“Menyeramkan sekali desa ini, Kanda!” seru Rinjani begitu mereka tiba di Desa Mitos.
Masih tampak kondisi menyeramkan desa yang hampir merenggut nyawa Candaka dan Kumalasari ini.Desa Mitos benar-benar hanya menjadi mitos belaka, karena kawanan Aswang yang menghuni desa ini telah dibasmi oleh Zhu Fei bersama Bai Ling alias Gayatri di masa lalu.“Benar, Adinda! Desa Mitos ini telah memakan banyak korban pelintas jalan yang terjebak oleh keramah tamahan penduduk desa ini yang merupakan jelmaan aswang, makhluk yang cukup mengerikan!” jelas Candaka.“Kanda tahu dari mana?” tanya Rinjani.“Aku dan Mala hampir menjadi korban dari kawanan Aswang ini saat aku mengantar Mala kembali ke Kota Naga Emas! Beruntung kami bisa lolos dari kawanan makhluk mengerikan ini! Tapi kini Aswang sudah lenyap, seharusnya desa ini dibersihkan saja agar tidak mengerikan kelihatannya!” ujar Candaka.“Seru sekali ya cerita Kanda! Seandainya kita bertemu lebih awal ya, Kanda!” seru Rinjani.“Aku rasa kawanan Aswang ini akan mati keracunan olehmu kalau kamu yang bersamaku saat itu!” kata Candaka sambil tersenyum.“Aku ini sangat beracun, tapi kok Kanda mau menjadikan aku sebagai istri Kanda?” tanya Rinjani dengan manjanya.“Hahaha ... kamu ini, sudah lama jadi istriku tapi masih manja!” seru Candaka sambil memeluk istri tercintanya ini.Setelah memastikan kalau Desa Mitos benar-benar hanya menjadi mitos belaka, mereka mulai memasuki Darkness Forest.Hutan yang sangat kelam dan mengandung hawa kegelapan yang kuat.Hutan ini tadinya menjadi tempat tinggal Drauger yang menjadi dewa bagi kawanan Aswang di Desa Mitos.Pelintas jalan yang tersesat selalu dijebak oleh kawanan Aswang yang menyamar menjadi manusia kemudian membius pelintas jalan dan dipersembahkan kepada Drauger.“Apa tidak ada jalan lain, Kanda?” tanya Rinjani yang tidak menyukai kondisi di Hutan Kegelapan ini.“Kalau melalui jalur darat, kita harus menembus Darkness Forest ini. Berbeda kalau melalui jalur laut, tapi mana seru kalau melalui jalur laut!" sahut Candaka.“Lebih baik kita bersihkan hutan ini, Kanda agar pelintas jalan tidak merasa ketakutan saat melalui jalur darat kalau hendak ke Kota Naga Emas!” saran Rinjani.“Itulah gunanya melakukan Jalan Pendekar, jadi kita tahu keadaan Negeri Kamandaria ini dan berusaha memperbaikinya!” ujar Candaka.Kreeessseeek ....!Terdengar oleh Candaka seperti seuatu sedang mengikuti mereka begitu mereka memasuki Hutan Kegelapan ini.Sssttt ...Candaka meminta Rinjani untuk diam sementara dia mencoba mendengarkan langkah kaki sosok yang mengikuti mereka.“Ada apa, Kanda?” tanya Rinjani.“Ada sosok yang mengikuti kita sejak kita masuk ke Hutan Kegelapan ini,” ujar Candaka.“Apa makhluk Drauger itu masih ada, Kanda?” tanya Rinjani.“Setahuku makhluk Drauger ini hanya ada satu dan aku juga pernah menghadapinya, tapi Drauger sudah dikalahkan Zhu Fei dan dikurung di dalam alam Mimpi!” sahut Candaka.“Jadi, makhluk apa yang sedang mengikuti kita ini?” tanya Rinjani.“Aku pernah diikuti makhluk yang sama saat aku berada di hutan dekat kampung Misterius yang menjadi tempat tinggal Ruh Naga! Jangan-jangan ini amkhluk serupa yang pernah mengikutiku dahulu!” tebak Candaka.“Kanda tidak pernah tahu siapa yang mengikuti Kanda hingga keluar dari hutan?” tanya Rinjani.“Tidak, Adinda! Aku saat itu tidak peduli lagi begitu berhasil keluar dari dalam hutan karena saat itu aku baru berhasil merampungkan Kitab Naga Putih yang merupakan kitab pertama dari Kitab Sembilan Naga!” sahut Candaka.“Apa penguntit ini sosok yang sama, yang pernah mengikuti Kanda dahulu? Atau bisa jadi sosok ini Drauger lain yang masih hidup di Darkness Forest?” tanya Rinjani.“Sudah tidak kedengaran suaranya! Dahulu juga begitu ... mengikutiku lalu hilang begitu saja! Aku sudah melupakannya hingga kejadian hari ini aku merasakan penguntit yang sama!” ujar Candaka.“Bagaimana kalau kita jebak makhluk ini, agar Kanda tidak penasaran lagi?” saran Rinjani.“Bagaimana caranya, Adinda?” tanya Candaka."Kanda tetap berjaalaan menembus Hutan kegelapan ini ... sedangkan aku akan menyelinap di balik pohon untuk melihat makhluk apa sebenarnya yang mengikutimu ini!" saran Rinjani."Apa tidak berbahaya buatmu? Kalau makhluk ini Drauger, dia bisa menebaskan pedangnya ke arahmu, Rinjani!" kata Candaka dengan perasaan cemas."Kanda lupa kalau aku ini Dewi Racun yang terkenal kejam? Jadi, Drauger bukanlah masalah untukku!" seru Rinjani tanpa rasa takut."Baiklah! Aku ikuti saranmu! Aku akan berjalan menyusuri hutan ini dahulu, sementara kamu cobaa lihat sosok makhluk yang mengikutiku!" sahut Candaka."Siap, Kanda!" kata Rinjani sambil bersembunyi di balik pepohonan.*****Krooosaaak ....Suara sosok makhluk yang mengikuti Candaka terdengar kembali.Rinjani mengamati dari balik pepohonan untuk melihat makhluk yang mengikuti Candaka ini.Betapa terkejutnya Rinjani saat melihat makhluk kecil yang memiliki sayap kecil dan bertubuh biru muncul dari balik tanaman liar dan terus mengikuti Candaka."Makhluk apa itu? Seperti anak naga tapi bukan?" pikir Rinjani. "Drauger juga bukan ... kata Kanda kalau Drauger bertubuh seperti manusia, bergigi tajam, dan selalu membawa pedang!"Rasa penasaran membuat Rinjani tidak langsung mengejutkan makhluk bersayap ini, melainkan mengikutinya dari belakang.Makhluk kecil yang mirip naga ini terus mengikuti Candaka, tapi tidak menyerang ataupun mendekati Pendekar Naga Biru ini.Kejadian ini sempat membuat Rinjani heran."Apa sebenarnya keinginan makhluk aneh ini? Kenapa dia terus mengikuti Kanda?" pikir Rinjani penuh tanda tanya.Tiba-tiba makhluk ini menghilang dari hadapan Rinjani, membuat Dewi Racun ini panik dibuatnya."Kemana makhluk ini?" pikirnya."Kenapa kamu mengikutiku, gadis cantik?"Makhluk mirip naga ini tiba-tiba muncul di depannya dalam kondisi terbang dan bisa berbicara."Ka-kamu bisa bicara?" ucap Rinjani agak gugup karena kaget dengan munculnya makhluk kecil ini."Aku ini Peri Naga, jelas aku bisa bicara!" seru sosok makhluk biru ini."Peri Naga? Aku baru dengar kalau ada Peri Naga!" tanya Rinjani, yang anehnya juga tidak menyerang makhluk kecil ini tapi mengajaknya bicara tanpa rasa khawatir."Ada apa, Adinda?" tanya Candaka yang kembali saat tidak melihat Rinjani mengikutinya."Makhluk yang mengikutimu selama ini adalah Peri Naga, Kanda!" seru Rinjani."Salam, Pendekar Naga Biru! Aku Xarvis, Peri Naga Biru yang diutus dari Dunia Atas untuk membimbing Pendekar Naga Biru mencapai tingkat sempurna!" sapa makhluk biru bersayap ini."Peri Naga Biru? Dunia Atas? Aku tidak mengerti?" tanya Candaka."Aku sebenarnya bukan untuk melayani Pendekar tapi Jenius Bela Diri yang ada di Dunia Atas! Tapi, Putri Zhang Yin mengirimku ke sini untuk membantu Pendekar Naga Biru, agar awalnya bisa mengatasi Iblis Naga Hitam, tapi aku kehilangan jejakmu sehingga alu tersesat di Dunia Bawah ini! Apa kamu bisa mengantarku ke Dunia Atas?" tanya Peri Naga Biru bernama Xarvis ini."Jadi, kamu yang mengikutiku saat di hutan dekat Kampung Misterius tempat Ruh Naga berada?" tanya Candaka."Benar, Pendekar Naga Biru!" sahut Xarvis."Panggil aku Candaka saja! Aku kenal Zhang Yin! Dia yang membantuku mengatasi Iblis Naga Hitam! Aku tidak bisa mengantarmu sekarang, Xarvis! Aku juga tidak tahu jalan menuju Dunia Atas tempat Zhang Yin berada!" ujar Candaka."Apa benar Dunia Atas itu ada, Kanda? Tempat apa itu?" tanya Rinjani."Sebenarnya kaumku banyak terdapat di Dunia Tengah yang merupakan tempat kelahiran Dewa Jenius Bela Diri dan Dewa Kaisar Bela Diri. Tapi, untuk Peri Naga khusus seperti diriku ini hidup di Dunia Atas!" jelas Xarvis."Aku tidak bisa menolongmu sekarang, Xarvis! Aku masih banyak masalah yang harus diselesaikan di Kamandaria ini! Kamu tunggu saja di hutan ini, kalau semua urusanku sudah beres, aku akan mencoba menolongmu!" bujuk Candaka."Bagaimana kalau aku ikut denganmu saja, Candaka! Aku bisa membantumu mengatasi makhluk-makhluk mitos di Kamandaria ini!" ujar Xarvis."Hihihi ... kamu lucu juga Xarvis! Bagaimana kamu bisa mengatasi makhluk-makhluk mitos ini dengan tubuh kecilmu ini?" tanya Rinjani sambil tertawa geli."Bagaimana kalau bentukku begini!" kata Xarvis yang langsung berubah menjadi Naga Biru yang besar dan gagah.Rinjani dan Candaka sampai terperangah melihat perubahan wujud dari Peri Naga Xarvis ini."Apa semua peri naga bisa berubah wujud menjadi naga?" tanya Candaka."Benar sekali, Candaka! Apa sekarang aku boleh mengikutimu? Anggap sebagai balas jasaku karena kamu telah menolongku keluar dari hutan gelap ini dan untuk menebus kegagalanku membimbingmu dahulu!"“Baiklah, kamu boleh ikut denganku! Tapi ada syaratnya ... kamu tidak boleh menjadi naga tanpa perintahku!” tegas Candaka.“Aku bisa menerima persyaratan itu!” ucap Xarvis yang langsung menjadi peri naga kembali.“Kamu juga tidak boleh ikut campur pembicaraanku dengan istriku, kalau tidak diminta! Kamu bisa melakukannya?” tanya Candaka.“Jangan begitu ketat terhadapnya, Kanda!” tegur Rinjani. “Aku tidak ingin orang tahu keberadaannya saat ini, karena berbahaya untuk dirinya!” kata Candaka memberikan alasannya."Aku memiliki kantong ajaib ini, Candaka! Kamu bisa membawaku kemana-mana dengan kantong ini karena di dalam kantong ajaib ini juga berisi alam kehidupan yang tidak jauh beda dengan alam kehidupan yang asli," kata peri naga ini sambil menyerahkan kantong kain kecil berwarna kecoklatan kepada candaka."Kantong kecil ini bisa menampung banyak makhluk hidup?" tanya Candaka yang takjub melihatnya."Di Dunia Atas, kantong seperti ini sudah umum dipakai oleh para Immortal ataupun Dew
"Kita kemana Kanda?" tanya Rinjani, setelah mereka keluar dari Kota Seribu Wajah."Aku akan mengunjungi saudara angkatku, Moghul di Kota Naga Biru! Dia tidak ingin menjabat di istana kerajaan, dan memilih kembali ke kota tempat tinggalnya untuk membangun Kota Naga Biru!" sahut Candaka."Kamu terlalu baik padanya, Kanda! Dia tidak membantumu sama sekali saat berhadapan dengan Raja Iblis Naga Hitam!" seru Rinjani penuh kekesalan."Wajar dia tidak membantuku, Adinda Rin! Penduduk kota bisa dihukum mati oleh Arkadewi saat itu apabila Moghul bergabung dengan aliansi kita melawan kerajaan!" kata Candaka memberikan alasannya."Seharusnya dia membantumu, apapun resikonya! Kalian ini bersaudara!" tegas Rinjani, tetap tidak menerima alasan Candaka."Aku juga ingin menanyakan padanya tentang kejadian aneh di Kota Seribu Wajah, mungkin Moghul mengetahui kejadian yang menimpa kota itu!" ujar Candaka.*****Kota Naga Biru benar-benar berkembang sangat pesat di bawah pimpinan Moghul selaku walikota
Candaka benar-benar terkejut dengan penjelasan Moghul mengenai kekuatan baru yang saat ini berada di antara Kota Naga Biru dan Dusun Penyamun."Kekuatan mereka sangat besar, Candaka! Kenapa kejadian besar ini bisa luput dari perhatian kerajaan?" tanya Moghul.Setelah beberapa lama menenangkan diri, akhirnya Moghul memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Candaka dan Rinjani."Siapa sebenarnya penghuni Sekte Sembilan Naga Langit ini?" tanya Rinjani."Katanya mereka ini berasal dari Langit dan merupakan keturunan Naga, yang turun ke Kamandaria untuk memantau perkembangan dunia persilatan dan dunia naga di negeri ini!" ujar Moghul."Kamu pernah bertemu mereka?" tanya Candaka."Salah satu utusan mereka berjulukan Naga Timur pernah mendatangi Kota Naga Biru. Naga Timur ini bahkan mengancamku agar tidak menganggu keberadaan mereka agar Kota Naga Biru ini aman dari gangguan mereka!" jelas Moghul."Apa sebenarnya tujuan Sekte Sembilan Naga langit ini? Kenapa keberadaan mereka luput dari
"Bagaimana kalau kita naik perahu saja, Adinda? Apa kamu bersedia?" tanya Candaka."Aku juga penasaran dengan jalur sungai buatan ini, Kanda! Jadi tidak masalah kalau kita naik perahu saja!' sahut Rinjani."Hahaha ... pilihan yang tepat, saudaraku!" seru Moghul sambil tertawa senang. "Ayo, kita ke dermaga sungai besar yang berada di pinggiran kota!"Candaka dan Rinjani mengikuti Moghul menuju ke dermaga di sungai besar yang dimaksud oleh Moghul.Sepanjang jalan, terlihat kota yang sangat teratur dan rapi.Warga kota memberi salam hormat kepada walikota mereka sambil memandang bingung ke arah dua orang yang berjalan di samping walikota mereka.Moghul benar-benar membangun Kota Naga Biru dengan tangan besi, sehingga semua warg akota patuh terhadap dirinya dalam artian baik."Aku penasaran dengan Kota Naga Biru Laut, karena Kota Naga Biru ini saja sudah sedemikian besar dan teraturnya!" seru Candaka.Warga Kota Naga Biru tidak mengetahui kalau yang berjalan di samping walikota mereka ada
"Lapor Ketua! Pendekar Naga Biru saat ini berada di Kota Naga Biru!"Seorang anggota dari Gerbang Sembilan Naga Langit tampak melapor kepada seorang pria yang masih tampak muda dan mengenakan jubah emas bermotif naga."Apa yang sedang dilakukan Raja Kamandaria itu di Kota Naga Biru" tanya pria ini."Kami tidak tahu pasti, Ketua! Menurut informasi, Pendekar Naga Biru sedang mengunjungi saudaranya yang menjadi pemimpin kota tersebut!" lapor bawahannya lagi."Moghul? Aku sudah memperingatkannya untuk tidak ikut campur dengan urusanku di Dunia Bawah ini!" kata pria ini dengan penuh amarah."Pemimpin kota tidak mengundangnya, Ketua. Pendekar Naga Biru yang datang mengunjunginya.""Ada keperluan apa, Pendekar Naga Biru sampai jauh-jauh mengunjungi Kota Naga Biru ini tanpa pengawalan sama sekali?" tanya Naga Timur."Menurut informasi yang bisa dipercaya, Pendekar Naga Biru sedang menuju ke arah utara!" lapor bawahan Naga Timur ini."Apa yang dilakukan Pendekar Naga Biru ini, sampai jauh-jauh
Kota Naga Biru Laut benar-benar tertata rapi.Para pedagang makanan dan minuman banyak memenuhi kota ini karena banyaknya pendatang dari luar kota ini yang singgah untuk beberapa hari di Kota Naga Biru Laut."Khusus Kota Naga Biru Laut, kami menerima pendatang dari kapal dagang ataupun kapal lainnya yang bermaksud menginap di kota ini. Tapi, mereka tidak boleh memasuki Kota Naga Biru!" jelas Moghul."Aku tidak melihat adanya penjaga perbatasan kota ini ... bagaimana kamu bisa memastikan kalau pendatang ini tidak nekad memasuki Kota Naga Biru?" tanya Rinjani.Dewi Racun ini memang sangat teliti melihat keadaan sekelilingnya, agar mereka tidak disergap secara tiba-tiba."Ratu memang jeli dalam melihat situasi! Tidak ada penjaga bukan berarti kami tidak bisa memastikan pelanggaran yang dilakukan pendatang ini! Ratu tidak perlu khawatir."Rinjani yakin kalau ucapan Moghul benar adanya.Tidak ada seorang pun yang berani melanggar perbatasan anatar dua kota ini."Kemungkinan Moghul ini mene
Naga Timur alias Long Dong terus mengamati pergerakan Candaka dan Rinjani melalui mata-mata yang telah tersebar ke segala penjuru Kamandaria.Bahakan Naga Timur memiliki burung informasi yang bisa senantiasa mengikuti pergerakan Candaka dari angkasa untuk melaporkannya kepada Naga Timur baik melalui telepati suara ataupun melalui surat kecil untuk diantarkan burung informasi lainnya.Masih belum diketahui maksud dan tujuan Naga Timur ini melakukan pengamatan secara terus menerus terhadap Candaka, tanpa menyentuh Pendekar Naga Biru ini sama sekali."Lapor Ketua! Tuan Putri Naga Selatan datang berkunjung ke istana ini!" kata penjaga gerbang istana.Belum selesai penjaga gerbang ini bicara, sudah berkelabat bayangan putih yang berhenti tepat di depan Naga Timur.Tampak gadis berpakaian putih yang memegang kipas putih di tangannya.Kecantikan gadis ini jauh melebihi kecantikan Dewi ataupun bidadari dari kahyangan.Pesona kecantikannya sangat terpancar dan berkilau yang membuat Naga Timur
"Bagaimana kalau kita pindahkan saja ibukota ke Kota Naga Biru ini, Kanda?" tanya Rinjani yang begitu menikmati kesejukan udara di Kota Naga Biru laut ini."Aku juga sempat berpikiran demikian, karena Kota Naga Emas sudah penuh sesak dengan penduduk dari rakyat jelata sampai para bangsawan sehingga kurang efektif untuk digunakan sebagai pusat pemerintahan! Kita lihat saja apa Moghul menerima tawaran kita untuk membangun Kota Naga Emas Baru di tanah kosong sisi timur. Kita bisa pindahkan pusat pemerintahan ke sana!" ujar Candaka."Tidak ada salahnya kita pindahkan dahulu ke Kota Naga Biru, sementara Kota Naga Biru Laut bsa menjadi pusat perdagangan yang dapat memajukan kota ini. Kota Naga Emas kita tetapkan sebagai kota metropolitan saja yang hanya berpusat pada bisnis dan perdagangan!" sambung Rinjani lagi."Pembangunan Kota Naga Emas Baru juga memerlukan waktu lama seperti Moghul membangun Kota Naga Biru Laut ini! Nanti aku bicarakan dengan Moghul tentang keinginan kita ini, barulah