepang ia sengaja membeli coklat di Kanada untuk A
Sera masih berada dihotel bersama dengan Lita, temannya itu memutuskan untuk menginap dihotel ini guna menemaninya. Sera sudah lebih baik dari sebelumnya, ia sudah tak menangis lagi. Saat ini mereka tengah menonton film di TV ditemani dengan popcorn.Lita terus saja mengajak ngobrol dirinya supaya tak ingat dengan masalahnya. Jujur saja, keberadaan Lita membuatnya sedikit lebih baik. Sekadar informasi, sampai saat ini Arsya tak menghubungi dirinya. Sera sudah bodoamat dengan kelakuan suaminya itu."Kamu udah izinkan mau nginep disini?" tanya Sera.Lita mengangguk, "Udah, lagian kalau di apartemen sendirian bosen. Mumpung kamu ada disini jadi aku bisa menghabiskan waktu sama kamu," ujarnya.Sera tersenyum tipis, "Terimakasih udah ada diwaktu aku sedih," ujarnya terharu."Jangan nangis dong, namanya sahabat harus gini." Lita menghapus air mata Sera yan
Keesokan harinya, Sera berada didalam mobil bersama dengan Lita. Hari ini ia akan kembali pulang, tentunya tanpa sepengetahuan Arsya. Sera berangkat ke bandara ditemani oleh Lita, kemarin ia sangat marah melihat foto Arsya tidur dengan wanita lain. Lebih parahnya lagi, didalam foto itu Arsya sama sekali tak mengenakan baju."Hayo, mikirin apa!" ujar Lita, tentunya membuat Sera kaget. Hari terakhir mereka bersama-sama, sedih namun mau bagaimana lagi."Pasti mikirin Arsya," tebak Lita, sedangkan Sera hanya cengegesan. Sahabatnya yang satu ini memang pintar dan pandai menebak."Apa Arsya ngak tau aku akan pulang?" tanya Sera dengan nada sedih.Lita berdecak sebal, "Kamu jangan mikirin dia, sebentar lagi kamu akan pulang. Nanti dipesawat jangan banyak pikiran," peringatnya.Lita mengangguk, "Dirinya tak boleh terlalu banyak pikiran.
Sera sudah sampai di Indonesia, saat ini ia berada didalam mobil menuju mansion Louwen. Kali ini ia akan pulang ke mansion saja, selama diperjalanan Sera hanya melihat jalanan kota saja. Hatinnya kenapa masih sakit sekali? Apakah ini rasanya terlalu dalam mencintai?."Nona, kita sudah sampai." ucapan bodyguardnya mengagetkan Sera."Terima kasih paman," ujar Sera saraya tersenyum. Lalu dirinya keluar dan melihat sekeliling, benar ia kini tengah berada di pekarangan mansion.Sera masuk kedalam, karena ini masih pagi jadi semoga saja kedua orang tuanya masih berada dirumah. Dirinya masuk kedalam menyusuri ruang tamu, hingga ia menemukan keberadaan mama dan papanya di samping kolam renang. Langsung saja ia menyusulnya, namun wajah yang semula ceria kini muram akibat adanya Liora."Pa, ma," sapa Sera seraya menghampiri sang mama yang duduk membelakanginya.
Sera mengerjapkan matanya berkali-kali, ia merubah posisinya yang semula tiduran menjadi berdiri. Dirinya baru ingat jika pingsan dijalan, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dirinya berada dikamar milik Arsya, tak lama pintu terbuka.Dirinya langsung melihat kearah depan, disana terdapat Reta yang berjalan kearahnya dengan membawa nampan. Reta duduk di sebelahnya, posisi Sera bersender. Dapat Sera rasakan elusan tangan Reta di rambutnya. Mengapa malah orang lain yang mengelusnya, bukankah seharusnya itu tugas dari mamanya sendiri?."Kamu udah enakan?" tanya Reta dengan nada lembut.Sera mengangguk, "Terimakasih, bunda udah tolong Sera.""Sama-sama sayang. Kamu sudah menjadi anak bunda sekarang," jawab Reta seraya tersenyum."Jelasakan ke bunda apa yang terjadi sama kamu," pinta Reta.Sera terdiam, apakah ia harus mencerit
Arsya dan Sandra sudah berada di Indonesia, mereka berada di dalam satu mobil yang sama. Arsya akan pergi ke mansionnya, entah mengapa ia membiarkan Sandra ikut bersamanya. Didalam mobil hanya ada keheningan, Arsya sibuk melihat kearah jalanan depan. Beberapa menit kemudian mereka sampai di pekarangan mansion, langsung saja Arsya turun dari mobil dan segera masuk. Sandra mengikuti langkah lelaki itu. Arsya nampak bertanya kepada salah satu bodyguard di mana letak kedua orang tuanya. Setelah mendapatkan jawaban, Arsya langsung menaiki tangga menuju ruang keluarga. "Bunda," panggil Arsya seraya berhenti dianak tangga paling atas. Bisa Arsya lihat kini Reta yang berjalan kearahnya, namun mengapa wajah bundanya terlihat marah?. Plak Wajah Arsya menoleh ke samping ketika Reta menampar pipinya. Lelaki itu melihat ke arah sang bunda yang kini tanpak menangis. Apalagi melihat Alif yang be
Pagi ini keluarga Giory melaksanakan kegiatan sarapan bersama-sama. Dimeja makan suana tampak hening, Sera tak mau duduk disebelah Arsya. Sedangkan Arsya mencoba mendekati Sera, namun hanya penolakan yang dirinya dapat. Bahkan Reta turut melarangnya dekat dengan Sera. Setelah sarapan mereka melakukan rutinitas masing-masing. Sera dan Arsya masih berada dimeja makan, sedangkan Alif dan Reta sudah pergi dari sana. Sebenarnya Sera masih berada disini dikarenakan nasinya belum habis. Kalau Arsya sengaja berlama-lama disini dan pura-pura tengah makan buah. "Sera!" panggil Arsya. "Ngapain? Mau izin selingkuh?" tanya Sera tertawa pelan. Lalu dirinya pergi dari sana. Dengan segera Arsya menyusul Sera dan mencekal tangan perempuan itu hingga berhenti. "Lepas Arsya!" ucap Sera, ia mencoba melepaskan cekalan tangan Arsya ke pergelangan tangannya. "Aku
Di mansion Louwen, kini Liora tengah bermanja ria degan Citra. Mereka tengah duduk di pinggir kolam renang. Sedangkan Rama duduk tak jauh dari mereka sembari membaca koran, tak lupa dengan secangkir kopi yang tersedia dia meja kecil. "Tante Liora tadi lihat baju bagus banget," ucap Liora, kakinya dan kaki Citra berada didalam air. Citra menatap Liora. "Kalau kamu suka ambil aja. Nanti tante yang bayarin," balasnya. "Beneran?" tanya Liora ragu, padahal hatinya sangat senang mendengarnya. "Benar dong," ucap Citra seraya tersenyum. "Terimakasih," ucap Liora tersenyum. "Sama-sama," jawab Citra. Tak lama mereka mendengarkan teriakan seseorang, tanpa berlama-lama lagi mereka langsung pergi ke asal suara. Rama mendapati Fikri berada diruang tamu, langsung saja dirinya menghampiri Fikri dan
Rian terdiam setelah mendengarkan pertanyaan yang keluar dari mulut Sera. Dirinya tentu tau siapa Liora, namun mengapa Sera menanyakan hal itu kepada dirinya?. Kemudian ia melihat kearah Sera yang saat ini juga melihatnya, bisa dirinya rasakan jika Sera memandangnya dengan tatapan sendu. "Memang kamu kenpa tanya tentang Liora?" tanya Rian heran. "Dia udah datang ke keluarga aku dan menfitnah aku yang engak-engak. Bahkan aku udah ditampar mama dan papa gara-gara fitnah Liora, puncaknya kemarin saat aku diusir dari rumah. Disitu Liora senang karena rencananya berhasil," ujar Sera. "Sejak kapan Liora berada dirumahmu?" tanya Rian, jujur saja dirinya tak tau jika Liora berada di kediaman Louwen dan melakukan hal menjijikkan seperti itu. "Lebih dari 1 bulan," jawab Sera. Rian mengangguk pertanda mengerti. Dirinya langsung menceritakan pertemuann