"Dasar pria lemah," cibir Smith yang melihat ke arah Ardi yang muntah berulang kali. Daripada mendengar cibiran Smith yang seperti anak bebek yang berisik, Ardi memilih untuk mengeluarkan isi perut yang masih tersangkut. "Sudah aku nasehati untuk bawa kantong untuk berjaga-jaga, Kau ini kenapa bandel sih?" Smith masih tiada henti-hentinya mencibir Ardi. Kemudian bersedekap dada melihat Ardi yang mengalami penderitaan. Ardi ingin memaki-maki Smith dengan sumpah serapah, Tapi niat tersebut tidak bisa di lakukan sekarang. Melihat Ardi masih muntah, Smith berinsiatif membawa Ardi keluar dari dalam ruangan. Sedangkan para pekerja masih mengumpulkan bukti yang ada di TKP untuk menemukan siapa pelaku pembunuhan dan indentitas korban. Di dalam mobil, Smith menyerahkan satu tablet obat mual dan satu botol air mineral untuk Ardi. Ardi menatapi kebaikkan Smith dengan tatapan curiga. Tahu apa maksud tatapan Ardi yang menyebalkan itu. Smith menghela nafas panjang. Kemudian memperlihatkan w
Bartender bar itu tidak bertanya lagi setelah pria itu memilih diam. Ardi yang tidak sabaran, ia berjalan ke arah pria itu dengan sikap percaya diri dan berwibawa. "Vodka satu gelas," ucap Ardi yang memesan minuman keras di saat suasana perutnya tidak baik. Pria itu menatapi Ardi sejenak di saat Ardi tidak sadar. "Anak sialan ini ternyata lebih tampan dari aku, termasuk tubuhnya juga kekar. Benar-benar tipe yang aku inginkan. Kapan aku bisa mendapatkan tubuh seperti itu," batin pria itu menatapi Ardi dari atas hingga bawah tanpa melewatkan sedikitpun. Pria itu menelan saliva dengan susah payah. Ia terobsesi untuk mendapatkan tubuh Ardi yang sempurna seperti yang di inginkan selama ini. Ardi menoleh ke arah pria itu dengan tatapan mencibir. "Ada yang salah dengan penampilan aku?" ucap Ardi dengan kata sinis. Pria itu menurunkan tatapan matanya, kemudian menghabiskan semua minuman di gelas dengan tergesa-gesa. Sejujurnya pria itu sangat takut dengan Ardi yang bisa membokar inden
Kedua pria masih saling tatapan penuh kebencian mau pun persaingan.Smith yang sejak tadi diam dengan rasa penasaran tinggi. Kini ia memilih bersuara untuk mendamaikan kedua pria tersebut sebelum terjadi tumpah darah.Bukannya damai, Ardi dan pria itu langsung menyerang secara dadakan.Smith yang terkejut berhasil menghindar dari keduanya. Sehingga ia selamat dari tendangan mau si pria berpakaian formal tersebut."Duhh... sial," umpat Smit yang hampir saja jadi Samsat tinju oleh kedua pria tersebut.Ardi berulang kali menghindari tendangan kaki pria tersebut yang mengarah ke arah kepala."Ternyata sekarang kau sudah bisa ilmu beladiri," Ardi yang masih menghindari tendangan dari pria itu mulai mencibir.Kesal dengan kemampuan Ardi yang meningkat tajam. Pria itu mengubah teknik berkelahi secara mendadak.Ardi yang sudah malas bermain-main. Ia segera mengayunkan salah satu kaki ke arah dada pria itu.Tubuh pria itu terpental mengenai Smith.Smith yang mencoba kabur berakhir na'as di tim
di sebuah gudang tua yang jauh dari permukiman warga. Herman maupun Lala menatapi para wanita yang sudah terikat berhari-hari atau ada yang berminggu-minggu di tiang kayu dengan bagian bawah basah. Di bagian bawah terlihat tertancap alat getar bertekanan tinggi untuk memuaskan nafsu para wanita yang kini di kuras lendir demi sebuah PERSUGIHAN. Tidak hanya bagian bawah yang di manjakan oleh sebuah alat getar, bagian atas juga terdapat dua alat yang di gunakan untuk meremas kedua gundukkan besar dan empuk. "Tolong lepaskan aku," rintih wanita itu menatapi seorang pria yang di dampingi oleh seorang wanita yang lebih tua berapa tahun. Pria itu bersikap cuek, ia melirik wanita itu dengan tatapan malas. Walau di dalam hati terdapat niat untuk menyetubuhi para korban satu persatu secara bergilir. Membayangkan teknik yang akan di praktekkan kepada para korban, nafsu Herman semakin menggebu-gebu dan terasa keras di bagian pusat tubuh. Melihat bagian menonjol keras di balik celana jeans ya
“Haruskah aku tinggal bersama mereka?” batin Narnia yang mempunyai keraguan besar untuk melakukan permintaan yang menurutnya tidak masuk akal sama sekali atas permintaan ibu tiri. Keraguan menyusup di hati Narnia, ia memutuskan untuk menolak secara halus tawaran ibu tiri. Karena tidak enak hati dan takut-takut seperti cerita di sinetron yang keberadaannya tidak di anggap sama sekali dan di siksa oleh pihak keluarga ibu tiri yang kejam. Ampesnya di perkosa bergilir seperti piala dunia. membayangkan hal seperti itu saja sudah membuat semua bulu tubuh Narnia berdiri semua. Sang ibu tiri yang melihat pesan balasan dari Narnia. "Keparat," umpat Lala yang mendengus kesal, ia tidak terima atas kegagalan ini dan niat jahatnya masih tetap tidak berubah sama sekali untuk menjadikan Narnia sebagai calon persugihan lendir. Melihat tidak ada tangkapan dari ibu tiri. Narnia kembali menjelaskan maksud penolakkan ajakan tersebut dengan berapa alasan sebagai pendukung. Lala yang sejak tadi memb
"Aku mengapa bisa lupa bagian ini," Narnia menepuk dahinya sesaat. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Narnia setuju dengan apa yang di tawarkan oleh ibu tiri. Bahwa ia akan pergi ke Jakarta pada hari jumat siang dengan tujuan berziarah di makam kedua orangtua. Kemudian kembali ke Bandung. Melihat pesan balasan yang di kirimkan oleh Narnia, kedua mata Lala terbelalak besar. Ia berulang kali membaca pesan tersebut untuk memastikan dirinya tidak salah baca. "Akhirnya berhasil," seru Lala dengan suara nyaring dan bahagia akan misinya yang sudah berhasil di tahap pertama. Tahap pertama menjebak Narnia untuk ke Jakarta sebagai calon persugihan. Lala dan Herman saling melihat satu sama lain, Keduanya tertawa terbahak-bahak. Karena rencana mereka akhirnya berhasil menarik simpati Narnia. “Dengan demikian maka tumbal persugihan dari wanita yang di kencani oleh Adam, Kini sudah tidak berguna lagi. Kita harus secepatnya mejadikan Narnia sebagai peganti wanita persugihan yang lama," ucap L
"Tolong lebih pelan," pinta wanita itu memohon pilu. Wanita itu sudah tidak mampu mengimbangi kekuatan Adam yang seperti binatang buas kelaparan di malam hari. Binatang buas yang mencari santapan lezat dengan menyiksa mangsa secara perlahan-lahan hingga ke brutal. Adam menaikkan sebelah alis. Ia merasa jijik akan permohonan wanita itu. "Aku mohon," rintih wanita itu pilu meminta kelembutan hati Adam. Geram akan wanita itu yang sejak merintih dengan bersuara memohon lebay. Adam menghembuskan nafas kasar untuk memberikan wanita itu pelajaran agar tahu diri dan tidak berteriak lebay seperti itu. "Pelan katamu?" pekik Adam yang terlihat tidak senang dengan apa yang di katakan oleh wanita tersebut. "Tolong lebih pelan, ini sungguh menyiksa. Aku mohon padamu," rintih wanita itu yang masih tidak ada lelahnya memohon kepada Adam. Senyuman licik dan terlihat kemarahan di wajah Adam di sertai dengan urat biru yang terlihat di dahi. "Aku akan memberitahukan padamu, apa itu pelan?" seru A
*** Pagi hari, Adam dan Ardi di kejutkan oleh sebuah berita yang menurut mereka berdua tidak masuk akal. Terutama Ardi, ia memperlihatkan sikap menantang kepada kedua orang tua. Karena sudah bisa menebak apa yang terjadi kedepan dan alasan demi kepentingan pribadi. Sehingga mengorbankan apa yang ada. "Ardi jaga sikapmu," Herman menegur anak bungsu tanpa sengaja dengan nada membentak. Mendapatkan teguran dari Herman, Ardi semakin tidak senang. "Cih.... pasti aku harus mengalah lagi demi egoisan kalian bertiga," cibir Ardi dengan nada tidak suka kepada sang ibu. Bahkan menunjukkan sikap pemberontakan dengan menendang kaki meja secara terang-terangan. Ardi tidak perduli dengan harga kaki meja yang kini menjadi sasaran perlampasan kemarahan di dalam hati. Melihat Ardi yang semakin lama semakin memberontak. Lala yang tidak bisa membendung emosi. Ia berjalan kehadapan Ardi dengan wajah hitam. Ingin sekali Lala menampar wajah Ardi dengan tamparan kuat. Tapi dia tidak sanggup melakuka