Apakah Agus akan jujur kepada Ana?
🏵️🏵️🏵️“Kamu lebih mementingkan semua ini daripada darah dagingmu sendiri?”“Karena kenyataannya aku tidak menginginkan anak itu sekarang!”Ana akhirnya meninggalkan laki-laki yang tidak bersedia bertanggung jawab atas kehamilannya. Dia merasa menjadi wanita yang tidak pantas lagi untuk melanjutkan hidup. Dia kehilangan arah dan tidak mampu memikul beban yang sangat berat itu.Kehormatannya telah hancur. Dia merasa sangat kotor dan ternoda. Sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya telah sirna tak tersisa. Hanya derita yang tertinggal.Dia tidak peduli lagi dengan hidupnya. Dia bertekad untuk menyusul kedua orang tuanya meninggalkan dunia ini selamanya. Dia sudah yakin untuk mengakhiri hidup. Dirinya lupa kalau sang adik masih sangat membutuhkannya.Akan tetapi, takdir berkata lain karena niat itu digagalkan oleh seorang laki-laki yang sekarang menjadi suaminya. Agus dengan rasa kemanusiaan memberikan pertolongan kepadanya. Agus tidak tega melihatnya melakukan perbuatan yang akan
🏵️🏵️🏵️“Cukup, Kak! Jika Kakak merasa aku pembawa aib di rumah ini, kenapa membawaku kembali ke sini? Aku ingin menjalani hidup sendiri tanpa harus melibatkan Kakak.” Adelia sangat sedih dan tidak terima dengan tuduhan Ana yang menyakitkan.“Tapi sekarang kenyataannya kamu membawa aib dalam keluarga ini. Apa kata orang jika mengetahui kamu hamil tanpa suami?”“Aku mau pergi dari rumah ini dan kembali ke kontrakan. Aku nggak akan menyusahkan hidup Kakak.” Adelia melangkah ke arah pintu, tetapi Ana segera mencegahnya.“Itu tidak mungkin, Adel! Lihat perut kamu yang udah membesar. Bagaimana jika tiba-tiba kamu melahirkan? Siapa yang akan mengurus persalinanmu?” Ana menggenggam tangannya.“Lepasin, Kak! Aku bisa urus diriku sendiri. Buktinya selama berbulan-bulan, aku bisa hidup tanpa bantuan Kakak.” Adelia berusaha menepiskan tangan kakaknya, tetapi sia-sia.“Bagaimana kamu bisa memenuhi kebutuhan sendiri? Jangan-jangan kamu menyembunyikan laki-laki tidak bertanggung jawab itu!”“Janga
🏵️🏵️🏵️“Jangan nangis lagi, ya, Sayang. Kasihan anak kita,” pinta Agus setelah mereka selesai memadu kasih. Dia mengusap perut Adelia.“Terima kasih karena kamu selalu mengerti dengan semua keinginanku, Mas. Aku mencintaimu.” “Aku juga sangat mencintaimu, Sayang.” Agus memeluk erat tubuh calon ibu dari anaknya itu.Dia selalu mampu membuat Adelia luluh. Dia ingin agar wanita itu tetap merasakan kehangatan cinta dan kasih sayang darinya.🏵️🏵️🏵️“Mas ... nanti aku ke depan, ya, sebentar. Bosan juga di rumah terus.” Adelia meminta izin sebelum Agus berangkat ke kantor.“Mau ke mana, Sayang?”“Ke taman depan untuk menghirup udara segar.”“Tapi janji, ya, nggak boleh lirik yang lain.”“Apaan, sih, Mas. Lagi pula siapa juga yang mau lirik cewek dengan perut sebesar ini.” Adelia mengusap perutnya.“Iya, deh, aku percaya sama kamu. Aku berangkat kerja dulu, ya. Kamu hati-hati, nanti sore aku datang lagi. I love you, Sayang.” Agus mengecup kening Adelia lalu beranjak.Setelah Agus keluar
🏵️🏵️🏵️“Kamu selama ini ke mana aja, Mas? Apa yang kamu lakukan di belakangku?” Tiba-tiba Ana memberikan pertanyaan itu kepada Agus.“Aku ke kantor dan pastinya kerja, Sayang.”“Kamu jangan bohong, Mas. Mungkin sampai sore kamu ngantor, tapi setelah itu aku nggak tahu kamu pergi ke mana!” Nada suara Ana mulai meninggi.“Aku udah bilang kalau sekarang lagi banyak kerja, aku lembur.”“Kamu masih bisa mencari alasan, Mas?”“Maksud kamu apa?”“Kenapa aroma baju kerjamu seperti aroma minyak wangi cewek? Kamu sama siapa, Mas? Kamu tega mengkhianati pernikahan kita?”“Itu hanya penciuman kamu aja. Aku nggak pernah bersama cewek lain.”“Aku nggak percaya, Mas!” Ana pun berdiri menghampiri Agus lalu mendaratkan tamparan di pipi kirinya.“Apa-apaan kamu, Na? Berani-beraninya kamu menamparku!” Agus berdiri dengan penuh amarah.“Kamu pikir ini yang pertama kali aku mencium aroma parfum cewek di bajumu? Udah terlalu sering, Mas, tapi aku mencoba sabar. Kesabaran itu ada batasnya, ingat itu!”“Te
🏵️🏵️🏵️“Kamu apa kabar, Del?” tanya Ana kepada Adelia melalui telepon.“Aku baik-baik aja, Kak.”“Kenapa kamu nggak berkunjung ke rumah? Kamu nggak kangen sama Kakak, ya?”“Kalau waktunya udah tiba, aku pasti kembali, Kak. Kakak jangan khawatir, aku pasti selalu merindukan Kakak.”“Apa kegiatan kamu sekarang? Kakak pengen banget ke tempat kamu.” Adelia bingung dengan permintaan kakaknya.“Aku jarang di rumah, Kak. Sekarang lagi cari kesibukan di luar.”“Maksudnya kesibukan apa?”“Aku kerja.” Adelia melontarkan kebohongan lagi kepada kakaknya.“Kenapa kamu nggak fokus siapin kuliah, baru kerja?”“Aku ingin belajar mengurangi beban Kakak.”Adelia selalu berbohong kepada Ana untuk menutupi kebohongan yang lain. Dia melakukan semua itu agar kakaknya tidak curiga dengan kepergiannya dari rumah. Dia belum siap mengakui yang sebenarnya.Walaupun Ana masih selalu memberikan perhatian kepada Adelia, tetapi wanita itu tetap tidak pernah merasa bersalah atas perbuatan yang dia lakukan bersama
🏵️🏵️🏵️Agus sedih mengingat wanita yang dia cintai harus hidup sendiri dengan keadaan sedang mengandung darah dagingnya. Saat ini, dia tidak dapat berbuat banyak selain memberikan perhatian dan memenuhi segala kebutuhannya.Walaupun dulu Adelia pernah melakukan penolakan terhadap Agus, tetapi tidak ada sedikit pun niat laki-laki itu untuk balas dendam. Dia justru bangga dan merasa menjadi orang paling bahagia karena akan memiliki penerus.Dia teringat kembali masa-masa di mana dirinya tidak pernah berpaling dari pesona Adelia. Baginya, wanita itu pujaan hati yang akan dia cintai selamanya.“Maaf, Kak, aku nggak bisa balas perasaan Kakak.” Penolakan itu yang Adelia ucapkan di depan Agus kala itu.“Apa aku tidak memiliki kesempatan agar kamu dapat menerima cintaku?” Agus masih tetap berharap untuk balasan cinta dari Adelia.“Maafin aku, Kak. Untuk saat ini, aku tidak memiliki perasaan lebih untuk Kakak.”Agus sedih mendengar pengakuan yang keluar dari bibir Adelia, tetapi dia tetap m