Share

Double ujian.

“Kita harus laporkan kasus ini ke polisi, Bu. Sebab tidak hanya berbahaya bagi Naila, tapi juga ancaman serius untuk siswa yang lain.  Sekolah bisa jadi tidak nyaman apalagi kalau berita ini sampai menyebar ke luar. Resikonya terlalu besar. Sekolah bisa saja tidak dapat peserta didik baru nantinya,” ucap Kepala Sekolah lagi.

 

 

“Saya setuju. Ini tindak kriminal memang harus diperkarakan. Saya tidak mau cucu saya Naila kenapa-kenapa. Pasti dia sudah jadi incaran karena orang itu sudah tahu betul siapa saja orang-orang terdekat Naila,” sahut mertuaku.

 

 

“Saya juga setuju, Bu. Ini semua demi keamanan dan kenyamanan anak-anak di sekolah,” jawabku. Ah, lega sekali setidaknya dengan begini Mas Bayu dan selingkuhannya tidak bisa berkutik. Mertuaku dan kakaknya juga akan segera tahu.

 

 

“Saya tidak setuju!” Baru saja kami hendak masuk ke mobil, tiba-tiba Mas Bayu datang dengan seorang wanita bercadar. Aku yakin sekali dia dan selingkuhannya buru-buru datang ke sini agar tidak ada yang melaporkannya ke polisi. Kami menatap satu sama lain. Pasti mereka heran. Sedang aku harap-harap cemas berusaha agar  tidak masuk perangkap Mas Bayu dan selingkuhannya.

 

 

“Loh, Bayu! Kok, kamu tiba-tiba di sini perempuan ini pula. Dia kan, perempuan yang akan menculik Naila!” protes Mbak Dwi. Dia maju dan hendak menarik jilbab panjang milik perempuan itu.

 

Pura-pura soleha  padahal solehot sampai mati-matian merebut suami orang.

 

 

“Ah, sakit!” pekiknya. Pasti Mbak Dwi sudah berhasil menjambak rambutnya.

 

 

“Stop, Mbak! Aku bisa jelaskan semuanya. Bu Guru dan semuanya maaf kalau sudah buat salah paham di sini. Ini teman saya. Juleha, memang sengaja datang ke sini untuk menjemput Naila dan itu saya yang minta tolong padanya karena Juleha mau berkunjung ke rumah jadi biar sekalian lewat. Salah saya tidak konfirmasi ke pihak sekolah terlebih dahulu,” jelas Mas Bayu. Oooii pandai sekali dia bersilat lidah!

 

 

“Apa benar begitu? Lalu kenapa pergi dengan gerak-gerik mencurigakan?” tanya Bu kepala sekolah.

 

 

“Anu, itu, Bu Guru, saya kebelet pipis dan tidak biasa pipis di toilet umum jadi saya buru-buru soalnya udah diujung enggak bisa ditahan lagi,” jawab perempuan itu.

 

 

“Huh, bikin riweh saja! Awas kamu, Bay, buat ulah begini lagi enggak akan aku peduli lagi sama Naila,” ucap Mbak Dwi. Dia Tampak sekali kecewa dengan Mas Bayu.

 

“Maaf ya, Mbak.” Wanita itu hendak menyalami Mbak Dwi, tapi Mbak Dwi menolaknya.

 

 

“Bayu-Bayu, bikin Ibu jantungan saja. Ayo, pulang!” ajak mertuaku.

 

Setelah bermaaf-maafan dengan pihak sekolah dan berpamitan, kami segera pulang ke rumah. Rasanya aku tidak  sabar mau bertemu Naila.

 

 

“Lihat, Mel, aku sudah sejauh ini bertindak. Jadi, lebih baik kamu menyerah saja,” bisik perempuan itu saat tepat jalan di sampingku.

 

 

“Kamu mau Mas Bayu? Ambil, gih! Ambil sana! Aku tidak peduli lagi,” jawabku ketus.

 

 

“Kenapa diam? Atau kamu tahu kalau kamu cuma tempat pelampiasan doang?” kataku. 

 

 

“Kalau kamu mau aku ambil Mas Bayu, berarti kamu haru segera mengajukan gugatan cerai. Jangan cuma bilang ambil saja!” katanya lagi

 

“Tidak perlu diajari, aku tahu mana yang harus aku lakukan. Toh, tanpa gugatan cerai juga kamu dan Mas Bayu bisa bebas kok, karena aku memang sudah tidak mau dengannya. Jijik tahu, sama laki-laki model begitu. Celup sana-sini. Ambil saja bila perlu bawa sekarang!” jawabku. Bukan aku tidak mau mempertahankan rumah tanggaku, tapi kalau untuk kembali pada lelaki pengkhianat aku tidak mau.  Kalau Mas Mas Bayu, mau sama pelakor ini ya, silakan saja. Aku juga butuh ketenangan hidup.

 

Perempuan ini diam saja. Entahlah apa yang tengah dipikirkannya. Aku malas lagi berdekatan jalan beriringan berdua. Aneh sekali sih! Video call dengan Mas Bayu saja telanjang bulat, ini sok-sokan berpakaian alim sampai pakai cadar segala. Memalukan! Pakaian hanya untuk menutup kedok buruknya saja.

 

 

“Tidak usah pasang muka jutek gitu , Mel! Nanti ibu bisa curiga,” bisik Mas Bayu. Dia berjalan menjajariku.

 

 

“Kalau terjadi apa-apa pada Naila, kamu dan selingkuhanmu itu tidak akan pernah aku maafkan. Bukan hanya itu, kalian berdua akan aku hancurkan. Kamu paham kan, kekuatan seorang ibu itu bagaimana?!” kataku penuh penekanan.

 

 

“Kamu mengancamku, Mel?”

 

 

“Bukan hanya sekedar ancaman, Mas. Ini peringatan keras untuk kalian berdua dan ingat aku pun tidak akan tinggal diam saja untuk mengumpulkan bukti perselingkuhan kalian,” jawabku lalu bergegas jalan duluan aku harus segera bertemu Naila. Mbak Dwi memanggil, tapi kuhiraukan.

 

 

***

 

“Kamu tidak apa-apa, Nak?” Naila masih tampak asyik bermain bersama anaknya Mbak Dwi. Kurengkuh dia dalam pelukan.

 

 

“Naila, baik-baik saja, Mah,” jawabnya. Anakku ini benar-benar menggemaskan.

 

 Kukatakan pada Naila agar lebih waspada dan hati-hati pada orang asing dan juga orang yang mungkin saja mengaku-ngaku sebagai kerabat. Aku yakin sekali selingkuhan Mas Bayu masih akan tetap merebut Naila dariku. Dia pasti akan pakai Naila untuk membuat Mas Bayu makin cinta padanya.

 

 

“Mel, kamu itu enggak sopan ya, pulang ke rumah sendirian kami jadi naik ojek gini mana panas!” protes Mbak Dwi. Oh, aku kira mereka akan pulang naik mobil mewah gundiknya Mas Bayu ternyata mereka ngojek.

 

 

“Tidak apa-apa, Mel. Enggak usah kamu denger omelan  Dwi. Orang dekat situ-sini saja panas,” sahut mertuaku.

 

“Maaf ya, Bu. Aku tadi khawatir sekali pada Naila jadi buru-buru ingin bertemu Naila,” jawabku.

 

“Tidak apa-apa Ibu, paham pasti kamu khawatir.”

 

“Aku kira Ibu pulang bareng Mas Bayu.”

 

“Bayu pergi kerja lagi, tadi nebeng sama temannya itu.” Aku hanya ber-oh saja. Karena aku yakin Mas Bayu tidak pergi ke kantornya. Pasti dia bersama selingkuhannya itu.

 

“Mel, kamu jadi beneran kerja?” tanya Mbak Dwi. Tumben sekali. Biasanya juga cuek.

 

“Jadi, Mbak, insyaallah,” jawabku malas.

 

“Em, kalau gitu aku dukung kamu kerja. Biar Naila sama aku aja. Kamu enggak usah sewa pengasuh biar Naila dibawah pengasuhanku,” ucap Mbak Dwi. Aku paham sekarang pasti dia mau ngeretin aku juga.

 

“Kamu enggak usah bayar mahal dan tentunya kamu tidak perlulah khawatir. Naila lebih aman bersama keluarganya. Kamu tahu kan, Mel, pengasuh sekarang itu ngeri-ngeri dan asal-asalan dalam menjaga anak. Kamu enggak mau kan, kalau terjadi sesuatu pada Naila?” ujarnya.

 

“Enggak Mbak, aku sudah bilang pada orang tuaku untuk tinggal di sini menjaga Naila. Aku enggak mau ngerepotin Mbak Dwi, lagi pula Mbak pasti minta bayaran mahal,” jawabku to the poin. Bicara padanya harus tepat dan jelas.

 

“Mahal? Kan, aku tadi udah bilang enggak usah bayar mahal. Cukup setara UMR sini saja,” jawabnya lagi.

 

“Kalau gitu Mbak Dwi saja yang kerja biar anak-anak Mbak Dwi, aku yang jaga. Enak saja gaji UMR!” Kataku lagi.

 

“Itu murah loh, Mel, dari pada kamu sewa pengasuh nanti dia genit-genitan loh, sama Bayu.”

 

“Ya, kalau, Mas Bayu mau tidak apa-apa. Toh, pengasuhnya Naila juga seorang ibu-ibu.”

 

“Ih, kamu itu ya, Mel, dibilangin ngeyel banget!” Mbak Dwi mulai tersulut emosi. 

 

“Naila, udahan ya, mainnya kita tidur siang dulu, yuk!” ajakku. Untungnya Naila anak baik. Dia akan menuruti perintah orang tuanya.

 

“Tapi, aku masih mau main Tante!” bentak Saga, anaknya Mbak Dwi. Sungguh emak dan anak kelakuannya sama saja.

 

“Enggak usah main sama Naila, enggak berbobot. Ayo, Saga, sana main di luar sama anaknya Bu RT! Mereka orang kaya dan terhormat. Kamu lebih cocok main bersama mereka,” sahut Mbak Dwi.

 

Terserah saja mau main sama anak presiden sekalipun aku tidak peduli. Tiba-tiba suami Mbak Dwi datang.

 

“Sayang, ini aku sudah bawa semua pesanan kamu. Aku pastikan tidak ada satu pun yang tertinggal,” ucap Mas Rudi. Dia membawa kardus besar. Rupanya dia tidak jadi berangkat kerja pantas saja Mas Bayu pun mbolos kerja.

 

“Ya, sudah, turunkan Mas! Oh, iya, Mel, mulai hari ini kami akan tinggal di sini. Kami mau jagain ibu. Di rumah sepi kalau tidak ada ibu," ucap Mbak Dwi. Apa mereka mau di sini? Enak saja! Punya rumah kok, malah numpang hidup di tempat orang lain.

 

Tuhan, rupanya ujianku tidak hanya pelakor saja, tapi juga keluarganya Mas Bayu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status