Luthfi akhirnya menarik paksa Anggun masuk ke dalam mobil. Dengan berat hati, ia pun meninggalkan kediaman Pras yang nampak tidak ada penghuni itu.
Anggun begitu syok. Dia tidak menyangka jika Nindya dan Pras membawa kabur Ghania. Ia pun khawatir jika Ghania ketakutan karena tidak terbiasa dengan kehadiran Nindya, sekalipun dialah ibu kandung Ghania.
Sesampainya di rumah, Anggun pun mengamuk pada asisten rumah tangganya yang sudah dia wanti untuk menjaga Ghania dengan baik.
"Mulai besok, kamu angkat kaki dari rumah saya. Besok saya kasih kamu ongkos dan gaji kamu. Kamu pulang saja, saya nggak mau melihat wajah kamu lagi!" bentak Anggun pada asistennya itu.
Asih hanya bisa menangis. Memohon belas kasihan sang majikan agar tidak memecatnya. Ia tahu kesalahannya, tapi pekerjaan ini sungguh ia butuhkan.
"Tolong, Bu. Jangan pecat saya. Saya minta maaf. Tapi, saya membutuh
Pras dalam sebuah dilema. Kini di depannya terbaring sahabat baiknya yang secara tidak langsung menjadi seperti ini karena ulahnya."Anggun, maafkan aku. Andai saja hari itu ...." batin Pras.Perdebatan dengan hatinya sendiri. Di satu sisi, Anggun adalah sahabatnya. Ia begitu menyayangi Ghania, anak kecil yang tidak berdosa dan tidak ingin lahir dari sebuah perselingkuhan.Namun, di sisi yang lain, menjadi tanggungjawabnya menjaga Nindya dan Sara yang kini sudah menjadi yatim piatu. Nindya begitu terpuruk saat kehilangan putri semata wayangnya dan saat semua terbuka, sebagai Ibu Nindya tidak rela jika Ghania lebih menyayangi Anggun daripada dirinya."Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?"Saat sedang berperang melawan dilemanya, ponsel Pras berbunyi. Terlihat di layar jika Nindya memanggil. Pras masih enggan mengangkat panggilan
Nindya yang sudah kehilangan anaknya untuk kedua kalinya pun mengikuti saran sang adik yang mengajaknya menyusul ke Jakarta. Pras dalam sebuah dilema. Kini di depannya terbaring sahabat baiknya yang secara tidak langsung menjadi seperti ini karena ulahnya."Anggun, maafkan aku. Andai saja hari itu ...." batin Pras.Perdebatan dengan hatinya sendiri. Di satu sisi, Anggun adalah sahabatnya. Ia begitu menyayangi Ghania, anak kecil yang tidak berdosa dan tidak ingin lahir dari sebuah perselingkuhan.Namun, di sisi yang lain, menjadi tanggungjawabnya menjaga Nindya dan Sara yang kini sudah menjadi yatim piatu. Nindya begitu terpuruk saat kehilangan putri semata wayangnya dan saat semua terbuka, sebagai Ibu Nindya tidak rela jika Ghania lebih menyayangi Anggun daripada dirinya."Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?"Saat sedang berperang melawan dilemanya, ponsel Pras berbunyi. Terlihat di layar jika Nindy
Nindya akhirnya mengalah. Demi kebahagiaan Ghania, ia rela melepas sang putri bersama Anggun. Nindya lebih tidak rela jika Ghania membencinya karena dipisahkan dari Anggun.Hari itu, Nindya memutuskan mengikuti saran Pras untuk menemui Anggun di rumahnya. Setelah kondisinya pulih, Anggun sudah diperbolehkan pulang."Mas, gimana kalau Ang—""Anggun marah? Tidak. Kamu tenang saja, Nin. Semua sudah Mas bicarakan dengan Anggun dan Luthfi. Anggun hanya ingin Ghania bahagia, sama seperti kamu yang ingin Ghania bahagia," pungkas Pras. Nindya pun mengangguk.Hati Nindya kini lebih yakin melangkah ke rumah Anggun. Malam itu, bersama Pras dan Sara, Nindya pergi menuju rumah Anggun.Jalanan malam itu cukup lengang. Seolah Allah memudahkan orang baik yang ingin berdamai dan mencari ketenangan hidup. Mobil Pras pun kini berada di dekat rumah Anggun. Nindya pun meminta Pras berhenti. Nindya ragu dan malu harus be
Kabar tentang kematian Clara, putri bungsu Reno dari Halimah sampai juga di telinga Reno yang masih harus menjalani hukumannya di dalam hotel prodeo.Anggun menghubungi seorang kerabatnya untuk membantu agar Reno bisa melihat pemakaman sang putri. Untuk yang terakhir kalinya, ia memeluk gadis mungilnya itu.Pagi itu, ditemani seorang kerabat, Luthfi dan Pras mendatangi Reno di penjara. Setelah melalui proses perdebatan alot, Reno akhirnya diijinkan pergi ke pemakaman Clara dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi."Terimakasih atas bantuannya, Pak," ucap Luthfi pada seorang aparat."Sama-sama."Ditemani 2 anggota, Reno masuk ke dalam mobil polisi mengikuti mobil Pras dan Luthfi yang langsung menuju pemakaman, karena Anggun dibantu beberapa kerabat sudah mempersiapkan semuanya.Sesampainya di pemakaman, Reno berjalan lemah. Tubuhnya seolah tak menapak. Ada begitu banyak penyesalan. Be
Flashback"Maafkan aku Syafa, mulai malam ini ku jatuhi kamu talak 1. Maafkan aku, aku tidak ingin dianggap anak yang durhaka sama Mamiku. Aku akan selalu menyayangi kamu.Jaga diri kamu dan anak-anak kita ya."Rangga pun melangkah pergi. Meninggalkan Syafa begitu saja di tengah derasnya hujan malam itu. Di sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumah sederhana yang diberikan Rangga."Mas, aku nggak mau bercerai, Mas. Mas Rangga ...." jerit rintihan Syafa pun tidak menghentikan langkah Rangga.Rangga pun berat. Hatinya begitu menyayangi Syafa, apalagi ia sedang mengandung buah cintanya. Namun, Rangga juga tidak punya pilihan lain.Di dalam mobilnya, Rangga menangis histeris. Ingin berontak, tapi ia juga tidak punya pilihan lain. Saat mengetahui Syafa masih mengejarnya, Rangga pun langsung menyalakan mobil dan membawa mobilnya dengan sangat laju, tanpa memperdulikan Syafa sedikitpun."Mas Rangga ..
"Aku mau sama Mami, bukan sama Tante!" teriak Ghania histeris.Sejak kepergian Anggun, Ghania memang lebih rewel. Ia merindukan sang Mami yang sudah merawatnya sejak kecil. Walau Ghania sudah mau dekat dengan Nindya, tapi ia tetap butuh Anggun."Ghania, kamu sama Mama Nindya dulu ya, Nak. Mami kan lagi ada pekerjaan di luar, belum bisa balik. Nanti kalau ...." Belum usai Luthfi membujuk anak angkat Anggun itu, Ghania sudah histeris lagi. "Mami aku Mami Anggun. Dia bukan Mamaku," bentak Ghania sambil menunjuk ke arah Nindya yang sudah terduduk lemah menahan tangisnya."Ghania sayang, kamu nggak boleh gitu. Dia ....""Nggak!""Aku mau sama Mami Anggun," pekik Ghania terisak.Tangis Nindya pun pecah. Mencoba ikhlas jika Ghania belum bisa menyayanginya, tapi hati kecilnya pun perih menerima semua kenyataan ini."Nin, kamu sabar ya. Semua butuh waktu. Jangan diambil hati kata-
Cynthia akhirnya terjebak dalam permainannya sendiri. Dengan kepintaran Anggun, ia berhasil meyakinkan Romi untuk kembali ke Jakarta dan menekan Cynthia serta membawanya kembali ke Malaysia."Kamu nggak mau ngaku juga, Cynthia? Oke, kalau gitu aku akan ...." Belum usai, Cynthia pun sudah memotongnya."Oke, oke. Aku akan jelaskan semuanya," sergah Cynthia dengan wajah panik.Cynthia pun terpaksa menceritakan semuanya. Ia tidak mau mengambil resiko jika harus bercerai dari Romi. Terlebih Romi kini sudah sukses membangun bisnisnya sendiri."Gila kamu, Cynthia!" hardik Romi begitu mengetahui rencana jahat istrinya dan Reno."Mas, dengarkan aku. Tolong kasih aku waktu menjelaskan semuanya. A-aku ....""Kamu pikir, setelah semua pengkhianatan kamu kali ini, aku bisa memaafkanmu?" pekik Romi yang terlanjur kecewa."Anggun, aku sudah jelaskan semuanya. Tolong bantu aku agar Romi tidak menceraik
Desi yang tidak terima ketika Cynthia menghardik Maminya pun langsung mengusir kakak iparnya itu di tengah malam, tanpa rasa kasihan."Des, aku minta maaf. Mami, maafkan aku ...." pinta Cynthia memelas."Pergi kamu dari sini. Mas, tolong usir dia. Aku enggak mau dia menyakiti Mami. Cepat pergi!" hardik Desi.Kedua orang tuanya bahkan tidak bisa mencegah Desi mengusir Cynthia. Romi akhirnya memesan taksi online untuk mengantarkan Cynthia pulang hingga Jakarta."Mas, kamu jahat!" pekik Cynthia terisak."Aku jahat? Kamu nggak sadar apa ya? Apa yang kamu lakukan padaku. Pada Mami, itu lebih kejam," hardik Romi.Cynthia pun dipaksa masuk oleh suaminya itu dan setelah Romi memberikan sejumlah uang, supir taksi itupun langsung meluncur meninggalkan kediaman orang tua Romi itu.Romi pun kembali masuk ke rumahnya dan menenangkan kedua orang tuanya dan sang adik."Mas, Mas. Lebih ba