🏵️🏵️🏵️
Hari ini usia kandungan Adelia memasuki tiga bulan, dia tidak merasakan adanya penyesalan dengan apa yang terjadi terhadap dirinya. Dia justru sangat bangga telah mengandung anak laki-laki yang dia cintai.
Agus juga tidak mengingkari janjinya terhadap Adelia. Dia dengan ikhlas menepati apa yang yang dia ucapkan. Hampir setiap hari, dia mengunjungi Adelia. Rasa sayang yang dia miliki makin besar kepada sang adik ipar.
“Bagaimana perasaan kamu sekarang, Sayang?” Agus sudah berani memanggil Adelia dengan sebutan 'Sayang'.
“Masih mual, sih, Mas.” Adelia bermanja kepada Agus sambil menjatuhkan bobot kepalanya ke dada laki-laki itu.
“Kamu ngidam sesuatu, nggak? Nanti aku beliin.”
“Ngidam pengen dekat-dekat terus sama kamu.”
“Sekarang aku di sini bersama kamu.” Agus mengusap pipi Adelia.
“Aku kesepian kalau udah malam, Mas. Nggak ada teman tidur.”
“Ada anak kita yang menemani kamu, Sayang.” Agus memegang perut Adelia.
“Sampai kapan kita seperti ini, Mas?”
“Aku juga nggak tahu, Sayang. Yang pasti aku akan tetap mencintaimu.”
“Kamu harus janji nggak akan meninggalkanku, Mas.”
“Aku tidak mungkin meninggalkan wanita yang sejak dulu aku cintai.”
Adelia terbuai dengan semua yang Agus ucapkan. Dia tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi terhadap dirinya. Dia tetap setia melayani sang kakak ipar layaknya seperti suami.
Hubungan terlarang itu tetap berlanjut walaupun saat ini, Adelia sedang mengandung. Dia lebih mengikuti nafsu daripada perasaan kakaknya. Dalam pikirannya hanya ingin selalu bermanja kepada calon ayah dari bayi dalam rahimnya.
Cintanya terhadap Agus telah menutup pintu hati dan perasaannya. Dalam benaknya saat ini hanya ingin tetap bersama dengan suami dari kakaknya. Dia bangga menjalin cinta dengan Agus dan ingin terus berada di sampingnya.
Agus juga melakukan hal yang sama, dia tidak ingat sama sekali dengan istri yang sejak dulu sangat mencintainya. Ambisi untuk memiliki Adelia merupakan kebanggaan baginya. Dia merasa menjadi laki-laki paling beruntung karena saat ini bersama wanita impiannya.
“Aku nggak sanggup jika harus kehilangan kamu, Mas,” ucap Adelia setelah selesai memadu kasih dengan Agus.
“Aku jauh lebih nggak mampu jika harus hidup tanpamu, Sayang. Kamu telah memberikan segalanya untukku, jauh lebih dari apa yang Ana berikan.”
“Maksud kamu, Mas? Ada apa dengan Kak Ana?”
“Belum waktunya untuk cerita sekarang, nanti juga kamu pasti akan tahu.”
“Sebenarnya ada apa, Mas?”
“Setelah kamu mengetahui semuanya, aku yakin kamu akan lebih percaya kalau aku sangat mencintaimu. Aku terpaksa memintamu keluar dari rumah hanya ingin menjaga perasaan Ana. Aku sama sekali tidak ada niat lari dari tanggung jawab. Aku mengharapkan anak kita, dia sangat berharga bagiku.”
Adelia makin tidak mengerti dengan apa yang Agus katakan. Dia bingung dengan sikap kakak iparnya yang kian perhatian dan peduli terhadap dirinya, juga bayi dalam kandungannya. Perlakuan itu benar-benar seperti seorang suami dan ayah terhadap istri dan anaknya.
Akan tetapi, saat ini Agus tidak bersedia menceritakan apa yang telah dia sembunyikan dari Adelia. Wanita itu tidak mengerti kenapa kakak iparnya itu mengakui pengorbanan yang dia lakukan lebih dari Ana.
🏵️🏵️🏵️
Beberapa tahun yang lalu sebelum acara pernikahan Ana dan Agus berlangsung, telah terjadi sebuah kecelakaan yang membuat Ana menyerahkan kehormatannya kepada pemilik sebuah perusahaan. Saat itu, Ana sedang dekat dengan seorang laki-laki yang juga merupakan bosnya di kantor. Kedekatan itu telah mengakibatkan dirinya hamil.
Laki-laki yang telah melakukan hubungan yang belum pantas dengan Ana, tidak bersedia bertanggung jawab atas bayinya. Ana sangat putus asa dan berniat untuk mengakhiri hidup.
Ana berjalan untuk mencari tempat yang paling tepat mengakhiri semua penderitaannya. Dia berpikir ingin segera menyusul kedua orang tuanya yang telah meninggalkan dunia.
Ana berdiri di atas jembatan yang sangat tinggi. Dia sangat yakin untuk pergi dari semua penderitaan yang menimpanya. Dia lupa kalau adiknya masih membutuhkan sosok seorang kakak.
Tiba-tiba Agus lewat dari tempat Ana lalu keluar dari mobil, kemudian dengan cepat menariknya agar menjauh dari tepi jembatan. Agus tidak ingin terjadi sesuatu terhadap Ana di depan matanya.
“Kamu siapa? Kenapa menghalangiku?” tanya Ana kepada Agus.
“Apa yang kamu lakukan? Kamu udah bosan hidup?” Agus balik bertanya.
“Itu bukan urusanmu!”
“Jelas menjadi urusanku. Sebagai sesama, aku tidak mau melihat kamu mengakhiri hidup seperti itu.”
“Aku udah nggak pantas untuk hidup! Aku lebih baik mati saja.”
Agus berusaha menenangkan Ana hingga merasa berutang nyawa kepada laki-laki itu. Dia mengagumi sosok Agus karena telah menggagalkan niatnya untuk mengakhiri hidup. Rasa kagum itu makin hari kian besar hingga berubah menjadi cinta.
Dia melakukan berbagai cara agar laki-laki yang telah menyelamatkan nyawanya bersedia menjadi pendamping hidupnya. Sejak saat itu, dia dan Agus pun makin dekat hingga akhirnya duduk di pelaminan. Agus bersedia bertanggung jawab menjadi ayah dari anak yang Ana kandung.
Dia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa melihat Ana yang hampir setiap hari menangis dan bertindak nekat di depannya. Oleh karena itu, dia bersedia mempersunting wanita itu walaupun kenyataannya, hati dan cintanya hanya untuk Adelia.
🏵️🏵️🏵️
“Kamu dari mana, Mas? Akhir-akhir ini sering pulang malam.” Ana heran dengan kebiasaan Agus belakangan ini.
“Aku sekarang sering lembur, banyak yang harus dikerjakan.” Agus memberikan alasan agar Ana tidak curiga.
“Tapi kamu nggak kasih kabar kalau kamu lembur, Mas.”
“Nanti ke depannya aku pasti kasih kabar.”
Agus berusaha menenangkan dan meyakinkan Ana. Dia tidak ingin jika istrinya itu mengetahui pertemuannya dengan Adelia. Dia sangat tahu sikap Ana yang selalu berusaha berbuat sesuatu yang tidak dia harapkan.
Dia masih belum mampu untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Ana. Dia tidak berani jujur karena takut terulang kejadian beberapa tahun yang lalu, di mana Ana mencoba untuk mengakhiri hidup.
Ana adalah wanita yang mudah berputus asa. Dia tidak sanggup menanggung sesuatu yang menimpa dirinya. Oleh karena itu, Agus selalu berusaha bersikap hati-hati menghadapinya karena akan berbuat nekat jika hatinya merasa tersakiti.
Ketidakberdayaan Agus saat ini telah membuat wanita yang dia cintai harus terpisah tempat tinggal dengannya. Namun, dia tetap berusaha memberi perhatian kepada wanita pujaannya itu.
Sekarang, Agus hanya bisa berharap semoga dia segera menceritakan yang sebenarnya kepada Ana. Dia masih menunggu waktu yang tepat agar tidak menyakiti perasaannya. Dia takut jika kejujuran itu terungkap sekarang, akan mempengaruhi pikiran Adelia yang sedang hamil.
“Terima kasih karena kamu bersedia menganggap anakku sebagai anakmu, Mas,” ucap Ana saat melahirkan bayinya kala itu.
“Jangan bicara seperti itu, Sayang. Dia juga anakku.” Agus berusaha bersikap lembut kepada Ana.
“Kamu penyelamat bagiku. Aku tidak akan sanggup hidup tanpamu.”
“Takdir yang mempertemukan kita. Sekarang kamu istriku.”
“Aku mencintaimu, Mas.”
“Aku tahu itu, Sayang.”
Agus berusaha berbuat baik dan bersikap romantis kepada Ana walaupun di depan Adelia. Tujuan utama Agus karena ingin mengetahui perasaam wanita yang dia cintai setelah tinggal satu atap dengannya. Namun, saat awal pernikahan dengan Ana, sikap Adelia masih biasa saja.
Setelah beberapa tahun kemudian, akhirnya Adelia luluh dengan sikap dan perhatian Agus hingga akhirnya mereka menjalin hubungan terlarang. Agus sangat bangga karena telah berhasil merebut hati wanita yang dulu pernah menolak dirinya.
“Aku tetap setia mencintaimu, Dek. Jangan menolakku lagi.” Agus berusaha meyakinkan Adelia saat itu.
“Iya, Mas. Saat ini aku juga mencintaimu.”
Dua insan yang sedang dimabuk cinta tersebut berjanji untuk saling mencintai hingga akhirnya Adelia pun hamil. Kakak dan adik ipar itu lupa kalau apa yang mereka lakukan sungguh tidak pantas.
===========
🏵️🏵️🏵️Sebulan telah berlalu, akhirnya Ryan sekarang sangat dekat dengan ibunya. Adelia sangat bahagia karena harapan untuk menyayangi putranya telah tercapai. Kini, dia merasa menjadi wanita paling beruntung dan ibu yang seutuhnya.Agus menyaksikan dua orang yang dia cintai sedang tertawa lepas. Ryan sudah sangat mengerti jika diajak bercanda, dia amat senang bermain dengan ibunya. Adelia sangat bersyukur dengan nikmat yang dia peroleh saat ini.Hati Adelia sangat gembira karena dapat merawat buah hati yang telah lama dia rindukan. Ini adalah harapan yang sudah lama dia impikan, melahirkan dan menjaga anak dari laki-laki yang sangat mencintainya. Sungguh, ini merupakan anugerah terindah yang tidak dapat dia ungkapkan dengan kata-kata.“Akhirnya, anak kita bisa menerima kamu, Sayang.” Agus membelai rambut Adelia. Dia sangat bersyukur karena istrinya itu mengaku terharu setelah dekat dengan buah hati mereka.“Iya, Mas. Aku bahagia banget.” Adelia tersenyum puas mengingat usaha yang d
🏵️🏵️🏵️ Hari ini merupakan acara pernikahan Agus dan Adelia digelar. Tidak menunggu lama, dua minggu setelah Adelia sadar dari koma, mereka langsung mengikat hubungan dalam ikatan suci. Agus ingin menjadikan Adelia miliknya seutuhnya, bukan hanya sekadar simpanan semata. Dia ingin menunjukkan kesungguhan yang selama ini dia ucapkan kepada wanita yang telah melahirkan putranya itu. Betapa bahagia dan bersyukurnya dirinya karena akhirnya dapat mempersunting wanita yang sangat dia cintai. Ryan—buah hati tercinta Agus dan Adelia, sebagai bukti betapa mereka saling membutuhkan. Agus berjanji akan selalu memberikan kebahagiaan kepada Adelia dan Ryan. Dua orang tersebut adalah penyemangat hidup untuknya. Adelia telah resmi menjadi istri Agus dan mereka kini telah berada di kamar pengantin yang sudah lama mereka dambakan. Pak Andy dan Bu Arini meminta Agus dan Adelia agar tetap tinggal bersama mereka. Orang tua Agus sangat memahami kondisi sang menantu yang baru sadar dari koma. Ryan ju
🏵️🏵️🏵️Seminggu telah berlalu sejak pernikahan Arman dan Ana. Hari ini, mereka akan pindah dari rumah orang tua menuju rumah baru. Ternyata benar kalau Rama lebih memilih tinggal bersama kakek dan neneknya dibandingkan serumah dengan kedua orang tuanya.Rama mengaku sangat menyayangi orang tua dari ayahnya tersebut. Dia juga sangat kasihan jika kakek dan neneknya kesepian tanpa dirinya. Anak kecil itu sangat mengerti dengan apa yang dirasakan Pak Sarma dan Bu Siska.“Baik-baik, ya, Sayang, sama Oma dan Opa. Nggak boleh nakal dan cengeng.” Ana memberikan nasihat kepada putranya.“Iya, Mah, Rama janji akan menjaga Oma dan Opa.” Anak itu merangkul ibunya.“Kalau kangen sama Papa atau Mama, langsung telepon aja. Nanti Papa atau Mama pasti jemput.” Arman memberikan penjelasan kepada anaknya.“Iya, Pah.” Rama juga memeluk ayahnya.Ana dan Arman segera memasuki mobil lalu meluncur. Tidak ada kesedihan di wajah Rama setelah kepergian Ana dan Arman. Dia sangat ikhlas tinggal bersama kakek da
🏵️🏵️🏵️Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Arman dan Ana akhirnya resmi menjadi sepasang suami istri. Kebahagiaan terpancar di wajah kedua pengantin baru itu. Mereka malu-malu dan saling mengembangkan senyum di dalam kamar pengantin mereka.Arman mendekati pengantin wanitanya yang kini duduk di tempat tidur yang telah dihiasi bunga-bunga indah. Dia mengusap pipinya lalu mendaratkan ciuman di dahi, kemudian turun ke bawah. Dia berhasil mencium bibir lembut ibu dari anaknya tersebut.Hubungan mereka tumbuh dari hati yang paling dalam, bukan karena unsur paksaan atau ancaman. Pernikahan yang Ana rasakan saat ini, sangat jauh berbeda dari sebelumnya, di mana kala itu laki-laki yang mempersunting dirinya melakukan semuanya dengan terpaksa karena tidak ada cinta. Namun, kini semua itu akan menjadi masa lalu, sekarang dia bersama dengan pria impiannya.Dua insan itu berhasil mengarungi samudera cinta bersama, mereka telah melakukan hasrat yang begitu membara. Mereka bercinta de
🏵️🏵️🏵️Seminggu berlalu semenjak Arman meminta Rama menganggap dirinya sebagai ayah, laki-laki itu kembali berkunjung bersama kedua orang tuanya. Pak Sarma dan Bu Siska telah lama ingin bertemu dengan cucu tercinta dan wanita yang melahirkannya.Ana sangat terkejut melihat kedatangan Arman dan orang tuanya. Dia bingung dihadapkan dengan situasi yang tidak biasa menurutnya. Dia mempersilakan mereka duduk di sofa ruang tamu.Arman berani mengajak orang tuanya mengunjungi Ana dan Rama setelah melihat perubahan sikap wanita yang dia cintai itu makin baik dan menerima dirinya. Oleh karena itu, dia sangat yakin untuk melamar Ana menjadi pendamping hidupnya.“Kenalin, Pih, Mih … ini Ana, wanita yang aku cintai.” Arman memperkenalkan Ana kepada kedua orang tuanya.Bu Siska mendekati Ana lalu menggenggam jemarinya. “Maafin kesalahan Arman, ya, Nak. Mami udah tahu semuanya. Dia pernah mengabaikanmu.”“Semua sudah terjadi dan berlalu, saya sudah melupakannya. Mungkin itu jalan hidup saya.” Ana
🏵️🏵️🏵️ Dua bulan telah berlalu, Adelia belum juga terbangun dari tidur panjangnya. Agus selalu setia menemaninya. Dia dengan sepenuh jiwa berusaha agar ibu dari anaknya itu segera sadar dan kembali membuka mata. Sudah banyak cerita yang dia bacakan kepada Adelia. Dia berharap agar wanita itu cepat siuman. Sementara itu, Ana akhirnya membuka diri untuk kembali menerima ayah dari anaknya. Mereka juga sudah mengetahui keadaan Adelia. Hari ini, mereka menemui Adelia di rumah sakit. Ana sangat prihatin melihat kondisi Adelia yang belum sadarkan diri. Dia kasihan melihat keponakannya yang belum merasakan kasih sayang seorang ibu. Hatinya terenyuh dan tidak dapat membayangkan betapa Agus harus menemani wanita impiannya yang tetap diam. “Yang sabar, ya, Mas. Semoga Adel segera sadar,” ucap Ana kepada Agus. “Iya, Na, terima kasih.” “Oh, yah, Mas … minggu depan aku dan Mas Arman akan menikah, ini aku kasih undangannya untuk kamu dan orang tuamu.” Ana memberikan kertas tebal berwarna kee