🏵️🏵️🏵️
Agus sedih mengingat wanita yang dia cintai harus hidup sendiri dengan keadaan sedang mengandung darah dagingnya. Saat ini, dia tidak dapat berbuat banyak selain memberikan perhatian dan memenuhi segala kebutuhannya.
Walaupun dulu Adelia pernah melakukan penolakan terhadap Agus, tetapi tidak ada sedikit pun niat laki-laki itu untuk balas dendam. Dia justru bangga dan merasa menjadi orang paling bahagia karena akan memiliki penerus.
Dia teringat kembali masa-masa di mana dirinya tidak pernah berpaling dari pesona Adelia. Baginya, wanita itu pujaan hati yang akan dia cintai selamanya.
“Maaf, Kak, aku nggak bisa balas perasaan Kakak.” Penolakan itu yang Adelia ucapkan di depan Agus kala itu.
“Apa aku tidak memiliki kesempatan agar kamu dapat menerima cintaku?” Agus masih tetap berharap untuk balasan cinta dari Adelia.
“Maafin aku, Kak. Untuk saat ini, aku tidak memiliki perasaan lebih untuk Kakak.”
Agus sedih mendengar pengakuan yang keluar dari bibir Adelia, tetapi dia tetap mengikuti kegiatan wanita impiannya itu hampir setiap hari dari kejauhan. Rasa cinta yang dia miliki tidak dapat menghapus bayangan sang pujaan.
Dia makin sakit karena saat itu, Adelia telah memiliki seseorang yang mampu mengisi hatinya. Dari hasil penelusuran Agus, laki-laki pilihan Adelia adalah siswa idola di sekolahnya.
Agus tetap bersabar dengan apa yang Adelia lakukan. Cinta tulus yang dia miliki tidak membuatnya menyerah atau berpaling kepada yang lain. Dia selalu yakin kalau suatu saat, akan mendapatkan cinta pujaan hatinya.
“Kenapa, sih, Bro ... masih berharap dengan sesuatu yang tidak pasti?” Alfin—sahabat Agus, berusaha menyadarkan temannya.
“Aku mencintainya, Bro.”
“Tapi kenyataannya dia udah menolakmu dan sekarang dia udah punya seseorang yang selalu ada di sampingnya.”
“Aku nggak akan nyerah, Bro. Aku yakin akan mendapatkan cintanya. Walaupun mungkin bukan sekarang, tapi suatu saat.”
Agus sangat yakin kalau dirinya pasti mendapatkan balasan cinta dari Adelia. Terbukti sekarang, harapan itu pun menjadi kenyataan. Saat ini, benihnya ada dalam rahim wanita yang amat dia cintai itu.
Dia juga yakin kalau suatu saat nanti, akan bersatu dengan Adelia, membina keluarga yang bahagia bersama buah hati mereka. Dia menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya kepada Ana.
🏵️🏵️🏵️
Awal pertama kali mengenal Ana, Agus tidak tahu kalau wanita itu adalah kakak kandung Adelia. Namun, takdir telah mempertemukannya kembali dengan wanita yang sangat dia dambakan.
Dia tidak dapat berbuat banyak saat Ana mengungkapkan niat harus menikah dengannya. Saat itu, Ana telah memiliki cinta untuk Agus. Dia juga yakin kalau laki-laki yang telah menyelamatkan dirinya akan memberikannya kebahagiaan.
“Maaf, Na, tapi aku tidak memiliki perasaan lebih untukmu, aku mencintai gadis lain.” Agus menolak permintaan Ana kala itu.
“Bagaimana dengan anak ada dalam rahimku? Siapa yang akan bertanggung jawab? Hanya kamu yang dapat menyelamatkanku dari semua penderitaan ini.”
“Bagaimana mungkin aku akan menikahimu, sedangkan hatiku hanya untuk gadis lain?”
“Cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Aku yakin dengan kebersamaan kita, kamu pasti akan mencintaiku.”
“Tapi aku nggak bisa, Na. Aku harap kamu mengerti keadaanku.”
“Kalau kamu tidak bersedia menikahiku, untuk apa kamu menyelamatkanku? Kenapa kamu tidak membiarkan aku mati? Aku nggak akan sanggup hidup jika kamu tidak bersedia menikahiku, lebih baik aku mengakhiri hidup sekarang.”
Setiap Agus melakukan penolakan terhadap Ana, hanya ancaman yang selalu dia dapatkan. Dia tidak mampu lagi menolak permintaan Ana yang mencoba menghujamkan pisau ke arah perutnya.
Sampai akhirnya, Agus pun bersedia menikah dengan wanita yang tidak pernah dia cintai. Dia merasa kalau cinta tulus untuk Adelia akan dia kubur dalam-dalam karena akan hidup bersama Ana. Namun, cinta itu tetap makin tumbuh karena mereka hidup dan tinggal dalam satu atap.
Setelah kembali bertemu dengan Adelia, Agus menggunakan kesempatan itu untuk mencari perhatian. Dia makin yakin akan mendapatkan balasan cinta dari wanita yang selalu bersemayam dalam hatinya.
Dia selalu bersikap romantis kepada Ana di depan Adelia, tetapi respons yang ditunjukkan pujaan hatinya itu masih biasa saja. Ketika tahun ketiga pernikahannya dan Ana, Adelia mulai menunjukkan sikap tidak suka.
Adelia mulai perhatian dan peduli kepada Agus. Dia berani bersikap manja kepada laki-laki yang pernah dia tolak itu. Dia telah merasakan adanya getaran cinta untuk sang kakak ipar.
“Apa tujuan kamu bersikap sok romantis gitu pada Kak Ana di depanku?” tanya Adelia kepada Agus saat itu.
“Wajar, dong, aku bersikap seperti itu, dia istriku. Jangan bilang kamu cemburu.”
“Kalau aku cemburu, emang kenapa?”
“Wow! Ternyata gadis yang dulu menolakku, sekarang bisa cemburu.”
“Kamu jahat, Mas. Hatiku sakit melihat sikapmu seperti itu pada Kak Ana. Aku membencimu.” Adelia memukul-mukul dada Agus.
Agus dengan penuh kelembutan, meraih tangan Adelia. “Maafin aku, Dek. Aku nggak bermaksud menyakitimu. Tujuanku hanya ingin menguji perasaanmu. Sekarang kamu merasa cemburu, itu berarti kamu sudah menerima perasaanku.”
“Maksud kamu?”
“Sampai kapan pun aku akan selalu setia mencintaimu.”
Adelia terharu mendengar pengakuan Agus. Dia pun memeluknya lalu disambut hangat oleh orang yang sejak dulu mengharapkanya itu. Dia bahagia karena perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.
🏵️🏵️🏵️
Hari ini, usia kehamilan Adelia memasuki enam bulan. Bentuk tubuhnya sangat berbeda dari sebelumnya. Perutnya makin membesar dan juga mulai merasakan gerakan bayinya.
“Coba, deh, Mas ... gerakannya udah terasa banget, nih.” Adelia mendekatkan tangan Agus ke perutnya. Saat ini, mereka sedang berbaring di ruang TV.
“Iya, Sayang. Aktif banget, ya.” Agus mengusap-usap perut Adelia.
“Udah nggak sabar, deh, pengen ketemu dia.”
“Aku juga, Sayang. Dia penerusku, aku sangat menyayanginya.”
“Tapi kamu juga punya penerus dari Kak Ana.” Agus hanya tersenyum mendengar ucapan Adelia.
Adelia tidak menyadari dan tidak mengerti arti senyuman Agus. Baginya, yang paling terpenting adalah perhatian laki-laki itu, juga rasa peduli yang dia dapatkan.
“Kamu masih tetap cinta nggak sama aku walaupun tidak bisa tinggal bersamamu?” Agus ingin mengetahui perasaan Adelia saat ini kepadanya.
“Kamu kenapa bertanya seperti itu, Mas? Perhatian dan rasa peduli yang kamu berikan sudah menjadi bukti kalau kamu tetap menginginkanku. Kita nggak bisa tinggal satu atap demi menjaga perasaan Kak Ana. Aku dengan ikhlas akan tetap mencintaimu.”
Agus memeluk erat tubuh Adelia. Dia terharu mendengar pengakuannya. Perempuan yang sangat dia dambakan itu dengan ikhlas telah memberikan cinta untuknya.
“Sabar, ya, Sayang. Kita pasti mampu melewati semuanya. Aku yakin kita akan bersatu kembali.”
“Iya, Mas, aku pasti sabar demi anak kita.”
“Jaga hati dan cintamu hanya untukku. Jangan pernah berpaling dariku. Aku akan mencintaimu selamanya.”
“Iya, Mas.”
Agus sekarang percaya sepenuhnya kepada Adelia. Dia yakin kalau wanita itu akan tetap setia mencintai dirinya seorang. Dia dapat merasakan sikap yang ditunjukkan.
Dia sangat tahu pasti kalau dulu, Adelia selalu mendapatkan cinta dengan mudah dari laki-laki lain. Namun, saat ini dia percaya kalau wanita itu telah memberikan cinta dan hati untuk dirinya seorang. Terbukti saat ini, Adelia sedang mengandung anaknya.
===========
🏵️🏵️🏵️“Kamu apa kabar, Del?” tanya Ana kepada Adelia melalui telepon.“Aku baik-baik aja, Kak.”“Kenapa kamu nggak berkunjung ke rumah? Kamu nggak kangen sama Kakak, ya?”“Kalau waktunya udah tiba, aku pasti kembali, Kak. Kakak jangan khawatir, aku pasti selalu merindukan Kakak.”“Apa kegiatan kamu sekarang? Kakak pengen banget ke tempat kamu.” Adelia bingung dengan permintaan kakaknya.“Aku jarang di rumah, Kak. Sekarang lagi cari kesibukan di luar.”“Maksudnya kesibukan apa?”“Aku kerja.” Adelia melontarkan kebohongan lagi kepada kakaknya.“Kenapa kamu nggak fokus siapin kuliah, baru kerja?”“Aku ingin belajar mengurangi beban Kakak.”Adelia selalu berbohong kepada Ana untuk menutupi kebohongan yang lain. Dia melakukan semua itu agar kakaknya tidak curiga dengan kepergiannya dari rumah. Dia belum siap mengakui yang sebenarnya.Walaupun Ana masih selalu memberikan perhatian kepada Adelia, tetapi wanita itu tetap tidak pernah merasa bersalah atas perbuatan yang dia lakukan bersama
🏵️🏵️🏵️Agus sedih mengingat wanita yang dia cintai harus hidup sendiri dengan keadaan sedang mengandung darah dagingnya. Saat ini, dia tidak dapat berbuat banyak selain memberikan perhatian dan memenuhi segala kebutuhannya.Walaupun dulu Adelia pernah melakukan penolakan terhadap Agus, tetapi tidak ada sedikit pun niat laki-laki itu untuk balas dendam. Dia justru bangga dan merasa menjadi orang paling bahagia karena akan memiliki penerus.Dia teringat kembali masa-masa di mana dirinya tidak pernah berpaling dari pesona Adelia. Baginya, wanita itu pujaan hati yang akan dia cintai selamanya.“Maaf, Kak, aku nggak bisa balas perasaan Kakak.” Penolakan itu yang Adelia ucapkan di depan Agus kala itu.“Apa aku tidak memiliki kesempatan agar kamu dapat menerima cintaku?” Agus masih tetap berharap untuk balasan cinta dari Adelia.“Maafin aku, Kak. Untuk saat ini, aku tidak memiliki perasaan lebih untuk Kakak.”Agus sedih mendengar pengakuan yang keluar dari bibir Adelia, tetapi dia tetap m
🏵️🏵️🏵️Hari ini usia kandungan Adelia memasuki tiga bulan, dia tidak merasakan adanya penyesalan dengan apa yang terjadi terhadap dirinya. Dia justru sangat bangga telah mengandung anak laki-laki yang dia cintai.Agus juga tidak mengingkari janjinya terhadap Adelia. Dia dengan ikhlas menepati apa yang yang dia ucapkan. Hampir setiap hari, dia mengunjungi Adelia. Rasa sayang yang dia miliki makin besar kepada sang adik ipar.“Bagaimana perasaan kamu sekarang, Sayang?” Agus sudah berani memanggil Adelia dengan sebutan 'Sayang'.“Masih mual, sih, Mas.” Adelia bermanja kepada Agus sambil menjatuhkan bobot kepalanya ke dada laki-laki itu.“Kamu ngidam sesuatu, nggak? Nanti aku beliin.”“Ngidam pengen dekat-dekat terus sama kamu.”“Sekarang aku di sini bersama kamu.” Agus mengusap pipi Adelia.“Aku kesepian kalau udah malam, Mas. Nggak ada teman tidur.”“Ada anak kita yang menemani kamu, Sayang.” Agus memegang perut Adelia.“Sampai kapan kita seperti ini, Mas?”“Aku juga nggak tahu, Saya
🏵️🏵️🏵️Adelia telah memantapkan hati untuk segera pergi dari rumah Ana. Dia tidak ingin jika kakaknya itu sampai melihat perutnya makin membesar.Dia tidak memberitahukan rencananya. Dia hanya meninggalkan sepucuk surat di nakas kamar Ana. Dia yakin jika kakaknya mengetahui kepergiannya pasti akan mencegahnya.Ana sangat terkejut setelah membaca isi surat Adelia yang mengaku telah meninggalkan rumah. Dia segera berlari memasuki kamar adiknya itu. Apa yang tertulis di surat tadi, benar adanya. Dalam lemari Adelia hanya tersisa beberapa helai pakaian saja. Koper besar yang biasanya ada di kamar, tidak terlihat lagi wujudnya. Ana benar-benar tidak percaya setelah mengetahui kenyataan kalau adiknya meninggalkan rumah.Dia langsung membuka ponsel lalu mencari nama Adelia, kemudian menekan tombol simbol telepon berwarna hijau. Dia ingin mengetahui keberadaan adiknya saat ini karena dirinya sangat khawatir.“Halo.” Terdengar suara Adelia dari seberang telepon.“Kamu di mana, Del?”“Kakak
🏵️🏵️🏵️Kini, Adelia merasa menjadi wanita paling tidak berguna. Pengorbanan yang dia lakukan untuk laki-laki pujaan hatinya, berakhir dengan kesedihan dan pilu. Dia merasa kalau Agus tidak mengharapkan dirinya lagi.Selama ini, dia berpikir kalau Agus yang akan memberikannya kebahagian, walaupun dia tahu kalau pria itu suami dari kakaknya. Dia sangat terpesona dengan semua yang ada pada diri sang kakak ipar.Hatinya telah dipenuhi dengan cinta buta. Dia lupa kalau Ana yang selama ini memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Namun, dia dengan tega membalas kebaikan sang kakak dengan sebuah pengkhianatan.Sekarang, semua telah terjadi, dia mengandung anak dari suami kakaknya. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Awalnya, dia tidak sedih karena hamil oleh kakak iparnya sendiri, tetapi dia tidak terima karena Agus meminta dirinya keluar dari rumah.Dia menangis sejadi-jadinya mengingat apa yang Agus katakan. Dia berpikir kalau dirinya telah dicampakkan begitu saja. Dia merasa kalau laki-laki ya
🏵️🏵️🏵️“Ini anak kamu, Mas!” ucap Adelia di depan Agus—kakak iparnya.“Aku tahu, Dek. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa. Kamu harus ingat kalau aku ini suami Kakak kamu.” Agus berusaha menenangkan Adelia.“Jadi, kamu mau lari dari tanggung jawab? Kamu ingin aku yang akan membesarkan anak ini sendirian?” Adelia tidak kuat lagi menahan bening kristal dari matanya agar tidak jatuh.“Aku akan membiayai semua kebutuhannya.”“Apa kata orang-orang jika mereka tahu aku hamil tanpa suami?”“Kamu harus pergi dari kota ini, Dek. Ini demi kebaikan kita bersama.”“Tega kamu, Mas. Setelah kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, sekarang kamu ingin mencampakkan aku?” Adelia memukul-mukul dada ayah dari anak dalam kandungannya.“Aku tidak ada niat sedikit pun untuk menjauh darimu, tapi kenyataannya hubungan kita tidak mungkin dapat bersatu.”“Bagaimana mungkin aku bisa hidup sendiri di kota lain? Apa alasan yang akan kuberikan pada Kak Ana? Kamu tahu sendiri, setelah orang tua kami meninggalkan