PESONA MAS IPAR

PESONA MAS IPAR

last updateLast Updated : 2023-07-14
By:  Ida RaihanCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
40Chapters
4.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Entah apa dosaku pada Mas Ipar, dia selalu saja memiliki bahan untuk mengolok ketidakmampuan finansialku. Apa dia lupa, kalau aku hidup semiskin dan semenderita ini juga atas ulah adik dia, yang tidak menafkahiku secara sempurna? Seperti sore ini, "Ini kulkas mahal, mana bisa kamu beli? Beliin Mama durian aja pilih yang murahan!" Itu menjadi kalimat yang selalu kudengar, di sepanjang hidupku menumpang di rumah Mama. Ah, andai punya keberanian. Mas Ipar, lelaki bermulut comberan dan menyebalkan itu, belum tahu dia gimana rasanya mulutnya diremas sama perempuan! Aku ingin melakukannya. Namun, tidak berani! Sial memang!

View More

Chapter 1

Part 1. Sial!

Mama menggelar pesta di rumahnya malam ini. Mas Ipar ketiga menghadiahi beliau kulkas seharga sebelas juta. Menggetarkan penghuni dompetku yang masuk kategori misquin. Sebelas juta, mending uangnya dikasihkan aku, toh kulkas seharga 2,5 juta juga sudah bagus kan? Sayang sekali rasanya. Namun, apalah aku, si misquin yang hanya bisa menghayal kekayaan orang lain.

Terkadang, perasaan terjebak juga muncul di benakku, ketika kondisi jiwaku sedang lelah lahir batin. Aku merasa telah ditipu oleh Mas Arsen, suamiku. Ya, Mas Arsen menipuku sejak awal kami menjalani pacaran, dan baru kuketahui setelah menikah. Sungguh, memang sial nasibku!

Aku yakin apa yang dilakukan Mas Ipar itu pasti ada udang di balik rempeyek. Semacam suap, agar peroleh warisan lebih besar dari Mama mungkin. Mas Iparku ini adalah duda, Saudara! Istrinya minggat sama pria lain. Bahkan ketika pernikahan mereka belum genap dua tahun. Konon katanya, istrinya tidak sanggup hidup misquin bersamanya. Ah, jika saja istrinya itu tahu, Mas Ipar bakal peroleh warisan dalam jumlah milyaran…

Mama baru saja mengabarkan. Bahwa rumah yang kami huni saat ini, beserta kebun di sampingnya, sudah  terjual. Laku dengan harga sembilan milyar lima ratus juta rupiah. Harga yang fantastis, bukan? Semakin menggetarkan isi dompetku. Namun aku tetap ikut bahagia, karena kami pasti bakal kecipratan dari hasil penjualan tersebut.

Mama terpaksa menjual rumah besarnya ini, karena memikirkan masa depannya yang sudah tua. Rencananya Mama akan membeli rumah kecil di daerah Kampung Makassar untuk dihuni beliau dengan seorang asisten. Kami? Entah bagaimana nanti. Mungkin suamiku akan diberi jatah untuk membeli rumah sendiri.

Aku membuka kulkas Mama. Ingin tahu seperti apa dalamnya kulkas seharga sebelas juta itu.

"Heii kamu, jangan main buka-buka aja. Itu kulkas mahal. Kalau rusak gimana?" Mas Ipar tiba-tiba sudah di belakangku.

"Eh, iya, Mas. Helen cuma pengen liat dalemnya,” sahutku gugup.

"Kamu bilang aku dulu lah kalau mau lihat. Biar aku kasih lihat ke kamu. Jangan main buka sendiri. Ini kulkas mahal,” katanya. Nyerocos. Dan masih berlanjut, "kalau rusak gimana? Mana mampu kamu belikan. Orang belikan durian Mama aja pilih yang murahan!"

Duh yaa Allah, itu lagi yang dia ungkit!

Ceritanya kemarin siang aku lewat pasar, di jalan aku melihat durian sedang promo. Tiga puluh ribu isi tiga butir, seukuran kelapa hijau. Sesampainya di rumah. Mama langsung menyambutku, "Bau duren, Na."

"Iya, Ma. Aku beli murah tadi di jalan,” sahutku.

"Mimpi apa kau semalam beliin Mama duren?" Mama langsung menodong. Padahal aku bukan membelikan Mama. Aku beli niat untuk bikin minuman.

"Ayo cepat dibuka." Ucap Mama lagi memberiku pisau dapur yang biasanya dipakai untuk memotong daging. Akupun langsung melakukan perintah Mama.

"Bah, berapa kamu beli tadi? Manis pulak ini duren." Seru Mama senang. Di Pasar Rebo, di pinggir jalan memang berderet penjual durian jika musimnya tiba. Mereka menumpuknya dalam gundukan-gundukan kecil dengan harga yang berbeda-beda. Ada yang tiga puluh ribu dapat tiga butir, ada pula yang lima puluh ribu isi tiga butir. Tergantung kualitas. Kalau mau yang lebih bagus ya yang lima puluh ribu satu butir. Ada juga durian montong yang dihargai kiloan. Satu butir antara delapan puluh, hingga seratus dua puluh ribu.

"Iya Ma, manis. Cuma tiga puluh ribu ini semua,” balasku.

Sore ketika Mas Ipar pulang kerja, Mama menceritakan semuanya. Mama tidak bermaksud menggunjingku, tetapi hanya memberi tahu, barangkali Mas Ipar mau membeli durian juga.

"Ah… Mama ini, nanti aku belikan durian montong. Sebutir seratus ribu lebih. Enak manis dan besar." Sahut Mas Ipar. "Apalah Helena nie, belikan Mama durian seharga murahan begitu. Pelit sekali kau." Lanjutnya. Sakiit hatiku mendengarnya.

Entah apa dosaku pada Mas Ipar, dia selalu saja mencari celah untuk menjatuhkanku di depan semua orang. Kecuali jika suamiku sedang di rumah, dia tidak berani mengusikku. Menurut Mama sih malas ribut, karena Arsen keras kepala kebangetan. Hey, Ma, bukannya yang songong itu anak kesayanganmu, si Harris? Kadang aku ingin meneriakkan itu, tetapi aku tidak berani.

Suamiku adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Dulu kupikir, dengan menikahinya hidupku akan bahagia. Tinggal di rumah mewah yang besar ini, dengan ibu mertua yang sudah tua, dan baik.

Tentu saja. Mama sudah sangat tua. Suamiku saja, yang anak bungsunya usianya sudah tiga puluh lima tahun. Iya saudara-saudara. Aku yang baru dua puluh lima tahun ini, menikah dengan pria tua, yang kukira adalah pria kaya raya, karena selalu menjemputku menggunakan mobil SUV yang bersih dan mengkilap. Dia juga sering mengajakku singgah dulu di rumah ini. Rumah yang kata Mas Arsen, kelak akan menjadi milik kami. Sayangnya, di kemudian hari, baru kuketahui, ternyata mobil yang dia gunakan untuk menjemputku itu, adalah mobil Mas Ipar. Ugh… memang sial sekali nasibku!

Sebelum menikah, aku bekerja sebagai telemarketing, di salah satu perusahaan Camera CCTV daerah Jakarta Pusat. Mas Arsen telaten menjemputku setiap pulang kerja. Setelah menikah dia melarangku bekerja, dan menyuruhku menemani Mama di rumah, karena dia bekerjanya di Bogor. Mas Arsen bisa pulang setiap akhir pekan. Saat itu Mas Iparku itu belum tinggal di sini, bersma kami.

Aku sih tidak masalah, hitung-hitung sambil menjaga dan merawat rumah ini kan? Toh kelak bakal menjadi milik kami. Jadi harus rajin merawatnya dong.

Ya, sebelum bertunangan Mas Arsen sempat beberapa kali mengajakku ke rumah ini. Aku pikir, siapa yang tidak senang, bakal jadi istri anak bungsu, yang pasti sangat disayangi oleh mamanya, dan dengan rumah yang sebesar ini? Dia akan menjadi ahli waris yang berpeluang kaya mendadak, tanpa susah payah mengumpulkan uang dengan cara berhemat, dan menekan mengeluaran di sana sini hanya untuk membeli sebuah rumah.

Kata Mas Arsen, sebelum kami bertunangan, semua saudaranya sudah diberi rumah satu-satu oleh Mama. Makanya rumah ini adalah haknya. Sayangnya, ternyata dia dusta. Setelah menikah Mama banyak bercerita kepadaku, bahwa Mas Arsen juga sudah diberi rumah, namun dijual lagi entah buat apa. Lalu kembali ke rumah Mama. Jelas, status kami di rumah ini hanya sebagai penumpang saat ini. Hal ini juga sering diungkit sama Mas Ipar. Sepertinya memang nasibku yang sial.

Semakin terpuruk, begitu Mas Ipar pindah kemari, sejak perceraiannya dengan Mbak Monica, mantan istrinya. 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
40 Chapters
Part 1. Sial!
Mama menggelar pesta di rumahnya malam ini. Mas Ipar ketiga menghadiahi beliau kulkas seharga sebelas juta. Menggetarkan penghuni dompetku yang masuk kategori misquin. Sebelas juta, mending uangnya dikasihkan aku, toh kulkas seharga 2,5 juta juga sudah bagus kan? Sayang sekali rasanya. Namun, apalah aku, si misquin yang hanya bisa menghayal kekayaan orang lain.Terkadang, perasaan terjebak juga muncul di benakku, ketika kondisi jiwaku sedang lelah lahir batin. Aku merasa telah ditipu oleh Mas Arsen, suamiku. Ya, Mas Arsen menipuku sejak awal kami menjalani pacaran, dan baru kuketahui setelah menikah. Sungguh, memang sial nasibku!Aku yakin apa yang dilakukan Mas Ipar itu pasti ada udang di balik rempeyek. Semacam suap, agar peroleh warisan lebih besar dari Mama mungkin. Mas Iparku ini adalah duda, Saudara! Istrinya minggat sama pria lain. Bahkan ketika pernikahan mereka belum genap dua tahun. Konon katanya, istrinya tidak sanggup hidup misquin bersamanya. Ah, jika saja istrinya itu ta
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more
#2. Rencana Balas Dendam
Bersama Mama dan Mbak Romlah, kami menyiapkan makanan pendamping untuk makan malam. Untuk makanan utamanya sendiri, Mama sudah memesan satu paket besar nasi biryani di restoran terkenal di daerah Condet. Mama yang masih memiliki darah Arab - Medan, memang sering mengajak kami untuk makan-makan menu Arab, Turkey dan sebagainya yang kuketahui sebagai menu yang berasal dari wilayah Timur Tengah. Aku sendiri tidak begitu paham. Tetapi aku sangat suka nasi biryani dan sambosa.Mama mengaduk puding, aku membersihkan sayuran untuk tambahan lalapan, sementara Mbak Romlah, sedang marinasi paha ayam untuk digoreng nanti.Mbak Romlah bukan ART kami, tetapi dia sering dipanggil oleh Mama untuk bantu-bantu ketika kami sedang sibuk seperti sekarang. Bagi Mama, keberadaan Mbak Romlah adalah suatu keberkahan. Dulu sebelum aku menjadi bagian dari keluarga ini, Mbak Romlah pernah ngekost di sini, di kamar kostan nomor delapan selama enam tahun. Dia pindah karena menikah dan suaminya mengajaknya pindah
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more
#3. Tidak Pulang Malam Ini
Haruskah aku tumpahkan buah-buahan di meja? Tapi bagaimana caranya? Aku terus mencari cara. Malam ini adalah kesempatan untuk membalas Mas Ipar. Mataku nanar memperhatikan satu-persatu cucu mama. Siapa di antara mereka yang paling aktif dan bisa kumanfaatkan? Ajeng, anak sulung Mas Rasyid, sudah berusia 8 tahun. Dan terlalu pendiam, tidak mungkin bisa dimanfaatkan. Apalagi dia sudah mulai tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Coret. Aku terus memperhatikan cucu Mama yang lain. Dan terpaku kepada Wildan Anak kedua Mbak Tutik. Anak itu baru saja keluar dari kamarku, dengan wajah penuh coretan merah. Tangannya memegang lipstik milikku. Wildan berusia hampir empat tahun. "Yaa Allah, Wildaaaan." Mbak Tutik berteriak. Yang lain seketika menoleh, lalu tertawa terbahak-bahak. Mbak Tutik langsung berdiri, bermaksud menangani Wildan. "Biar aku saja, Mbak." Cegahku. "Mbak duduk aja." "Beneran?" Tanya Mbak Tutik. "Iyah." Aku mengangguk mantap. "Makasih ya." Sahut Mbak Tutik
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more
#4. Apa Yang Akan Dia Lakukan?
Mas Harris mengejarku ke westafel. Benarkah dia tahu kalau aku mengaduk buah-buahan itu dengan pir? Kali ini dia pasti akan membunuhku. Bulu kudukku meremang membayangkan kematianku di tangan pria tampan yang mirip suamiku itu.-------Rasanya nyaman sekali bisa membaringkan tubuh di atas kasur. Seharian tadi sama sekali tidak bisa istirahat karena menyiapkan acara malam ini. Mbak Tutik, karena suaminya bekerja jadi baru bisa datang setelah jam lima sore. Begitu juga Mbak Sofia, istri Mas Rasyid, dan Mbak Aulia istri Mas Ibnu. Anak Mama hampir semuanya pekerja kantoran kecuali Mas Harris.Mas Harris memiliki banyak usaha. Menurut Mama, anak-anaknya yang paling telaten dan tekun memang cuma Mas Harris. Sehingga dia yang terlihat paling sukses. Berapa pun modal yang diberikan orang tua kepada Harris semua berwujud menjadi usaha. Berbeda dengan Arsen, yang selalu meminta modal usaha namun tidak pernah terlihat hasilnya. Sampai bosan yang memberikan modal.“Tapi dia jadi bangkrut setelah
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more
#5. Berita Mengejutkan
Maju mundur, maju mundur. Aku terus menimbang. Serba salah. Kalau aku maju, artinya aku siap dengan segala kemungkinan yang akan dilakukan Mas Harris kepadaku. Kalau aku mundur, aku tidak enak sama Mama. Karena Mama yang menyuruhku membantu Mas Harris menutup gerbang. Aku memang selalu tidak sanggup menolak permintaan Mama, karena Mama sangat baik kepadaku.Jalanan depan rumah sudah mulai senyap. Motor maupun pedagang keliling sepertinya sudah pada istirahat. Dalam hati aku menyesali diri. Tahu mau ada acara kumpul-kumpul di rumah, kenapa tidak sejak pagi atau siang menyiram minyak ke roda pintu gerbang, yang beberapa hari ini seperti macet. Sangat seret saat didorong.Sekitar jarak tiga meter dari keberadaan Mas Harris, aku berhenti. Kulihat cahaya dari kamar Mama berubah redup, itu artinya Mama sudah mapan di atas pembaringannya, memberi peluang kepada Harris untuk bebuat semaunya tanpa ada gangguan. Tubuhku merinding, Mas Harris menatapku, seraya tersenyum miring seperti mengejek.
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more
#6 Perjalanan Bersamamu
"Kamu hamil." Ulang Mas Harris. "Aku antar periksa ke dokter, tapi ganti pakianmu, jangan menjatuhkanku dengan pakaian murahanmu itu!" ------- Harusnya aku sakit hati dengan ucapan Mas Harris barusan. Tetapi aku masih dilenakan oleh berita kehamilanku. Apakah itu benar? Atau ini hanya jebakan agar aku masuk dalam perangkapnya, untuk dia membalas dendam padaku? Bercak merah di tubuhnya sudah hilang, mungkin dia sudah konsumsi obat pereda alergi dari dokter. Seharusnya dia sudah melupakan soal pir semalam, toh dia juga sudah sembuh. Sebelum Mas Harris keluar dari kamarnya, aku segera mengambil langkah seribu. Aku tidak mau kelemahanku saat ini dia jadikan kekuatan untuk membalasku. Ah, aku bingung sendiri, kenapa aku bisa terlibat perang lahir batin dengannya seperti ini? Aku memilih pintu belakang untuk melarikan diri, agar tidak ada suara gemerincing kunci. Pintu belakang hanya pakai slot, dan itu sangat mudah dibuka tanpa suara. Lalu melipir lewat samping kost-kostan yang khusus pe
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more
#7. Pertengkaran
Hatiku mempertanyakan, "Terbuat dari apa hati Mas Harris? Terkadang baik terkadang sadis.--------Kami sampai di rumah jam dua siang. Begitu mobil masuk ke halaman, aku langsung turun dan berjalan menuju teras depan. Kepalaku kembali sakit, padahal tadi sempat reda setelah meminum obat pemberian dokter. Mama sudah ada di rumah. Dia langsung menyambut kami dengan senyumnya yang lebar, memeluk dan memberiku ucapan selamat."Akhirnya kamu akan menjadi Ibu, Helena." Mama terlihat sangat bahagia. "Masuklah, Arsen sudah datang."Deg."Kapan dia datang, Ma?" Tanyaku hambar. Entah mengapa aku seperti tidak berharap dia datang. Entahlah. Rasanya aku tidak ingin melihat dia."Entah. Mama tanya juga tidak dijawab." Sahut Mama. Dasar anak durhaka, batinku mengumpat. Bisa-bisanya ditanya mamanya tidak dijawab!"Baik-baiklah kepadanya, sepertinya dia sedang marah." Bisik Mama pelan. Aku mendesah, seraya langsung melepas sepatuku, kemudian bergegas ke kamar. Kulihat Mas Arsen sedang berbaring tidak
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more
#8. Perselingkuhan
Rasanya luruh sudah semua tulang di tubuhku. Dokter Intan sudah memastikan bahwa pendarahan yang kualami tadi siang sudah membawa serta calon bayi yang baru sehari kusadari ada dalam rahimku. Aku keguguran, setelah sempat merasakan bahagia atas kehadirannya di perutku, meskipun sangat sebentar. Bahkan ketika ayahnya juga belum menyentuhnya.. Ah, jika saja aku menyadarinya sejak awal, mungkin aku akan lebih bisa menjaganya, pikirku. "Selanjutnya apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Amell. Kami sedang di kamar berdua di rumahnya. Aku menggeleng. "Aku belum bisa berpikir sekarang." Sahutku."Ya sudah kamu istirahat saja kalau begitu. Besok kamu pikirkan lagi apa yang akan kamu lakukan." Ucap Amell tulus. Aku mengangguk. "Kamu tidak kembali ke kamarmu?" Tanyaku heran, karena melihat Amell menarik selimut dan bergelung di bawah selimutku."Tidak." Sahutnya."Kenapa?""Kamu sedang tidak waras. Gimana aku bisa tidur di kamarku kalau aku kepikiran kamu di sini." Sahutnya."Tenang saja. Aku t
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more
#9. (POV Author) Kenangan
Di rumah masih ada tiga nyawa lagi, tetapi rasanya begitu lengang. Hampa dirasakan oleh ketiga manusia yang tersisa itu. Padahal yang pergi hanya satu.Abiyah hanya bisa diam terpaku, sambil sesekali menyeka air matanya dengan tisu. Wanita yang dipanggil Mama itu masih berharap Helena akan kembali sekali lagi ke rumah itu. Dulu mereka punya ART, tetapi tidak ada yang bertahan lama. Paling lama satu tahun. Terlalu banyak drama. Kemudian, Helena hadir. Atas kesepakatan berdua, mereka tidak lagi mengambil pembantu. Abiyah mengerjakan semua pekerjaan rumah bersama Helena. Abiyah lebih sering tidak melakukan apa pun karena Helena begitu cekatan menyelesaikan semua pekerjaan rumah, selain memasak. Kalau memasak Helena kurang bisa, sehingga harus dilakukan berdua. Abiyah menghela napas berat."Mama sudah tua, Sen. Mama ingin melihat anak-anak Mama bahagia. Tapi kamu masih begini saja." Ucapnya pelan. Arsen diam. "Rumah besar ini ceria dan ramai sejak ada Helena. Sekarang bakal sepi lagi.""I
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more
#10 Siapakah?
Sudah dua bulan sejak kejadian itu. Selama itu pula aku tinggal di rumah Amell. Aku sudah mengganti nomor kontakku. Atas saran Amell aku juga mengaktifkan kembali akun sosial mediaku. Selama ini Arsen sangat membatasi ruang gerakku. Dia tidak mengijinkanku mengenal dunia luar dengan bersosial media. Aku hanya diperbolehkan membuka situs berita online atau youtube asal tidak boros. Selain kedua itu tidak boleh. Terutama i*******m, twitter dan f******k. Takut tergoda pria lain, katanya. "Bersosial media rawan perselingkuhan." Begitu alasan Arsen. Dasar busuk! Toh nyatanya justru dia yang selingkuh! Menurutnya, sosial media juga yang menyebabkan hancurnya rumah tangganya dengan Sekar. Dari sanalah awal mula Sekar berkenalan dengan teman-temannya yang suka hura-hura dan tidak bisa diatur. Sekar ketularan. Namun hal itu dibantah oleh Mama. Sekar memang sudah ada bakat bebas sejak belum menikah dengan Arsen. Saat itu, meskipun keberatan, aku mengalah. Dengan syarat, dia juga menutup semua
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status