“Jangan pernah hilangkan kalung ini, anakku..” ucap wanita yang terbaring lemah di kasur reotnya, sambil berusaha keras menyerahkan sebuah kalung berliontin lumba-lumba hitam, pada anak perempuan di sampingnya. Dengan lembut, ia mencoba membelai rambut sang anak yang wajahnya sudah berurai air mata.
Anak perempuan yang baru menginjak 16 tahun itu, menggeleng-gelengkan kepala dengan keras, sembari mendekapkan tangan ibunya erat-erat, ke wajahnya yang sudah basah. Ia tahu bahwa kini waktu mereka semakin sedikit untuk bersama. Meskipun, ia benar-benar ingin menampik kenyataan itu.
“Nak.. Ibu seharusnya.. mengatakan padamu.. sejak awal.. tentang.. iden..titas..mu..yang...se...be...nar....nya....” perlahan, suara sang ibu semakin mengecil, lalu dalam sekejap hilang, bersama nyawa yang tidak bisa lagi dirasakan anak perempuannya.
“I..ibu..?” terbata-bata, anak perempuan itu masih tidak percaya.
Mengapa? Mengapa??
Sejenak, otaknya tidak bisa berfungsi. Matanya kabur dan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Menyadari bahwa wanita yang telah hidup kesusahan bersamanya selama 16 tahun ini, telah tiada karena penyakit kronis akibat kemiskinan mereka.
“IBU.....!!!” suaranya meraung keras memanggil ibunya berulang kali tanpa ada jawaban, di tengah rumah kecil mereka yang gelap dan penuh bau alkohol.
Selama beberapa jam ia terus menangis, hingga rasanya ingin pingsan saja dan melupakan semua, atau mati menyusul ibunya. Tapi saat seorang pria datang ke rumah itu, sambil terhuyung dengan beberapa botol alkohol di tangannya, seluruh amarah menggantikan rasa sedih sang anak yang begitu mendalam.
“KEMANA SAJA?!!! KENAPA AYAH TIDAK ADA DI SAMPING IBU?!!!”
Dengan mata yang keruh dan kaki yang tidak bisa berdiri tegak, pria itu hanya menatap dingin sang anak, serta istrinya yang telah terbaring tak bernyawa.
“MEMANGNYA KENAPA?! HAH?!”
Ledakan kemarahan yang telah dipendam selama belasan tahun, terhadap pria yang menghabiskan seluruh uang keluarga ini, membuat anak perempuan itu menjerit frustasi.
Anak itu selalu berusaha tenang setiap kali kedua orang tuanya bertengkar, dan berakhir dengan sang Ayah yang lagi-lagi pergi membawa semua tabungan yang disimpan Ibu, dengan alasan untuk menambah uang mereka. Padahal, pria itu hanya ingin melakukan kesenangannya berjudi dan mabuk-mabukkan!
“DIAM!”
PLAK!
Sebuah tamparan keras dilayangkan begitu saja, pada sang anak perempuan yang hatinya sudah terkoyak-koyak, membuat tubuhnya tersungkur ke samping mayat sang Ibu.
Tidak hanya berjudi dan mabuk-mabukkan, tapi juga melakukan kekerasan?!
Kenapa Ibu harus menikahi pria seperti dia?!!
Jerit anak perempuan itu, dalam hati.
Bibirnya sudah bergetar hebat, ingin menumpahkan semua kekecewaannya ke wajah sang Ayah. Hingga tiba-tiba, ia mendapati mata pria itu sedang memandangi kancing seragam SMA-nya yang terbuka. Tubuh sang anak perempuan mulai merinding dan mual, jijik melihat mata buas dari pria yang ia panggil Ayahnya.
Pria itu berjalan mendekat dengan tatapan aneh, seolah kerasukan. Si anak tahu, bahwa ia benar-benar dalam bahaya.
DUG!
Anak itu langsung menendang kaki pria yang selalu terhuyung karena alkohol. Ia pun berlari sekuat tenaga keluar rumah, setelah menangkis beberapa kali saat pria itu menarik-narik seragam sekolahnya.
Tanpa memakai sandal, dengan seragam yang telah robek di beberapa bagian karena pria tadi, anak perempuan itu telah berlari sejauh 500 meter, sampai ke tengah padang rumput di malam yang sunyi.
Terengah-engah, ia bersembunyi di balik satu-satunya pohon besar yang menghalau semua cahaya. Namun, hanya beberapa menit kemudian, pria itu berhasil menemukannya. Ia hendak menarik si anak kembali ke rumah, dengan pukulan dan teriakan yang ia yakin tidak akan ada yang mendengar.
“LAGIPULA, KAU BUKAN ANAKKU, ANAK JA*ANG!”
APA?!
Dengan tubuh yang lemah dan kebingungan, karena pukulan-pukulan kuat dari pria yang ia pikir adalah ayah kandungnya selama 16 tahun ini, sesosok anak lelaki tiba-tiba muncul bersama cahaya dari senter besar di tangannya.
Sebelum sang anak perempuan benar-benar roboh tak sadarkan diri, ia melihat dengan jelas wajah anak lelaki yang kini telah muncul lagi di hadapannya, ketika ia akhirnya terbangun dari mimpi buruk panjangnya itu.
Pria tampan berusia 30-an dengan jas mewah berlumuran darah, berjalan lemah memasuki rumah kecil penatu tempat si anak perempuan yang telah tumbuh dewasa berada –setelah nyaris mati di tangan ayahnya sendiri.
Pria itu, benar-benar mirip dengan anak lelaki yang menolongnya 14 tahun lalu.
Tapi bagaimana cara ia menolongnya saat itu?
Wanita itu sadar bahwa ia tidak bisa mengingatnya.
Kalau begitu, mengapa sekarang pria itu ada di sini?
Tunggu.. Kenapa pula ia berlumuran darah?
BRUK!
Pria itu sudah roboh, tepat di depan pintu yang setengah tertutup, sebelum mereka sempat berbicara.
Kota Lexington, Tahun 2022 – Saat IniBulan sudah menggantung di langit malam, sementara beberapa orang di luar sedang ribut berlarian, mencari seseorang.Nayra yang baru bangun dari mimpi buruk yang telah menghantuinya selama 14 tahun ini, masih dikejutkan dengan kehadiran sosok pria, yang mirip dengan anak lelaki penyelamat hidupnya. Pria tersebut kini sudah ambruk di depannya, dengan jas hitam dan kemeja putih yang berlumuran darah, entah darimana.Dengan panik, Nayra segera berlari menghampiri dan membopongnya ke belakang mesin pencuci pakaian, sebelum beberapa pria dengan ekspresi gusar di luar rumahnya, melihat ke arah mereka. Ia pikir, mungkin or
Apa-apaan pria ini?Mengajak kencan orang yang bahkan belum mengetahui identitas masing-masing?Tunggu! Tapi ia tahu namaku? Pikir Nayra, setelah mengingat saat pria itu memanggil namanya.“Mengapa Anda tiba-tiba mengajak saya.. berkencan? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda.. Tapi, bagaimana Anda tahu siapa saya..?” tanya Nayra, sedikit tergesa karena terlalu banyak pertanyaan memenuhi otaknya.“Kau hanya boleh menjawab ya atau tidak,” ujar pria itu dengan dingin.Ini pertama kalinya Nayra diajak kencan oleh ora
Nayra terbelalak.Carver Group adalah perusahaan ritel dan teknologi terbesar di dunia, dengan penghasilan di atas 600 miliar dolar pertahun. Perusahaan ini memiliki belasan ribu toko, dengan karyawan lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia. Bahkan di tengah kondisi ekonomi yang terpuruk, Carver Group tetap menjadi yang teratas.Lalu sekarang mereka bilang, pria yang ia tolong dan mengajaknya berkencan dengan memberi hadiah-hadiah mewah ini adalah CEO Carver Group? Mengapa Nayra tidak menyadarinya?“Hei!” Nyonya Milla menepuk pundak Nayra, menyadarkannya sejenak dari keterkejutan.
“Mengapa aku harus menjadi budakmu?!” tanya Nayra, terkejut dengan kesempatan yang Rehan maksud. “Padahal, kau yang mengajakku berkencan lebih dulu?”Rehan tertawa lagi. “Karena kau telah menolakku! Dan sekarang, kau menyita waktu berhargaku untuk ajakan yang kau tolak. Jadi, tentu saja kau harus menerima konsekuensinya, Nona..”Nayra tak habis pikir. Rehan ternyata jauh lebih dingin dan kejam dari yang ia kira. Pria itu tidak lebih baik dari iblis!“Baiklah..” Nayra tidak mau kalah. “Aku akan menerima ‘kesempatan’ itu.. karena aku hanya perlu memastikan, untuk tidak berakhir menjadi budakmu ‘kan,
Mengapa Rehan datang ke sini?“Apa Anda tahu bahwa Anda bisa dihukum, karena menaikkan harga sewa secara sepihak?!” teriak Rehan.Semua mata memandangnya dengan takjub, meskipun teriakan Rehan cukup tidak sopan, terutama terhadap ibu-ibu yang mungkin seumuran dengan ibunya.“A..Anda s..si..apa?” tanya Nyonya Milla tergagap, mendengar suara teriakan Rehan, yang lebih keras dibanding dirinya.“Apa saya perlu mengatakan siapa saya, untuk didengar Anda?” Rehan sedikit mengecilkan suaranya, tapi masih dengan gayanya yang angkuh. “Saya akan membeli rumah ini!
Sudah berapa kali mulutnya ternganga hari ini? Nayra tidak bisa menghitungnya lagi. “TIDAKKKKK!!!” Jeritan itu bukan berasal dari Nayra, melainkan dari Nyonya Milla yang meraung-raung ingin masuk ke dalam rumah yang terbakar, tapi dengan keras dihentikan orang-orang di sekitarnya. “MILENA!!!” jerit Nyonya Milla lagi, lebih parau. Milena? Bukankah itu nama anak keduanya? “ITU DIA!” seru salah seorang di kerumunan, sambil menunjuk Nayra yang masih tercengang bingung. Nyonya Milla yang riasannya telah luntur karena air mata, segera berlari menghampiri Nayra dengan geram. “APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA ANAKKU?!!!” Nyonya Milla menarik kerah baju Nayra, dengan teriakan histerisnya yang tidak bisa ia mengerti. Mengapa Nyonya Milla menanyakan itu padanya? Di tengah suara-suara ribut yang menyalahkan Nayra, ia pun akhirnya tahu bahwa Milena ada di rumah Nayra yang sedang terbakar. Tapi, mengapa itu menjadi kesalahan Nayra? Belum sempat pertanyaannya terjawab, mobil pemadam kebaka
Semua orang sontak memandang David Roland yang masih bisa berjalan dengan gagah, meskipun harus bertumpu pada tongkatnya, terutama di tengah keterkejutan mereka.“Apa maksudmu Ayah?!” tanya wanita itu, sambil mendekati Tuan David dengan ekspresi seperti Kevin McCallister di film Home Alone.“Anakku ‘kan hanya Brian, jadi tidak mungkin ia cucumu!”Brian?Nayra yang masih mencoba memproses ucapan Tuan David terhadapnya, tiba-tiba merinding.Tunggu! Apa ini yang dimaksud perkataan terakhir ibu
“A..Apa yang kau..?”Sebelum Nayra menyelesaikan kalimatnya, Brian sudah berjalan cepat dengan satu telunjuk tangan di depan bibirnya.“Syut! Aku harus diam-diam datang ke sini!” bisiknya, membuat Nayra lebih tidak mengerti.