🏵️🏵️🏵️
Kini, Adelia merasa menjadi wanita paling tidak berguna. Pengorbanan yang dia lakukan untuk laki-laki pujaan hatinya, berakhir dengan kesedihan dan pilu. Dia merasa kalau Agus tidak mengharapkan dirinya lagi.
Selama ini, dia berpikir kalau Agus yang akan memberikannya kebahagian, walaupun dia tahu kalau pria itu suami dari kakaknya. Dia sangat terpesona dengan semua yang ada pada diri sang kakak ipar.
Hatinya telah dipenuhi dengan cinta buta. Dia lupa kalau Ana yang selama ini memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Namun, dia dengan tega membalas kebaikan sang kakak dengan sebuah pengkhianatan.
Sekarang, semua telah terjadi, dia mengandung anak dari suami kakaknya. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Awalnya, dia tidak sedih karena hamil oleh kakak iparnya sendiri, tetapi dia tidak terima karena Agus meminta dirinya keluar dari rumah.
Dia menangis sejadi-jadinya mengingat apa yang Agus katakan. Dia berpikir kalau dirinya telah dicampakkan begitu saja. Dia merasa kalau laki-laki yang selama ini selalu ada untuknya, dengan sengaja ingin menghindar.
“Sampai sekarang aku masih tetap mencintaimu, Dek,” ucap Agus saat Adelia telah membuka hati untuknya beberapa bulan yang lalu.
“Bagaimana dengan Kak Ana, Mas?” tanya Adelia untuk meyakinkan hati Agus.
“Terus terang, awalnya aku nggak mencintainya, tapi karena dia ibunya Rama, aku menghargainya. Aku sayang banget sama Rama.”
“Jadi, kamu nggak mencintai kakakku?”
“Cinta dan perasaanku hanya untukmu, Dek. Bayangan dirimu tidak mampu keluar dari relung hatiku.”
“Tapi aku udah pernah menolakmu, Mas. Bagaimana mungkin kamu masih tetap setia mencintaiku?”
“Cintaku tak pernah bosan, seperti paku lengket di papan.”
Penuturan Agus makin membuat hati Adelia berbunga-bunga seperti di taman bunga. Sosok kakak ipar telah berhasil membuatnya lupa diri. Semua pengakuan suami dari kakaknya itu telah membawanya terbang melayang.
Akan tetapi, sekarang dia baru menyadari kalau apa yang pernah Agus sampaikan hanya janji palsu semata. Pengorbanan penyerahan diri yang dia lakukan, tidak berarti untuk Agus. Dia tidak memahami sifat laki-laki itu dan tidak mengerti dengan jalan pikirannya.
🏵️🏵️🏵️
Malam ini seperti biasa, Adelia masih tetap melakukan kebiasaan dengan keluarga di rumah kakaknya. Dia turut makan bersama dan bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu antara dirinya dan Agus. Dia tidak ingin jika Ana mengetahui perbuatannya.
Uek! Uek!
Saat menikmati makan malam di meja makan, tiba-tiba Adelia merasa mual. Agus menunjukkan wajah panik. Laki-laki itu sangat tahu apa yang menyebabkan Adelia seperti itu.
“Kamu kenapa, Del?” tanya Ana sambil memegang pundak adiknya.
“Mungkin masuk angin, Kak.” Adelia berbohong kepada kakaknya.
“Muka kamu juga pucat. Kamu lagi sakit, ya?” tanya Ana kembali.
“Nggak, Kak. Aku baik-baik aja.” Adelia berusaha tersenyum kepada kakaknya itu.
Mual yang Adelia rasakan makin tidak tertahan lagi, dia segera berlari menuju kamar mandi. Dia mencoba memuntahkan isi dalam perutnya, tetapi sia-sia. Dia makin bingung menghadapi situasi seperti sekarang ini. Dia sangat mengharapkan perhatian laki-laki yang menghamilinya.
Ana sangat heran melihat apa yang terjadi terhadap Adelia, dia pun melirik ke arah Agus lalu bertanya, “Adel kenapa, ya, Mas?”
“Nggak tahu juga, Sayang. Aku juga nggak ngerti,” jawab Agus berusaha bersikap tenang.
“Wajahnya juga pucat banget. Tapi kenapa dia mengaku baik-baik aja?”
“Mungkin kenyataannya dia baik-baik aja.”
“Iya, Mas, semoga aja. Mungkin benar dia hanya masuk angin.” Ana berusaha berpikiran positif.
Sementara itu, Adelia tidak sanggup lagi melanjutkan makan malam. Tanpa berpikir panjang, dia memilih memasuki kamar untuk beristirahat. Dia sekarang berpikir keras harus berbuat apa agar kehamilannya tidak diketahui Ana.
Dia makin panik menghadapi keadaan saat ini. Dia takut jika Ana mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Dia belum mampu untuk menjelaskan kenyataan kepada kakaknya itu.
Dia tidak ingin jika Ana sampai tahu tentang anak dalam kandungannya. Dia belum siap untuk mengaku kalau ayah dari anaknya adalah suami kakaknya sendiri yang juga merupakan kakak iparnya.
Dia sekarang dihadapkan pada situasi yang sangat membingungkan. Dia merasa tidak memiliki jalan lain lagi. Dia pun berpikir untuk segera keluar dari rumah Ana. Dia ingin melanjutkan hidup tanpa bayangan kakaknya itu.
Akan tetapi, kota yang baru bukanlah solusi terbaik menurutnya. Kota kelahiran akan menjadi tempat terbaik baginya. Dia ingin tetap tinggal di kota tempat tinggalnya yang sekarang, tetapi pisah rumah dengan Ana.
🏵️🏵️🏵️
“Aku mau keluar dari rumah, Mas,” ucap Adelia saat Agus mengantarnya ke kampus.
“Kapan, Dek? Ke kota mana?” tanya Agus kegirangan.
“Sepertinya kamu bahagia banget kalau aku pergi.” Adelia menyadari perubahan wajah kakak iparnya itu.
“Ini jalan terbaik untuk kita semua, Dek. Kamu harus ngerti. Aku siap mengantarkanmu ke kota yang baru.”
“Aku akan tetap tinggal di kota ini, hanya pindah dari rumah kamu dan Kak Ana.”
“Apa?” Agus terkejut.
“Kenapa kamu kaget, Mas? Bukankah seharusnya kamu senang kalau aku nggak tinggal lagi bersama kalian?”
“Kenapa masih di kota ini, Dek? Bagaimana kalau Ana tahu?” Agus panik.
“Kamu tenang aja, aku pasti bisa mengatasi semuanya.”
“Oke, Dek. Aku janji akan memenuhi semua kebutuhanmu dan anak kita. Aku juga pasti akan sering menjengukmu.”
“Terima kasih kalau kamu masih peduli padaku.”
“Itu pasti, Dek. Aku akan selalu mencintaimu dan anak kita.”
Adelia sangat heran melihat sikap Agus yang menunjukkan perhatian, juga kasih sayang terhadapnya dan bayi yang dia kandung. Namun, dia merasa aneh karena laki-laki itu sangat berharap agar dirinya segera pergi dari rumah Ana.
Dia tidak mampu menebak apa yang ada dalam pikiran Agus. Dia hanya bisa berharap agar laki-laki itu tidak mengingkari janji untuk tetap memenuhi kebutuhannya.
Dia ingin tetap berusaha percaya dan yakin kepada laki-laki yang telah membawanya dalam hubungan terlarang. Dia dapat merasakan perhatian dan rasa peduli yang selalu Agus tunjukkan. Baginya, sang kakak ipar adalah yang terbaik.
============
🏵️🏵️🏵️Sebulan telah berlalu, akhirnya Ryan sekarang sangat dekat dengan ibunya. Adelia sangat bahagia karena harapan untuk menyayangi putranya telah tercapai. Kini, dia merasa menjadi wanita paling beruntung dan ibu yang seutuhnya.Agus menyaksikan dua orang yang dia cintai sedang tertawa lepas. Ryan sudah sangat mengerti jika diajak bercanda, dia amat senang bermain dengan ibunya. Adelia sangat bersyukur dengan nikmat yang dia peroleh saat ini.Hati Adelia sangat gembira karena dapat merawat buah hati yang telah lama dia rindukan. Ini adalah harapan yang sudah lama dia impikan, melahirkan dan menjaga anak dari laki-laki yang sangat mencintainya. Sungguh, ini merupakan anugerah terindah yang tidak dapat dia ungkapkan dengan kata-kata.“Akhirnya, anak kita bisa menerima kamu, Sayang.” Agus membelai rambut Adelia. Dia sangat bersyukur karena istrinya itu mengaku terharu setelah dekat dengan buah hati mereka.“Iya, Mas. Aku bahagia banget.” Adelia tersenyum puas mengingat usaha yang d
🏵️🏵️🏵️ Hari ini merupakan acara pernikahan Agus dan Adelia digelar. Tidak menunggu lama, dua minggu setelah Adelia sadar dari koma, mereka langsung mengikat hubungan dalam ikatan suci. Agus ingin menjadikan Adelia miliknya seutuhnya, bukan hanya sekadar simpanan semata. Dia ingin menunjukkan kesungguhan yang selama ini dia ucapkan kepada wanita yang telah melahirkan putranya itu. Betapa bahagia dan bersyukurnya dirinya karena akhirnya dapat mempersunting wanita yang sangat dia cintai. Ryan—buah hati tercinta Agus dan Adelia, sebagai bukti betapa mereka saling membutuhkan. Agus berjanji akan selalu memberikan kebahagiaan kepada Adelia dan Ryan. Dua orang tersebut adalah penyemangat hidup untuknya. Adelia telah resmi menjadi istri Agus dan mereka kini telah berada di kamar pengantin yang sudah lama mereka dambakan. Pak Andy dan Bu Arini meminta Agus dan Adelia agar tetap tinggal bersama mereka. Orang tua Agus sangat memahami kondisi sang menantu yang baru sadar dari koma. Ryan ju
🏵️🏵️🏵️Seminggu telah berlalu sejak pernikahan Arman dan Ana. Hari ini, mereka akan pindah dari rumah orang tua menuju rumah baru. Ternyata benar kalau Rama lebih memilih tinggal bersama kakek dan neneknya dibandingkan serumah dengan kedua orang tuanya.Rama mengaku sangat menyayangi orang tua dari ayahnya tersebut. Dia juga sangat kasihan jika kakek dan neneknya kesepian tanpa dirinya. Anak kecil itu sangat mengerti dengan apa yang dirasakan Pak Sarma dan Bu Siska.“Baik-baik, ya, Sayang, sama Oma dan Opa. Nggak boleh nakal dan cengeng.” Ana memberikan nasihat kepada putranya.“Iya, Mah, Rama janji akan menjaga Oma dan Opa.” Anak itu merangkul ibunya.“Kalau kangen sama Papa atau Mama, langsung telepon aja. Nanti Papa atau Mama pasti jemput.” Arman memberikan penjelasan kepada anaknya.“Iya, Pah.” Rama juga memeluk ayahnya.Ana dan Arman segera memasuki mobil lalu meluncur. Tidak ada kesedihan di wajah Rama setelah kepergian Ana dan Arman. Dia sangat ikhlas tinggal bersama kakek da
🏵️🏵️🏵️Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Arman dan Ana akhirnya resmi menjadi sepasang suami istri. Kebahagiaan terpancar di wajah kedua pengantin baru itu. Mereka malu-malu dan saling mengembangkan senyum di dalam kamar pengantin mereka.Arman mendekati pengantin wanitanya yang kini duduk di tempat tidur yang telah dihiasi bunga-bunga indah. Dia mengusap pipinya lalu mendaratkan ciuman di dahi, kemudian turun ke bawah. Dia berhasil mencium bibir lembut ibu dari anaknya tersebut.Hubungan mereka tumbuh dari hati yang paling dalam, bukan karena unsur paksaan atau ancaman. Pernikahan yang Ana rasakan saat ini, sangat jauh berbeda dari sebelumnya, di mana kala itu laki-laki yang mempersunting dirinya melakukan semuanya dengan terpaksa karena tidak ada cinta. Namun, kini semua itu akan menjadi masa lalu, sekarang dia bersama dengan pria impiannya.Dua insan itu berhasil mengarungi samudera cinta bersama, mereka telah melakukan hasrat yang begitu membara. Mereka bercinta de
🏵️🏵️🏵️Seminggu berlalu semenjak Arman meminta Rama menganggap dirinya sebagai ayah, laki-laki itu kembali berkunjung bersama kedua orang tuanya. Pak Sarma dan Bu Siska telah lama ingin bertemu dengan cucu tercinta dan wanita yang melahirkannya.Ana sangat terkejut melihat kedatangan Arman dan orang tuanya. Dia bingung dihadapkan dengan situasi yang tidak biasa menurutnya. Dia mempersilakan mereka duduk di sofa ruang tamu.Arman berani mengajak orang tuanya mengunjungi Ana dan Rama setelah melihat perubahan sikap wanita yang dia cintai itu makin baik dan menerima dirinya. Oleh karena itu, dia sangat yakin untuk melamar Ana menjadi pendamping hidupnya.“Kenalin, Pih, Mih … ini Ana, wanita yang aku cintai.” Arman memperkenalkan Ana kepada kedua orang tuanya.Bu Siska mendekati Ana lalu menggenggam jemarinya. “Maafin kesalahan Arman, ya, Nak. Mami udah tahu semuanya. Dia pernah mengabaikanmu.”“Semua sudah terjadi dan berlalu, saya sudah melupakannya. Mungkin itu jalan hidup saya.” Ana
🏵️🏵️🏵️ Dua bulan telah berlalu, Adelia belum juga terbangun dari tidur panjangnya. Agus selalu setia menemaninya. Dia dengan sepenuh jiwa berusaha agar ibu dari anaknya itu segera sadar dan kembali membuka mata. Sudah banyak cerita yang dia bacakan kepada Adelia. Dia berharap agar wanita itu cepat siuman. Sementara itu, Ana akhirnya membuka diri untuk kembali menerima ayah dari anaknya. Mereka juga sudah mengetahui keadaan Adelia. Hari ini, mereka menemui Adelia di rumah sakit. Ana sangat prihatin melihat kondisi Adelia yang belum sadarkan diri. Dia kasihan melihat keponakannya yang belum merasakan kasih sayang seorang ibu. Hatinya terenyuh dan tidak dapat membayangkan betapa Agus harus menemani wanita impiannya yang tetap diam. “Yang sabar, ya, Mas. Semoga Adel segera sadar,” ucap Ana kepada Agus. “Iya, Na, terima kasih.” “Oh, yah, Mas … minggu depan aku dan Mas Arman akan menikah, ini aku kasih undangannya untuk kamu dan orang tuamu.” Ana memberikan kertas tebal berwarna kee