Share

10. Kota Seribu Wajah - Kota Tersembunyi

“Baiklah, kamu boleh ikut denganku! Tapi ada syaratnya ... kamu tidak boleh menjadi naga tanpa perintahku!” tegas Candaka.

“Aku bisa menerima persyaratan itu!” ucap Xarvis yang langsung menjadi peri naga kembali.

“Kamu juga tidak boleh ikut campur pembicaraanku dengan istriku, kalau tidak diminta! Kamu bisa melakukannya?” tanya Candaka.

“Jangan begitu ketat terhadapnya, Kanda!” tegur Rinjani. 

“Aku tidak ingin orang tahu keberadaannya saat ini, karena berbahaya untuk dirinya!” kata Candaka memberikan alasannya.

"Aku memiliki kantong ajaib ini, Candaka! Kamu bisa membawaku kemana-mana dengan kantong ini karena di dalam kantong ajaib ini juga berisi alam kehidupan yang tidak jauh beda dengan alam kehidupan yang asli," kata peri naga ini sambil menyerahkan kantong kain kecil berwarna kecoklatan kepada candaka.

"Kantong kecil ini bisa menampung banyak makhluk hidup?" tanya Candaka yang takjub melihatnya.

"Di Dunia Atas, kantong seperti ini sudah umum dipakai oleh para Immortal ataupun Dewa untuk menyimpan peliharaan mereka karena mereka tidak ingin makhluk itu ada di dalam tubuh mereka!" jelas Xarvis.

"Jadi, di dalam kantong ajaib ini ada alam untuk kehidupan ya, Xarvis?" tanya Rinjani yang juga penasaran dengan kantong ajaib ini.

"Benar sekali, Ratu! Alam kehidupan di dalam kantong ajaib ini sangat luas, jadi kami bisa hidup lama di dalamnya. Tapi, apabila Pendekar naga Biru memerlukanku, aku bisa segera keluar dari kantong ajaib ini!" jelas peri naga biru ini.

'Aku juga boleh menyimpan makhluk lain selain dirimu di kantong ajaib ini, Xarvis?" tanya Candaka.

"Boleh saja, Pendekar Naga Biru! Aku justru senang kalau banyak teman di dalam kantong ajaib ini!" sahut Xarvis. "Aku pamit dahulu ya!"

Xarvis membuat dirinya lebih kecil lagi sehingga bisa masuk ke kantong ajaib yang diberikannya kepada Candaka.

Perjalanan menembus Darkness Forest tidak menemui halangan yang berarti lagi.

Candaka dan Rinjani akhirnya tiba di Kota Seribu Wajah setelah melalui lorong yang memang dibangun untuk lalu lalang pelintas jalan agar tidak memasuki Kota Seribu Wajah.

Pendekar Naga Biru ini hanya ingin mengetahui kondisi Naga Biru sekarang yang tinggal di Kota Tersembunyi di ujung Kota Seribu Wajah.

Candaka ingin menanyakan kelanjutan Kitab Naga Jingga yang membuat Candaka kesulitan untuk bermimpi lagi, karena Naga Jingga tidak memenuhi janjinya untuk memberikan dua jurus utama lainnya yaitu satu jurus tendangan naga api dan satu lagi jurus pedang naga jingga.

Sejak menjadi Raja Kamandaria, Candaka memang tidak pernah pergi jauh dari Kota Naga Emas karena harus mengatur Kota Naga Emas agar teratur terlebih dahulu.

“Hati-hati saat di Kota Seribu Wajah, karena pusaran energi multidimensi di kota ini akan membuatmu pusing!” pesan Candaka kepada Rinjani.”Aku baru ingat kalau hanya Naga dan Pendekar Naga atau yang berdarah naga yang bisa melintasi Kota Seribu Wajah ini!”

Candaka terpaksa meninggalkan Rinjani untuk sementara di luar Kota Seribu Wajah karena masalah efek multidimensi ini, tapi Rinjani menolak untuk menunggu di luar kota ini dan meminta untuk masuk ke dalam Kota Seribu wajah.

“Berbahaya sekali, Adinda!” ujar Candaka yang berusaha menghalangi Rinjani, “Kalau kamu sampai mual-mual, aku tidak tanggung jawab ya!”

“Ayo, kita masuk ke dalam, Kanda! Aku penasaran dengan Kota Seribu Wajah ini!” ujar Rinjani.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini tidak ada penjaga sama sekali di depan jalan masuk Kota Seribu Wajah ini.

Situasi yang membuat Candaka sedikit penasaran, karena sebelumnya sulit sekali untuk memasuki Kota Seribu Wajah ini.

“Ada sesuatu yang terjadi di Kota Seribu Wajah ini, Adinda! Biasanya ada penjaga yang menyeleksi pelintas jalan yang hendak memasuki Kota Seribu Wajah!” ujar Candaka.

“Mungkin sekarang siapapun bebas memasuki Kota Seribu Wajah ini, Kanda ... jadi tidak ada penjagaan lagi!” kata Rinjani memberikan alasannya.

“Pasti ada sesuatu yang telah terjadi di kota ini!” 

Candaka tetap merasakan suatu kejadian hebat telah melanda Kota Seribu Wajah, bahkan mungkin juga Kota Tersembunyi di belakang kota ini, tempat Naga Jingga tinggal sebelumnya.

Candaka melintasi Kota Seribu Wajah yang masih berubah-rubah letak bangunannya, hanya saja bangunan yang tampak sekarang lebih megah daripada bangunan sebelumnya saat terakhir dia memasuki kota ini.

Rinjani tidak mengalami mual-mual seperti yang dikhawatirkan Candaka.

Bahkan Dewi Racun ini berjalan dengan riang gembira tanpa terganggu pusaran kosmis multidiemnsi ini.

"Aku akan ke Kota Tersembunyi di ujung Kota Seribu Wajah ini, Adinda Rin!" ucap candaka.

"Aku ikut!" sahut Rinjani.

"Itulah masalahnya! Ada perisai kubah cahaya yang melindungi Kota Tersembunyi, yang hanya bisa dilewati oleh Pendekar Naga, Naga, dan sosok yang mempunyai darah naga! Apabila yang lewat bukan mereka, maka akan habis  terbakar oleh perisai cahaya ini!" ujar Candaka.

"Aku tidak percaya!" kata Rinjani, "Kalau Kanda bisa masuk, berarti aku bisa masuk!"

"Untuk kali ini aku tidak mengijinkanmu masuk, Adinda!" tegas Candaka.

Rinjani tidak menjawab larangan Candaka, dan tetap mengikuti Candaka hingga sampai ke perisai kubah cahaya ini.

"Aku akan masuk ke dalam kota ini! Aku harap kamu menungguku di sini, Adinda! Aku tidak lama ... jangan coba-coba masuk!" tegas Candaka lagi.

*****

Candaka memasuki perisai kubah cahaya ini sambil melihat ke arah Rinjani, khawatir Dewi Racun ini nekad memasuki perisai kubah cahaya.

Tapi, Rinjani menuruti perintah Candaka sehingga hati Pendekar Naga Biru ini lega dibuatnya.

Candaka terus bergerak menuruni lerenguntuk menuju ke tempat kediaman Naga Jingga.

Tapi, tidak ada penghuni sama sekali di Kota Tersembunyi ini.

"Apa yang terjadi di kota ini, Kanda?"

Candaka terkejut setengah mati melihat Rinjani sudah berada di sampingnya.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bisa masuk ke Kota Tersembunyi ini?" tanya Candaka dengan rasa cemas, heran, dan penasaran.

"Bukannya tadi Kanda bilang kalau Naga dan sosok yang berdarah naga bisa memasuki perisai kubah cahaya Kota Tersembunyi ini?" tanya Rinjani.

"Jadi, kamu ini berdarah naga ... Adinda Rin?" tanya Candaka.

Rinjani tidak menjawab pertanyaan Candaka, yang semakin menambah kemisteriusan Dewi Racun ini.

"Kanda berhasil menemukan Naga Jingga ini atau tidak?" tanya Rinjani.

Candaka masih merasa penasaran dengan kemisteriusan Rinjani, tapi tetap saja dia bersabar hingga Rinjani yang akan menceritakannya sendiri.

tapi, dengan berhasilnya Rinjani melewati perisai cahaya dari Kota Tersembunyi berarti Rinjani adalah Naga, atau pendekar keturunan naga dari negeri tempat Dewi racun ini berasal.

"Naga Jingga tidak ada di rumahnya! Seperti sudah lama ditinggalkan oleh Naga Jingga. Aku juga tidak melihat penduduk Kota seribu Wajah di Kota Tersembunyi ini seperti sebelumnya!" kata Candaka dengan wajah yang agak bingung.

"Apa yang terjadi di Kota Tersembunyi ini ya, Kanda? Seandainya ada penduduk kota ini yang masih tetap tinggal setelah kejadian yang menimpa Kota Tersembunyi, tentu kita akan tahu penyebabnya!" ucap Rinjani.

"Seharusnya kota ini aman dari ancaman Iblis Naga Hitam, karena aku tidak pernah mendengar kalau Iblis Naga Hitam mengincar Kota Seribu Wajah ini!" ujar Candaka.

"Kalau bukan Iblis Naga Hitam, siapa yang membuat Kota Seribu wajah dan Kota Tersembunyi ini seperti kota mati yang sudah lama ditinggalkan penghuninya?" tanya Rinjani.

"Ada menduga telah muncul kekuatan naga baru yang ingin menghancurkan Sembilan Naga Sakti! Naga Jingga paling mudah ditemukan, karena dia menetap di Kota Tersembunyi. Berbeda dengan naga-naga lainnya yang tidak menetap di satu tempat yang sama dalam jangka waktu lama."

"Apa Iblis Naga Biru yang melakukan semua ini, Kanda? Apa Jayanti tega menyakiti hatimu?' tanya Rinjani.

"Apa mungkin Jayanti yang melakukan semua ini, Adinda? Kenapa dia mesti mendendam terhadapku dan Sembilan Naga Sakti? Bukan salahku kalau dia menjadi Iblis Naga Biru! Sampai sekarang, aku juga masih mencari tahu keberadaan Iblis Naga Biru! Tapi ... tidak ada yang tahu kemana Iblis Naga Biru ini pergi, bahkan Xian Ling juga tidak bisa memberitahuku tentang keberadaan Jayanti!"

Candaka menutup wajahnya dengan kedua belah tangannya, menyesali keeejadian yang enimpa Jayanti.

"Jangan khawatir, Kanda! Aku akan membantumu mencari Jayanti! Aku tahu, Kanda masih mencintainya! Biar Jayanti bisa bersama-sama kita di dalam istana Kerajaan Kamandaria seperti impiannya dahulu saat bersama Kanda!" ujar Rinjanji dengan bijaksana.

"Aku tidak menyangka kalau kamu begitu rendah hati dan penyayang, Adinda Rin! Semoga saja bukan Iblis Naga Biru pelakunya, yang membuat kekacauan ini!" 

"Aku juga berharap demikian, Kanda! Lebih baik kita lanjutkan perjalanan dahulu! Misteri di kota ini akan terungkap seiring waktu, Kanda!" saran Rinjani.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status