Mobil yang Arsya dan Sera tumpangi berhenti tepat di pekarangan rumah sakit. Arsya mengenyritkan alisnya bingung, mengapa Rian mengajaknya pergi kesini. Lantas mereka keluar dengan menggunakan masker. Arsya mengikuti Rian yang mulai masuk kedalam rumah sakit.
Arsya hanya diam, ia ingin bertanya mengapa mereka kesini namun ragu. Lebih baik ia memendam pertanyaannya saja, Arsya berhenti dikarenakan Rian berhenti berjalan. Kini posisi mereka berada didepan pintu berwarna hitam. Dapat Arsya lihat jika Rian ragu-ragu ingin membuka pintu.
"Lebih baik kita pulang saja," usul Arsya.
Rian menatap keponakannya itu, "Lebih baik masuk, katanya mau bertemu dengan istri saya?"
Rian membuka pintu, lalu masuk kedalam. Dapat Arsya lihat jika ada seorang perempuan yang terbaring lemah diranjang rumah sakit dengan berbagai alat-alat yang menempel di tubuhnya. Arsya berjalan mendekat dan melihat wajah
Sera terbangun dari tidurnya, perempuan itu menggeliat kecil dan menoleh kesamping. Dimana Arsya? Mengapa kasurnya kosong?. Sera turun dan merapikan selimutnya, lalu dirinya membuka korden. Seketika cahaya matahari masuk kedalam membuat Sera menyipitkan matanya."Arsya?" panggil Sera, perempuan itu melihat ke sekeliling namun tak menemukan tanda-tanda keberadaan Arsya.Sedangkan kini Arsya berada dibalik tembok, ia mengendap-endap berjalan kearah Sera dan langsung menutup mata perempuan itu. Sera mencoba melepaskan tangan kekar yang saat ini menutup matanya."Arsya lepasin," ucap Sera sebal.Arsya melepaskan tangannya dan mencium pipi Sera dengan gerakan cepat membuat perempuan itu menggeruru sebal. Namun dengan cepat, Arsya mencubit pipi Sera dengan gemas. Arsya sudah mandi, kini giliran Sera yang mandi. Sekarang lelaki itu berdiri di depan kaca dengan membawa secangkir teh hangat,
Arsya berjalan memasuki kantor Sera, namun dirinya tak menemukan keberadaan perempuan itu. Dimana Sera? Arsya berjalan kesegala arah dan tak menemukan keberadaan Sera. Lelaki itu memutuskan untuk duduk dikursi dan mengambil HP yang berada disaku jasnya.Terdapat pesan yang belum dirinya baca semenjak 15 menit yang lalu, langsung saja Arsya membukanya dan membacanya. Ternyata pesan itu dari Sera, setelah membaca pesannya Arsya menghela nafas. Pesan itu berisi Sera pamitan akan berangkat ke Kanada. Arsya tak bisa menyusulnya dikarenakan pesawat yang Sera naiki sudah terbang sejak 5 menit yang lalu."Lebih baik aku juga berangkat ke Jepang," batin Arsya lalu berdiri. Lelaki itu keluar sembari menelfon asistennya supaya menyiapkan keperluannya selama di Jepang nanti.MobilKini Arsya sudah berada didalam mobil, sedari tadi ia tak bisa menghubungi Sera. Mungkin istrinya itu tengah berist
Keesokan harinya Arsya berada didalam Kantor milik keluarganya yang ada di Jepang. Lelaki itu duduk dikursi kerja, tadi sewaktu ia sampai kesini ada beberapa sambutan dari karyawan atas kedatangannya kesini. Mayoritas para karyawan disini bisa berbahasa Indonesia, ada juga orang Indonesia yang dipindah kesini.Tadi Arsya juga sempat meeting sebentar dengan orang kepercayaan keluarganya yang ditugaskan untuk mengurus perusahaan ini. Syukurlah bener masalah disini dapat diselesaikan, tinggal mengurus beberapa masalah lagi. Tiba-tiba saja Niko masuk kedalam ruangan dengan membawa beberapa berkas."Taun muda tanda tangan saja, biar yang lain saya yang melihatnya." Niko meletakkan berkas itu keatas meja Arsya.Sedangkan Arsya mengangguk, "Apakah aku akan berada disini terus?" tanyanya.Niko menggeleng, "1 jam lagi anda akan bertemu dengan klien Jepang bersama dengan Toni," jawabnya
Arsya terperanjat kaget kala mendengar suara nyaring itu. Dirinya melihat ke depan dan mendapati kaca jendelanya sudah hancur berkeping-keping. Dengan gerakan pasti ia berjalan kedepan dengan langkah hati-hati. Dirinya menemukan secarik kertas, langsung saja ia ambil dan memasukkan kertas itu kedalam sakunya.Arsya keluar dikarenakan terdengar suara ketukan pintu, setelah membuka ia melihat ada beberapa karyawan hotel berdiri di depan pintu. Ternyata mereka menanyakan apa yang terjadi, Arsya berfikir sejenak. Dirinya bingung harus menjawab apa."Sepertinya ada orang iseng yang lempar batu kearah kaca jendela saya," ucap Arsya, tentunya dengan menggunakan bahasa Jepang yang sangat fasih. Gini-gini Arsya jago berbicara banyak bahasa, jadi tak perlu diragukan lagi kemampuannya."Biar petugas hotel yang membersihkannya."Arsya menggeleng, "Tak perlu, asisten saya yang akan membereskanny
Disebuah ruangan Arsya tampak berdiri dengan meremas sesuatu yang berada ditangannya. Mata lelaki itu menyiratkan amarah, beberapa menit yang lalu Arsya mendapatkan kiriman foto. Difoto itu terdapat gambar Sera yang tengah dipeluk oleh seorang laki-laki, bukan hanya 1 foto saja.Arsya mendapatkan beberapa foto dimana Sera tengah jalan-jalan dengan lelaki itu, yang paling membuatnya geram ialah Sera yang nampak sangat bahagia. Jadi Sera tak menjawab telfonnya hanya karena bersama dengan lelaki itu? Jujur saja, hatinya panas melihat kebersamaan itu.PrangArsya melempar gucci yang berasal disampingnya hingga jaruh berkeping-keping. Hatinya bergemuruh melihat ini semua, hingga ia meninju tembok satu kali. Dirinya mengusap wajahnya frustasi dan membuka pintu, karena sedari tadi ada yang mengedor-gedor pintunya.Setelah pintu terbuka ia terkejut mendapati Sandra yang berdiri, ia ingin me
Sera sudah sampai disalah satu bandara yang ada di Jepang. Dirinya keluar dari dalam pesawat dengan menyeret 1 buah koper, ia hanya pergi dengan Anton saja. Sedangkan Rudi mengurus urusan perusahaannya yang belum selesai. Serangan dan Anton masuk kedalam mobil yang sudah disetiri oleh bodyguard.Selama diperjalanan Sera mengerjakan pekerjaannya yang tinggal sedikit. Setelah selesai ia menelfon asisten Arsya dan menanyakan dimana keberadaan suaminya itu. Ternyata Arsya berada di hotel, langsung saja ia memberitahu kepada supir supaya mengarahkan mobilnya ke hotel tempat dimana Arsya berada."Jadi ngak sabar ketemu dengan Arsya," batin Sera senang."Nona, kita sudah sampai."Suara Anton mengejutkan Sera, langsung saja dirinya turun seorang diri dan segera masuk kedalam hotel. Didalam lift Sera membawa coklat, tadi sebelum berangkat ke Jepang ia sengaja membeli coklat di Kanada untuk A
Sera masih berada dihotel bersama dengan Lita, temannya itu memutuskan untuk menginap dihotel ini guna menemaninya. Sera sudah lebih baik dari sebelumnya, ia sudah tak menangis lagi. Saat ini mereka tengah menonton film di TV ditemani dengan popcorn.Lita terus saja mengajak ngobrol dirinya supaya tak ingat dengan masalahnya. Jujur saja, keberadaan Lita membuatnya sedikit lebih baik. Sekadar informasi, sampai saat ini Arsya tak menghubungi dirinya. Sera sudah bodoamat dengan kelakuan suaminya itu."Kamu udah izinkan mau nginep disini?" tanya Sera.Lita mengangguk, "Udah, lagian kalau di apartemen sendirian bosen. Mumpung kamu ada disini jadi aku bisa menghabiskan waktu sama kamu," ujarnya.Sera tersenyum tipis, "Terimakasih udah ada diwaktu aku sedih," ujarnya terharu."Jangan nangis dong, namanya sahabat harus gini." Lita menghapus air mata Sera yan
Keesokan harinya, Sera berada didalam mobil bersama dengan Lita. Hari ini ia akan kembali pulang, tentunya tanpa sepengetahuan Arsya. Sera berangkat ke bandara ditemani oleh Lita, kemarin ia sangat marah melihat foto Arsya tidur dengan wanita lain. Lebih parahnya lagi, didalam foto itu Arsya sama sekali tak mengenakan baju."Hayo, mikirin apa!" ujar Lita, tentunya membuat Sera kaget. Hari terakhir mereka bersama-sama, sedih namun mau bagaimana lagi."Pasti mikirin Arsya," tebak Lita, sedangkan Sera hanya cengegesan. Sahabatnya yang satu ini memang pintar dan pandai menebak."Apa Arsya ngak tau aku akan pulang?" tanya Sera dengan nada sedih.Lita berdecak sebal, "Kamu jangan mikirin dia, sebentar lagi kamu akan pulang. Nanti dipesawat jangan banyak pikiran," peringatnya.Lita mengangguk, "Dirinya tak boleh terlalu banyak pikiran.