Share

PESAN YANG DIKIRIM OLEH TETANGGA
PESAN YANG DIKIRIM OLEH TETANGGA
Penulis: Bintang Senja

Bertemu di Resto

@Ibu Nurul

[Aretha, kamu sudah tahu apa belum. Kalau uang dari hasil kerja kamu di luar negeri digunakan untuk membangun rumah ibu mertuamu]

Aretha mengerutkan keningnya ketika membaca pesan yang dikirim oleh tetangganya di kampung. Bukan hanya sebuah pesan saja yang ia terima, terapi juga beberapa foto. Aretha memperhatikan foto tersebut satu persatu, sebuah rumah yang cukup mewah.

@Aretha

[Ibu yakin kalau uang yang digunakan ibu mertuaku, adalah uang dari hasil kerja kerasku di sini]

@Ibu Nurul

[Ibu mertua kamu sendiri yang ngomong, memangnya Akbar mampu. Dia aja pengangguran di rumah, kamu yang kerja banting tulang di negeri orang]

Aretha terdiam usai membaca pesan terakhir yang dikirim oleh tetangganya itu. Ia kerja keras demi bisa membantu perekonomian keluarga kecilnya. Namun kenyataan dimanfaatkan oleh ibu mertuanya, beruntung Aretha tidak mengirimkan seluruh gajinya.

"Mungkin ini alasan kenapa, mas Akbar sering memintaku untuk mentransfer uang yang lebih dari biasanya. Rupa-rupanya mereka gunakan untuk kepentingannya sendiri," gumamnya. Aretha teringat jika sudah beberapa bulan ini sang suami meminta tambahan uang yang ditransfer.

Tiba-tiba saja ponsel Aretha kembali berdering, ketika dibuka, terpampang nama suaminya di layar. Aretha menghela napas, untuk apa suaminya mengirim pesan, setelah itu ia langsung membuka pesan tersebut. Aretha cukup merasa penasaran juga dengan pesan yang suaminya kirim.

@Akbar

[Aretha, untuk bulan ini kamu tambahin lagi ya transfer uangnya. Soalnya aku butuh membeli beberapa bahan bangunan untuk rumah kita]

"Rumah kita, rumah ibumu kali, mas. Tapi sorry ya, mulai sekarang aku tidak akan tertipu lagi," gumamnya usai membaca pesan yang suaminya kirim. Menyesal rasanya karena terlalu percaya dengan setiap ucapan lelaki yang sudah hampir lima tahun menikahinya.

Ketika hendak membalas pesan dari suaminya, tiba-tiba majikannya memanggilnya, gegas Aretha meletakkan ponselnya lalu berlari menuju sumber suara tersebut. Aretha melangkah menghampiri majikannya yang sedang duduk di sofa.

"Aretha, senin depan saya ada kunjungan kerja ke Jakarta. Karena cukup lama, jadi kamu harus ikut," ucap Reynand, majikannya yang berasal dari Jakarta.

"Memangnya non Alice ikut, Tuan?" tanya Aretha.

"Iya, itu sebabnya kamu juga harus ikut," jawab Reynand. Sedangkan Aretha hanya mengangguk.

"Ya sudah, kamu boleh kembali," titah Reynand.

"Baik, Tuan." Aretha mengangguk. Setelah itu ia kembali ke kamarnya, lantaran anak yang biasa ia asuh sudah tertidur.

Aretha bekerja di negeri orang sebagai baby sitter, beruntung majikannya berasal dari Indonesia yang menetap di negeri tersebut. Dengan begitu, Aretha tidak kesulitan untuk berkomunikasi, bahkan saat berada di rumah. Mereka selalu menggunakan bahasa Indonesia.

***

Waktu berjalan begitu cepat, tepat hari senin Aretha dan majikannya sampai di Jakarta. Saat ini mereka berada di sebuah apartemen yang sebelumnya sudah Reynand sewa selama di Jakarta. Aretha berharap selama di negerinya sendiri, ia punya kesempatan untuk pulang ke rumahnya.

"Aretha, saya mau keluar sebentar. Kamu tetap di sini bersama dengan Alice," titah Reynand.

"Baik, Tuan." Aretha mengangguk.

"Alice, papi pergi dulu ya, jangan nakal," ujar Reynand kepada putrinya yang kini usianya empat tahun. Sementara Alice hanya mengangguk, bocah itu tengah sibuk dengan bonekanya.

Setelah Reynand pergi, Aretha kembali menemani Alice bermain. Namun tiba-tiba ponselnya berdering, khawatir ada yang penting. Aretha meraih benda pipih miliknya, lalu membuka pesan yang ternyata dari suaminya. Entah ada apa suaminya tiba-tiba mengirim pesan.

@Akbar

[Aretha, besok kamu transfer uang ya. Ada bahan yang ternyata masih kurang]

@Aretha

[Kamu butuh berapa lagi, mas]

@Akbar

[Enggak banyak kok, cuma sepuluh juta saja]

"Untuk apa, mas Akbar meminta uang sampai sepuluh juta. Bukankah rumah ibunya sudah jadi," ujar Aretha setelah membaca pesan terakhir yang suaminya kirim.

"Aku harus menyelidikinya," gumamnya. Setelah itu, Aretha kembali mengirim pesan kepada tetangganya. Melalui bu Nurul, Aretha akan mendapatkan informasi yang ia butuhkan.

Waktu berjalan begitu cepat, pukul tujuh malam Reynand baru kembali. Lelaki itu sebelumnya sudah menyuruh Aretha dan Alice bersiap-siap, karena ia akan mengajak mereka untuk makan malam di luar. Dan benar saja, setibanya Reynand di apartemen Aretha dan putrinya sudah siap untuk pergi.

"Sudah siap, kita pergi sekarang," ujar Reynand seraya merapikan kemejanya.

"Iya, pi." Alice mengangguk. Setelah itu mereka bergegas untuk pergi.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, kini mereka sudah sampai di tempat tujuan, yaitu restoran ternama di kota Jakarta. Setibanya di restoran, mereka beranjak masuk ke dalam, lalu mencari meja yang kosong. Ketika sedang mencari meja, mata Aretha tidak sengaja melihat seseorang yang sangat ia kenal.

"Itu kan mas Akbar, ibu, lalu perempuan itu siapa. Kenapa mereka terlihat .... " Aretha menggantung ucapannya. Ponselnya tiba-tiba berdering.

@Ibu Nurul

[Aretha, ternyata suamimu meminta uang lagi untuk biaya pernikahannya dengan Wanda. Wanita pilihan ibu mertuamu],

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status