Home / Fantasi / PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR / Kecerdasan sang Putra Dewa

Share

Kecerdasan sang Putra Dewa

Author: AL Doank
last update Last Updated: 2025-07-07 12:42:35

Tak percaya dengan kecerdasan Lindu Aji yang mustahil bagi anak seusianya, Ki Damarjati lantas mengambil lagi sebuah kitab untuk menguji bocah sepuluh tahun tersebut. Dia masih menganggap bisa saja tadi hanyalah sebuah kebetulan semata.

Namun lagi-lagi Ki Damarjati dibuat terkejut dengan kecerdasan cucu amgkatnya. Lindu Aji secara jelas dan lancar mampu membacakan semua isi buku kitab yang dipegang kakeknya.

"Berarti kau hapal semua gerakan dalam buku buku tersebut?" Ki Damayejati masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja dialaminya.

Lindu Aji mengangguk, "Ya, Eyang."

"Memang dia benar-benar anak Dewa," batin Ki Damarjati.

"Kapan Eyang mengajariku ilmu kanuragan?" Lindu Aji menatap kakeknya penuh harap.

"Sabar, Cucuku. Nanti ada saatnya buat Eyang mengajarimu semua ilmu kanuragan milik Eyang."

"Kapan saat itu tiba Eyang?"

Merasa terus dikejar oleh pertanyaan cucunya, Ki Damarjati pun akhirnya luluh juga.

"Sebentar lagi, ditunggu saja sampai waktunya telah tiba."

Selepas ditolak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
ceritanya jadi ngawur kemana2
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Pertempuran Malam Hari

    "Kekuatan Senopati kerajaan Pamenang memang bukan isapan jempol saja. Aku akui kau memang hebat, Wage, tapi dari kita berdua belum ada yang kalah," ucap Mata Setan. Seusai berucap, Mata Setan kembali menyerang Senopati Wage dengan jurus-jurus andalannya. Sementara itu Lindu aji terlibat pertarungan yang tak kalah sengit dengan Nyi Suketi. Bersenjatakan Tongkat berkepala ular di tangannya, Nyi Suketi menyerang Lindu Aji dengan penuh emosi. Emosi karena dia merasa dilecehkan harus menghadapi pemuda yang lebih pantas menjadi cucunya. Tongkat berkepala ular di tangan Nyi Suketi meliuk-liuk bagai seekor ular yang bergerak mengejar mangsanya. Kecepatan yang ditunjukkan Nyi Suketi membuat Lindu Aji terpontang panting menghindarinya. Hingga pada suatu kesempatan, tongkat Nyi Suketi berhasil menghantam dengan telak dada Lindu Aji yang membuat pemuda tersebut terlontar sejauh lima tombak ke belakang. Rasa nyeri langsung terasa dari dadanya. Nampaknya tongkat berkepala ular milik Nyi Su

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Ki Lingga

    "Kekuatan Senopati kerajaan Pamenang memang bukan isapan jempol saja. Aku akui kau memang hebat, Wage, tapi dari kita berdua belum ada yang kalah," ucap Mata Setan.Seusai berucap, Mata Setan kembali menyerang Senopati Wage dengan jurus-jurus andalannya.Sementara itu Lindu aji terlibat pertarungan yang tak kalah sengit dengan Nyi Suketi. Bersenjatakan Tongkat berkepala ular di tangannya, Nyi Suketi menyerang Lindu Aji dengan penuh emosi. Emosi karena dia merasa dilecehkan harus menghadapi pemuda yang lebih pantas menjadi cucunya.Tongkat berkepala ular di tangan Nyi Suketi meliuk-liuk bagai seekor ular yang bergerak mengejar mangsanya.Kecepatan yang ditunjukkan Nyi Suketi membuat Lindu Aji terpontang panting menghindarinya. Hingga pada suatu kesempatan, tongkat Nyi Suketi berhasil menghantam dengan telak dada Lindu Aji yang membuat pemuda tersebut terlontar sejauh lima tombak ke belakang.Rasa nyeri langsung terasa dari dadanya. Nampaknya tongkat berkepala ular milik Nyi Suketi meng

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Bergerak Menyerang

    Napas Suroseto terengah-engah seperti sukmanya mau lepas. Segera dia mengalirkan tenaga dalam untuk menstabilkan pernafasannya."Entah apa jadinya aku kalau tadi sampai bertarung dengan mereka?"Setelah deru napasnya stabil, Suroseto kembali melanjutkan langkahnya menuju penginapan. Sebelum memasuki pintu penginapan, terdengar suara memanggilnya."Tetua, tunggu sebentar ...!"Suroseto menolehkan kepalanya ke sumber suara yang memanggilnya. Terlihat Gagak Seta berjalan cepat ke arahnya."Ada apa Gagak Seta?""Tetua sudah kembali? Bagaimana hasil pengintaiannya?" tanya Gagak Seta penasaran."Besok pagi saja aku ceritakan semuanya. Sekarang aku mau istirahat dulu. Kau dari mana dan mau kemana, Gagak Seta?""Aku tadi dari berjalan-jalan mengamati situasi, Tetua. Ini mau balik ke penginapan, tidak tahunya ternyata Tetua sudah balik," jawab Gagak Seta." Ayo masuk kalau begitu," ajak Suroseto.Kedua pendekar aliran hitam itupun masuk ke penginapan, karena memang mereka berdua menginap di te

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Menyusup

    "Kekuatan kita berkurang banyak Nyi, apakah tidak seharusnya kita tunda saja serangan ini?" Kaki Wojo memandang Nyi Suketi yang terlihat gusar."Apa kau bilang ...? Ditunda ..? Apa kau tidak tahu kita mempersiapkan serangan ini berapa lama? Separuh dari mereka hanya pendekar pemula yang bakalan terkencing-kencing ketika melihat darah. Jangan bilang kau takut dengan mereka Kaki Wojo!" Nyi Suketi tidak bisa menahan amarahnya."Jaga ucapanmu Nyi ...!"Aku tidak takut dengan mereka. Aku hanya tidak ingin serangan kali ini gagal seperti serangan yang dulu direncanakan muridmu." Kaki Wojo tersentak marah karena dianggap pengecut.Srigati yang tersindir dengan telak hanya diam mematung. Dia tidak bisa berbicara apapun karena memang benar yang diucapkan Kaki Wojo. Andai dulu dia tidak menyuruh mata-matanya menyusup ke Perguruan Elang Putih, tentu serangan yang dulu dia rencanakan tidak akan bocor dan bisa meraih kemenangan.Suroseto yang memiliki kanuragan tertinggi di antara mereka kemudian m

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Pertemuan Terakhir

    Setibanya di desa yang dimaksud Senopati Banyubiru, Pasukan Garda Pamungkas serentak berjalan pelan setelah mendapat aba-aba dari Wakil pemimpin pasukan elit tersebut.Mata Senopati Wijaya memandang ke segala penjuru untuk mencari sebuah kedai untuk mereka berhenti sejenak.Selain untuk mengistirahatkan kuda, juga untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.Senopati Wijaya mengangkat tangannya begitu tiba di depan sebuah kedai yang besar. Di seberang jalan depan kedai, terdapat lapangan luas berumput yang teduh karena banyak pohon besar berdiri dengan kokoh.Seorang anggota Pasukan Garda pamungkas langsung turun dari kuda dan memegang tali kekang kuda Senopati Wijaya dan Senopati Banyubiru, Sementara yang lainnya menuntun kuda mereka masing- masing dan menambatkannya di lapangan.Senopati Wijaya dan Senopati Banyubiru segera masuk kedai dan memesan makanan kepada pelayan untuk semua anggotanya.Pemilik kedai tersebut kaget tidak percaya mendapat tamu sebanyak itu apalagi yang datang a

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Pasukan Garda Pamungkas

    "Mohon maaf, Tetua, ada yang harus aku laporkan.""Cepat katakan, awas kalau bukan berita penting!" ancam Nyi Suketi."Penting sekali, Tetua. Ada laporan dari teliksandi yang mengatakan kalau tiga markas penyerangan yang berada di timur Perguruan Rajawali Putih sudah hancur." Lelaki tersebut menunduk tidak berani mengangkat kepalanya.Ranjang tersebut tiba-tiba bergetar hebat. Lelaki tersebut hanya diam tak bergerak. Dia tahu kalo ketuanya sedang marah besar.Kelambu yang menutupi ranjang pun terbuka. Nyi Suketi turun dari ranjang dan kemudian duduk di kursi."Siapa yang melakukannya?""Menurut teliksandi tidak diketahui siapa pelakunya, Tetua," jawab Lelaki tersebut."Kabari semua tetua, besok pagi berkumpul untuk membicarakan hal ini. Sekarang pergilah cari Srigati dan suruh kesini.""Baik, Tetua, aku mohon pamit."Lelaki tersebut berdiri lalu berjalan keluar kamar."Siapa yang melakukan hal itu? Apakah rencana kali ini sudah tercium oleh mereka?" Nyi Suketi bertanya-tanya dalam hat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status