🏵️🏵️🏵️
Adelia telah memantapkan hati untuk segera pergi dari rumah Ana. Dia tidak ingin jika kakaknya itu sampai melihat perutnya makin membesar.
Dia tidak memberitahukan rencananya. Dia hanya meninggalkan sepucuk surat di nakas kamar Ana. Dia yakin jika kakaknya mengetahui kepergiannya pasti akan mencegahnya.
Ana sangat terkejut setelah membaca isi surat Adelia yang mengaku telah meninggalkan rumah. Dia segera berlari memasuki kamar adiknya itu. Apa yang tertulis di surat tadi, benar adanya.
Dalam lemari Adelia hanya tersisa beberapa helai pakaian saja. Koper besar yang biasanya ada di kamar, tidak terlihat lagi wujudnya. Ana benar-benar tidak percaya setelah mengetahui kenyataan kalau adiknya meninggalkan rumah.
Dia langsung membuka ponsel lalu mencari nama Adelia, kemudian menekan tombol simbol telepon berwarna hijau. Dia ingin mengetahui keberadaan adiknya saat ini karena dirinya sangat khawatir.
“Halo.” Terdengar suara Adelia dari seberang telepon.
“Kamu di mana, Del?”
“Kakak tenang aja, aku baik-baik aja.” Adelia berusaha meyakinkan Ana.
“Bagaimana mungkin kakak bisa tenang, sedangkan kamu pergi dari rumah tanpa sebab?”
“Aku ingin menenangkan diri, Kak.”
“Ada apa denganmu, Del? Apa Kakak berbuat salah padamu hingga kamu pergi ninggalin kami?”
“Sama sekali nggak, Kak. Aku sengaja mengajukan cuti ke kampus karena ingin istirahat sejenak untuk menenangkan diri. Aku capek dengan rutinitas kampus setiap hari.”
“Tapi kenapa harus pergi dari rumah? Kamu tetap bisa cuti dan tinggal bersama kami.”
“Aku harap Kakak ngerti dengan keadaanku. Aku nggak mungkin selamanya tinggal dan terus nyusahin Kakak. Aku juga ingin hidup mandiri.”
“Tapi kamu itu tanggung jawab Kakak, Del.”
“Sekarang aku udah dewasa, Kak. Aku udah bisa jaga diri sendiri. Pokoknya Kakak nggak boleh panik, aku pasti baik-baik saja. Jika waktunya telah tiba, aku pasti kembali.” Adelia tetap berusaha menenangkan dan meyakinkankan Ana.
Ana tidak tahu harus berbuat apa sekarang, hatinya sangat sedih karena harus berpisah dengan Adelia. Hanya wanita itu keluarga yang dia miliki setelah suami dan anaknya. Dia telah berjanji kepada mendiang ayah dan ibunya untuk selalu menjaga Adelia.
🏵️🏵️🏵️
Adelia menghempaskan tubuh ke tempat tidur baru miliknya. Agus telah menyiapkan semua kebutuhan yang dia perlukan. Sekarang, dia sadar kalau laki-laki itu telah menepati janji untuk tetap peduli dan bertanggung jawab terhadapnya.
Dia pun membuka ponsel lalu memandangi wajah Ana yang telah dia khianati. Dia merasa bersalah karena dengan sengaja menusuknya dari belakang. Namun, dia tidak mampu menolak rasa cinta yang telah tumbuh terhadap Agus.
Dia dengan tega telah menodai rumah tangga kakak kandungnya sendiri. Dia telah berhasil merebut perhatian kakak iparnya. Pesona dan kecantikan yang dia miliki telah mampu memikat hati Agus.
Sekarang, dia harus menanggung akibat dari perbuatannya. Dia harus berpisah dengan Ana karena ulahnya sendiri. Dia merasa yakin untuk tidak bertemu dengan sang kakak hingga waktu yang belum ditentukan.
“Jaga diri kamu baik-baik, ya, Dek.” Pesan itu yang Agus sampaikan saat mengantarkan Adelia ke tempat tinggalnya yang baru.
“Iya, Mas.”
“Aku pulang, ya. Kalau kamu butuh sesuatu, langsung hubungi aku. Aku titip anak kita, jaga baik-baik.” Agus mengusap perut Adelia lalu mendaratkan ciuman di dahinya.
Adelia sekarang merasa yakin kalau Agus benar-benar peduli dan sayang kepadanya. Dia percaya bahwa niat laki-laki itu memintanya keluar dari rumah semata-mata demi kebaikan mereka.
Pemikiran Agus dan Adelia sama-sama tidak ingin menyakiti Ana. Adelia sebagai adik, tidak rela jika melihat kakaknya bersedih walaupun kenyataannya sekarang dia jelas-jelas telah menghancurkan hati dan perasaan wanita itu.
“Kamu keluarga Kakak satu-satunya, Del. Kamu harus ikut tinggal bersama Kakak.” Keinginan itu Ana sampaikan kepada Adelia setelah menikah dengan Agus beberapa tahun yang lalu.
“Tapi aku nggak mungkin nyusahin Kakak terus.”
“Jangan pernah bicara seperti itu, kamu itu adikku.”
Akhirnya, Adelia bersedia tinggal bersama Ana dan Agus. Awalnya, dia tidak merasakan apa-apa terhadap Agus. Dia tetap pada pemikirannya yang menganggap kakak iparnya itu tidak menarik sama sekali semenjak dulu.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, juga perhatian lebih yang Agus tunjukkan, akhirnya mampu membuat Adelia tergoda dan terpesona ingin memiliki suami dari kakaknya itu. Laki-laki yang dulu pernah dia tolak, telah berhasil membuat dirinya jatuh cinta.
Adelia merasa kalau Agus masih tetap setia menyimpan perasaan yang pernah ada untuknya. Kebersamaan dan kedekatan mereka, akhirnya menciptakan sebuah hubungan terlarang.
🏵️🏵️🏵️
“Kenapa Adel harus pergi dari rumah ini, ya, Mas?” tanya Ana kepada suaminya.
“Maksud kamu apa, Sayang?” Agus tetap bersikap tidak tahu dengan maksud Ana.
“Adel nggak tinggal di sini lagi, Mas. Dia sudah membawa barang-barangnya. Aku tadi udah nelepon, katanya dia ingin menenangkan diri.”
“Pergi ke mana?” tanya Agus dengan wajah tidak bersalah.
“Aku juga nggak tahu, Mas. Dia bilang capek dengan rutinitas kampus lalu mengajukan cuti. Yang buat aku nggak habis pikir, kenapa dia harus pergi dari rumah? Padahal dia tetap bisa tinggal bersama kita.”
“Mungkin dia ingin cari suasana baru, Sayang.”
“Tapi aku tetap khawatir, Mas. Dia adikku satu-satunya. Aku takut terjadi sesuatu padanya.”
“Kamu harus tetap berpikiran positif agar dia tetap baik-baik saja.”
“Iya, Mas,” ucap Ana lalu menyandarkan kepala ke dada Agus.
Ana sangat mengkhawatirkan Adelia, sedangkan dia tidak tahu kalau adik dan suaminya telah bermain api di belakangnya. Mereka telah melakukan hubungan yang tidak seharusnya terjadi.
Hubungan terlarang itu telah membuahkan hasil. Kini, Adelia mengandung benih kakak iparnya sendiri. Ana tidak mengetahui perbuatan kejam yang dilakukan adik dan suaminya. Seorang kakak ipar yang seharusnya memberikan perlindungan kepada adik dari istrinya, justru membawanya ke dalam dosa nestapa.
Perbuatan tidak pantas yang dilakukan Agus dan Adelia telah menghancurkan hati seorang istri yang begitu setia dan percaya kepada suaminya. Namun, saat ini wanita yang tersakiti itu belum mengetahui apa yang telah dilakukan oleh orang-orang terdekatnya.
“Aku sangat mencintaimu, Mas,” ucap Ana kala itu kepada Agus setelah setahun pernikahan mereka.
“Iya, Sayang, aku tahu.”
“Jangan pernah tinggalin aku, ya, Mas. Aku nggak tahu apa artinya diriku tanpa kamu di sisiku.”
“Iya, Sayang. Kamu tidak perlu meragukan kesetiaanku. Hanya kamu wanita yang ada dalam hatiku.” Agus berbohong demi kebaikan Ana.
Ana sangat percaya kepada Agus. Dia selalu yakin kalau suaminya itu amat mencintai dan menyayangi dirinya. Padahal pernikahan mereka terjadi karena sebuah kesalahan, di mana Ana memaksakan kehendak agar Agus menikahinya.
Ana tidak pernah tahu bahwa suaminya dulu tertarik dan cinta kepada Adelia, adik kandungnya sendiri. Dia tidak pernah menyadari itu. Oleh karena keegoisannya, Agus pun kini menjalin hubungan secara tersembunyi dengan Adelia.
=============
🏵️🏵️🏵️“Kamu apa kabar, Del?” tanya Ana kepada Adelia melalui telepon.“Aku baik-baik aja, Kak.”“Kenapa kamu nggak berkunjung ke rumah? Kamu nggak kangen sama Kakak, ya?”“Kalau waktunya udah tiba, aku pasti kembali, Kak. Kakak jangan khawatir, aku pasti selalu merindukan Kakak.”“Apa kegiatan kamu sekarang? Kakak pengen banget ke tempat kamu.” Adelia bingung dengan permintaan kakaknya.“Aku jarang di rumah, Kak. Sekarang lagi cari kesibukan di luar.”“Maksudnya kesibukan apa?”“Aku kerja.” Adelia melontarkan kebohongan lagi kepada kakaknya.“Kenapa kamu nggak fokus siapin kuliah, baru kerja?”“Aku ingin belajar mengurangi beban Kakak.”Adelia selalu berbohong kepada Ana untuk menutupi kebohongan yang lain. Dia melakukan semua itu agar kakaknya tidak curiga dengan kepergiannya dari rumah. Dia belum siap mengakui yang sebenarnya.Walaupun Ana masih selalu memberikan perhatian kepada Adelia, tetapi wanita itu tetap tidak pernah merasa bersalah atas perbuatan yang dia lakukan bersama
🏵️🏵️🏵️Agus sedih mengingat wanita yang dia cintai harus hidup sendiri dengan keadaan sedang mengandung darah dagingnya. Saat ini, dia tidak dapat berbuat banyak selain memberikan perhatian dan memenuhi segala kebutuhannya.Walaupun dulu Adelia pernah melakukan penolakan terhadap Agus, tetapi tidak ada sedikit pun niat laki-laki itu untuk balas dendam. Dia justru bangga dan merasa menjadi orang paling bahagia karena akan memiliki penerus.Dia teringat kembali masa-masa di mana dirinya tidak pernah berpaling dari pesona Adelia. Baginya, wanita itu pujaan hati yang akan dia cintai selamanya.“Maaf, Kak, aku nggak bisa balas perasaan Kakak.” Penolakan itu yang Adelia ucapkan di depan Agus kala itu.“Apa aku tidak memiliki kesempatan agar kamu dapat menerima cintaku?” Agus masih tetap berharap untuk balasan cinta dari Adelia.“Maafin aku, Kak. Untuk saat ini, aku tidak memiliki perasaan lebih untuk Kakak.”Agus sedih mendengar pengakuan yang keluar dari bibir Adelia, tetapi dia tetap m
🏵️🏵️🏵️Hari ini usia kandungan Adelia memasuki tiga bulan, dia tidak merasakan adanya penyesalan dengan apa yang terjadi terhadap dirinya. Dia justru sangat bangga telah mengandung anak laki-laki yang dia cintai.Agus juga tidak mengingkari janjinya terhadap Adelia. Dia dengan ikhlas menepati apa yang yang dia ucapkan. Hampir setiap hari, dia mengunjungi Adelia. Rasa sayang yang dia miliki makin besar kepada sang adik ipar.“Bagaimana perasaan kamu sekarang, Sayang?” Agus sudah berani memanggil Adelia dengan sebutan 'Sayang'.“Masih mual, sih, Mas.” Adelia bermanja kepada Agus sambil menjatuhkan bobot kepalanya ke dada laki-laki itu.“Kamu ngidam sesuatu, nggak? Nanti aku beliin.”“Ngidam pengen dekat-dekat terus sama kamu.”“Sekarang aku di sini bersama kamu.” Agus mengusap pipi Adelia.“Aku kesepian kalau udah malam, Mas. Nggak ada teman tidur.”“Ada anak kita yang menemani kamu, Sayang.” Agus memegang perut Adelia.“Sampai kapan kita seperti ini, Mas?”“Aku juga nggak tahu, Saya
🏵️🏵️🏵️Adelia telah memantapkan hati untuk segera pergi dari rumah Ana. Dia tidak ingin jika kakaknya itu sampai melihat perutnya makin membesar.Dia tidak memberitahukan rencananya. Dia hanya meninggalkan sepucuk surat di nakas kamar Ana. Dia yakin jika kakaknya mengetahui kepergiannya pasti akan mencegahnya.Ana sangat terkejut setelah membaca isi surat Adelia yang mengaku telah meninggalkan rumah. Dia segera berlari memasuki kamar adiknya itu. Apa yang tertulis di surat tadi, benar adanya. Dalam lemari Adelia hanya tersisa beberapa helai pakaian saja. Koper besar yang biasanya ada di kamar, tidak terlihat lagi wujudnya. Ana benar-benar tidak percaya setelah mengetahui kenyataan kalau adiknya meninggalkan rumah.Dia langsung membuka ponsel lalu mencari nama Adelia, kemudian menekan tombol simbol telepon berwarna hijau. Dia ingin mengetahui keberadaan adiknya saat ini karena dirinya sangat khawatir.“Halo.” Terdengar suara Adelia dari seberang telepon.“Kamu di mana, Del?”“Kakak
🏵️🏵️🏵️Kini, Adelia merasa menjadi wanita paling tidak berguna. Pengorbanan yang dia lakukan untuk laki-laki pujaan hatinya, berakhir dengan kesedihan dan pilu. Dia merasa kalau Agus tidak mengharapkan dirinya lagi.Selama ini, dia berpikir kalau Agus yang akan memberikannya kebahagian, walaupun dia tahu kalau pria itu suami dari kakaknya. Dia sangat terpesona dengan semua yang ada pada diri sang kakak ipar.Hatinya telah dipenuhi dengan cinta buta. Dia lupa kalau Ana yang selama ini memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Namun, dia dengan tega membalas kebaikan sang kakak dengan sebuah pengkhianatan.Sekarang, semua telah terjadi, dia mengandung anak dari suami kakaknya. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Awalnya, dia tidak sedih karena hamil oleh kakak iparnya sendiri, tetapi dia tidak terima karena Agus meminta dirinya keluar dari rumah.Dia menangis sejadi-jadinya mengingat apa yang Agus katakan. Dia berpikir kalau dirinya telah dicampakkan begitu saja. Dia merasa kalau laki-laki ya
🏵️🏵️🏵️“Ini anak kamu, Mas!” ucap Adelia di depan Agus—kakak iparnya.“Aku tahu, Dek. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa. Kamu harus ingat kalau aku ini suami Kakak kamu.” Agus berusaha menenangkan Adelia.“Jadi, kamu mau lari dari tanggung jawab? Kamu ingin aku yang akan membesarkan anak ini sendirian?” Adelia tidak kuat lagi menahan bening kristal dari matanya agar tidak jatuh.“Aku akan membiayai semua kebutuhannya.”“Apa kata orang-orang jika mereka tahu aku hamil tanpa suami?”“Kamu harus pergi dari kota ini, Dek. Ini demi kebaikan kita bersama.”“Tega kamu, Mas. Setelah kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, sekarang kamu ingin mencampakkan aku?” Adelia memukul-mukul dada ayah dari anak dalam kandungannya.“Aku tidak ada niat sedikit pun untuk menjauh darimu, tapi kenyataannya hubungan kita tidak mungkin dapat bersatu.”“Bagaimana mungkin aku bisa hidup sendiri di kota lain? Apa alasan yang akan kuberikan pada Kak Ana? Kamu tahu sendiri, setelah orang tua kami meninggalkan