PART 15. Kerinduan (Pov Author) Dimas keluar ruangan bosnya dengan rasa bahagia. Dia tidak pernah menduga bahwa hari ini adalah keberuntungannya. Harris memberinya cek senilai seratus juta. Pikirannya melayang pada kejadian satu tahun lalu. Ketika mereka baru menghabiskan waktu keliling kota Bekasi. Harris terlihat kelelahan ketika akhirnya menyerahkan selembar poto kepada Dimas. "Siapa dia?" Tanya Dimas. "Temukan dia untukku." Sahut Harris. Dahi Dimas berkerut menatap Harris. "Namanya Helena Anstasya. Umur 25 tahun." Sejak itu mereka terus mencari, namun tidak ada jejak Helena. Di sosial media terlalu banyak yang namanya Helena, namun tidak satu pun yang mencirikan pemiliknya adalah Helena yang dimaksud Harris. Hingga dua tahun berlalu. Pagi tadi, sekitar jam 10:00 Harris mengajak 4 orang stafnya, termasuk Dimas dan HRD, turun lapangan. Melihat-lihat kondisi pemasaran, sekaligus memberi ucapan kepada pendatang baru yang menyewa dua ruangan untuk memasarkan produk camera CCTV mere
PART 16"Jangan pergi lagi, Helena. Tetaplah di sini bersamaku."___________Kami menikmati makan siang dengan sangat terlambat. Waktu di ruangan Harris sudah menunjukkan angka 15:00. Aku mengunyah dengan sangat pelan, sampai makanan di mulutku benar-benar halus baru kutelan. Itu harus kulakukan, karena jika tidak, maagku bisa kambuh dadakan. Tidak seru kan jika sampai maag kambuh, di kala sedang bertemu kakak ipar setelah dua tahun berpisah?"Kamu terlihat baik-baik saja, Helena." Komentar Harris. Tatapannya hangat namun menggoda."Kenapa? Mas berharap Helen tidak baik-baik saja?" Sahutku jutek."Kenapa kamu bekerja?" Lanjutnya."Kenapa tidak? Siapa yang akan menghidupi Helen jika tidak bekerja?" Sahutku."Kamu bisa membangun usaha." Balasnya. "Atau setidaknya, lima ratus juta yang kukirimkan ke rekeningmu, cukup untuk biaya hidupmu dua tahun ini. Kamu kan hemat." Aku terhenyak. Jadi uang lima juta itu dia yang transfer?"Uang itu masih utuh. Helen tidak menyentuhnya." Kulihat Mas Ha
PART 17. Pilih Hotel Atau Kostan? (POV Harris) Kostan Helena sangat kecil. Hanya terdiri dari satu ruang utama yang dia pakai untuk menerimaku saat ini. Tidak ada perkakas lain, selain sebuah meja kecil yang di atasnya terdapat rice cooker ukuran satu liter, kompor listrik, dan setrikaan. Terletak di salah satu sudut dinding. Di sampingnya berdiri dispenser, dengan air galon merk terkenal, sama dengan yang biasa kami konsumsi di rumah dan kantor. Di sampingnya lagi, sebuah rak piring kecil, yang hanya ada satu piring, satu mangkuk, satu cangkir, satu sendok, serta satu teflon. Sementara di kamarnya yang tanpa penutup itu, hanya ada ranjang ukuran single. Satu lemari plastik ukuran kecil, dan sebuah kaca yang menggantung di dinding. "Kamu tinggal di tempat ini selama dua tahun itu, Helena?" Tanyaku, seraya menoleh kepadanya. "Iiih, jangan masuk-masuk ke kamar orang!" Teriaknya, mencoba menghalangiku dari melihat kamarnya. "Sudah selesai." Sahutku. Seraya menabrak tubuhnya yang co
Part 18. HarmoniSudah lima belas menit, aku menunggu di depan pintu kamar Helena, tetapi belum ada tanda-tanda wanita itu keluar. Apakah dia ketiduran setelah mandi?Tidak tahan untuk lebih lama menunggu, aku membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci.“Helena kamu masih mandi?” tanyaku.“Iya, Mas Harris ngapain di situ?”“Nungguin kamu.”“Keluarlah, nanti aku menyusul.”“Cepatlah,”Senyap. Di kamar mandi pun tidak ada suara. Mungkin Helena sedang mengganti pakaiannya. Terpaksa aku kembali menunggu.“Helena, kamu baik-baik saja?” teriakku lagi. Sudah lima menit, belum ada tanda-tanda Helena akan keluar dari kamar mandi.“Mas Harris pergilah!” balasnya. Aku penasaran, ada apa sebenarnya dengan dia? aku berjingkat dari pembaringan, kemudian melangkah ke pintu kamar mandi.“Helena, aku tahu kamu sudah selesai mandinya, kutunggu dua menit lagi. Kalau tidak keluar juga kudobrak nih.” ancamku.“Apaan sih? Mas keluar dulu aja.” “Tidak. Aku menunggumu.”"Please!""No! Kamu keluar." Sen
PART 19. Mantan Dan Keluarga Barunya Hari Sabtu aku masih harus masuk kerja. Karena jatahku libur adalah Sabtu depan. Bagi karyawan lapangan sepertiku, jatah liburnya hanya peroleh seminggu sekali, sesuai pembagian dari atasan. Pekan ini jatahku sudah kuambil hari Selasa lalu, jadi Sabtu dan Minggu aku harus masuk kerja. Pukul 07:00 aku sudah rapi dengan seragam kerjaku. Tentu saja memakai bra dan celana dalam, karena semalam aku sudah mengeringkannya di mesin pengering. Saat keluar kamar aroma makanan yang lezat langsung tercium olehku. Saat aku turun, kulihat, Mas Harris sudah ada di dapurnya. Dapur yang mungkin hanya digunakan oleh dia sendiri untuk memasak makanan sederhana, karena di belakang masih ada satu dapur lagi yang perabotannya lebih komplit dari yang ada di sini. "Aku memesan beberapa stell pakaian untukmu semalam." Ucap Mas Harris begitu melihatku datang mengenakan seragam kerja. Dia pasti belum tahu kalau aku mau masuk kerja. "Terima kasih." balasku, seraya terseny
Part 20. Rombongan Mama (POV Harris) Kalau ditanya apakah aku bahagia saat ini, jelas aku sangat bahagia karena berhasil membawa Helena pulang dan tinggal bersamaku. Tetapi aku pasti sudah menyusahkannya, karena membuat dia terusir dari kontrakan dengan cara direndahkan seperti itu. Sementara di tempat kerja, aku belum tahu apa yang terjadi setelah beberapa karyawan melihat kami berpelukan. Aku belum ingin mengetahuinya. Bagiku itu tidak penting. Biar saja. Namun aku tidak tahu, apakah bagi Helena itu mengganggu atau tidak. Aku membuka-buka website butik terkenal di kota Jakarta. Memilih beberapa pakaian wanita. Meskipun aku laki-laki, aku paham fashion wanita yang kekinian. Aku juga membeli beberapa baju harian untuk Helena, tanpa melibatkannya. Biarlah Helena istirahat, aku saja yang memilih pakaian ini, toh aku juga yang akan memandangnya saat dia berpakaian nanti. Tidak lupa kupesan juga pakaian dalam untuknya dari toko yang berbeda. Awalnya mereka menolak untuk packing malam ini
PART 21. Rengkuhan Dosa"Kamu menyembunyikan siapa di lantai atas?" Tanya Mama. Yaa Tuhan, adakah yang bisa kusembunyikan dari Mama? Bagaimana Mama bisa tahu aku menyembunyikan Helena di kamarku? Kenapa Mama selalu saja tahu?"Ma?" Suaraku bergetar._________________________Aku langsung berlari ke kamarku begitu mobil yang mereka kendarai keluar dari gerbang. Sesampainya di kamar, aku terkejut mendapati Helena sedang menungging di atas kasur dengan pipi tergeletak tak berdaya. Tatapannya kosong. "Helena apa yang terjadi?" Kudorong tubuhnya hingga berguling. "Mereka sudah pergi, apakah kamu baik-baik saja?"Helena masih bergeming. Dari matanya dua bulir bening menggelinding jatuh."Helena." Aku bingung. Wanita itu bangkit, kemudian duduk tegak. Tangan kirinya ia letakkan di kedua lututnya. Wajahnya tampak kuyu dan penuh kebencian."Biarkan dia pergi." Ucapnya lirih, tetapi air matanya semakin deras mengalir. "Dia jahat sekali.""Arsen?" Tanyaku hati-hati. Helena mengangguk. Aku mende
PART 22. Rencana Harun Dan Putri(POV Author)Senin yang cerah. Tiga orang sedang sarapan di restoran tidak jauh dari H&H Mall. Mereka adalah, Harun, Dimas, dan Putri. Mereka sedang berdiskusi sesuatu yang penting. Setidaknya menurut Harun."Ini demi masa depan kita semua,” kata Harun.Putri Ayuningtyas, satu-satunya wanita di antara mereka, sesekali menyesap mocca susu hangat di depannya, lalu memutar-mutar cangkirnya di meja dengan gerakan pelan dan elegan. Matanya mengawang, sesekali menyipit dengan sinis. Seperti menyimpan dendam dan luka."Aku tidak boleh kalah, Mas." Ucapnya geram."Tenang saja, kamu akan dapatkan apa yang kamu inginkan." Sahut Harun.Harun tahu sekali, sepupunya itu sedang tidak enak hati. Sedangkan Dimas, hanya sesekali saja melirik kelakuan kedua saudaranya itu. Hubungan kekerabatan mereka termasuk dekat. Usia Harun dan Dimas tertaut tidak terlalu jauh. Hanya tiga bulanan saja. Tahun ini mereka sudah 39 tahun. Sedangkan Putri, baru berusia 27 tahun. Seusia He