Share

4. Kesalahan

Yestin Yale berjalan ke arah dimana istrinya, Isabella Tantran berada, di lihatnya wanita itu tengah berjemur di kursi santai.

Dia merasa kompleks.

Apakah dia melakukan kesalahan? 

Apakah dia melakukan terlalu banyak hal buruk sehingga di balas tuhan sedemikian rupa, padahal teman-temannya melakukan lebih banyak kesalahan darinya, tapi mengapa mereka tidak dibalas. Mereka masih hidup bahagia sepanjang hari.

Ada satu kebenaran yang tidak pernah dia ungkapkan pada Patriark Yale, Dia mengunakan obat-obatan untuk membuat Isabela Tantran tidur dengannya dan Dia juga mengancam Isabella untuk mendapatkan keinginannya, menikahinya. 

Bahkan jika kakeknya meminta Isabella Tantran untuk di jodoh dengannya melalui Tantran Tua, kakek Isabella, sudah di pastikan dia akan menerima penolakan ke tiga kalinya, jadi hanya dengan mengancamnya satu-satu pilihan yang terpikir olehnya.

Apakah Isabella membencinya? Itulah sebabnya dia tidak peduli padanya.

Apakah dia akan meninggalkannya suatu saat, ketika ancaman itu tidak lagi berpengaruh padanya.

Yestin Yale ingat hari itu, sepuluh tahun lalu, keesokkan hari setelah mereka menghabiskan malam untuk pertama kali.

Dia terbangun oleh gemersik kain. Dari atas sprei yang kusut dan ruangan yang penuh aroma cinta dia bisa melihat punggung wanita yang indah dipenuhi bekas gigitan cinta, pinggang yang ramping, bokong yang kencang dan rambut pirang panjang yang masih acak-acakan karena hasil semalam. Tubuhnya diciptakan tuhan bagai Aphrodite, penuh kenikmatan, kecantikan tak terhingga dan gairah. Dia belum pernah merasakan dan menemui wanita yang begitu menakjubkan.

"Selama pagi" Sapanya dengan senyum yang lebar dan kebahagiaan yang meluap-luap dari matanya.

Mendengar suaranya, Isabella Tantran menoleh ke belakang sambil mengatur pakaiannya. Mata cokelat tuanya dingin dan wajahnya tenang penuh ketidakpedulian.

"Ya" Jawabnya singkat. 

Dan Yestin Yale bisa merasakan dengan jelas perasaan jarak pembatas dari suaranya.

Dia tidak berharap mendapat respon dingin darinya, setelah semua yang terjadi kemarin.

Dia berpengalaman dengan banyak wanita, biasanya mereka memintanya bertanggungjawab atau menuntut kompensasi. 

Pada awalnya mereka menginginkan uang dan perhiasan, lalu lama kelamaan mereka akan menginginkan sesuatu yang lebih tidak sederhana darinya, mereka menginginkan cinta.

'Aku bercinta denganmu, perlakukan aku berbeda dari wanita lain, manjakan aku dan berikan aku cintamu'

Yestin Yale sangat menikmati permainan bermain api itu, tapi hatinya tidak akan pernah terjerat dengan wanita manapun. Dia bisa menghabiskan malam panas bercampur daging, keringat dan lidah terjerat, tapi dia tidak merasakan kasih sayang pada siapapun. 

Dia sangat apatis dan acuh tak acuh akan cinta dan kasih sayang yang ditawarkan diberikan sepenuh hati oleh wanita-wanita yang tidur dengannya.

Dan semuanya itu mungkin kekurangan bawaannya, dan juga pengaruh yang terakumulasi oleh lingkungan pertumbuhannya.

Dia benci wanita terjerat, tapi saat itu dia sangat berharap Isabella Tantran akan menatapnya penuh air mata, atau bahkan memarahi, memukuli, menyalahkan, dan memintanya bertanggungjawab.

"Tadi malam..."

Yestin Yale yang akan baru menjelaskan disela Isabella Tantran "Malam yang menyenangkan. Aku juga menikmatinya" Katanya sambil merapikan rambutnya dan menatap mata Yestin Yale dan melanjutkan "Terima kasih, lalu aku pergi sekarang" 

APA!

Yestin Yale membeku, memperhatikan Isabella Tantran selesai merapikan diri dan keluar dari kamar tidur dan untuk terakhir kalinya mengatakan "Selamat tinggal"

Yestin Yale melongo tidak percaya.

Siapa dia?

Dimana dia?

Untuk pertama kali dia menghadapi situasi seperti itu.

Isabella Tantran benar-benar pergi dengan bersih tanpa menoleh ke belakang, artinya jelas, mereka tidak ada hubungannya, semuanya bersih dan rapi.

Yestin Yale langsung bangkit dari tempat tidur, melihat dan mencari sekeliling. Mungkin Isabella Tantran mengunakan taktik sengaja meninggalkan sesuatu seperti anting, jam tangan dan sebagainya, sehingga mereka bisa bertemu lagi atau seperti beberapa wanita provokatif lainnya yang akan meninggalkan celana dalam, stoking atau barang-barang pribadi untuk mengingatkannya tentang malam panas mereka.

Tapi Isabella sama sekali tidak meninggalkan sedikit pun jejak miliknya, seolah apa yang terjadi semalam hanya mimpi. Seolah-olah semuanya tidak nyata.

Dia, Isabella Tantran, wanita yang menangis memohon, merengek dan meleleh di bawahnya, membuatnya gila, dan bersama menghabiskan malam penuh gairah pergi begitu saja, mengucapkan selamat tinggal tanpa keengganan. Pergi dengan bersih dan rapi, dan teliti menghapus semua jejaknya.

Hanya satu jawaban yang muncul di benaknya yang kacau balau dan berantakan, Isabella Tantran benar-benar tidak mempertimbangkan berhubungan dengannya.

Yestin Yale tertarik pada Isabella Tantran pada saat pertama kali mereka bertemu. Dia mengenalnya, mengejarnya, dan dia menyatakan perasaannya, dia ingin berhubungan dengannya, menjadi pacarnya tapi Isabella Tantran menolaknya tanpa basa basi.

"Apakah ini sebuah prank?" Tanyanya dan sebelum Yestin Yale bisa menjelaskan dia berkata lagi "Apakah kamu tengah bermain Trust or Dare dengan teman-temanmu? kalau begitu aku minta maaf, aku tidak bisa membantu" Lanjutnya dan pergi, hanya seperti dia menolaknya.

Dia melihat punggungnya menjauh, mengepalkan tangan dan berjanji pada dirinya akan membuat Isabella Tantran memohon untuk bersamanya.

Yestin Yale mencari keberadaannya, tapi Isabella Tantran menghilang keudara tipis seolah-olah dia telah ditelan bumi. Dia tidak diketahui identitasnya dan tidak diketahui keberadaannya. Baru setelah delapan bulan kemudian dia berpapasan dengan Isabella Tantran di basement gedung kantor utama Yale Grup. Dan dia mengetahui dirinya dan Isabella bekerja di gedung yang sama.

Dalam satu minggu mereka bertemu sebanyak tiga kali dan Isabella Tantran sama sekali tidak mengenalnya atau bahkan melirik ke arahnya dua kali, dan kejadian seperti itu terjadi selama satu bulan.

Dia menunggu Isabella menyadari kehadirannya, menunggu dia menoleh padanya dan terus menunggu dia menyapanya, bahkan jika hanya berupa senyum sopan maka dia akan merasa puas.

Yestin Yale selalu berfikir dia menarik dan di kejar-kejar banyak wanita, meski dia tiba-tiba jatuh miskin, dengan modal wajahnya, tidak akan kekurangan wanita yang akan rela menampungnya. 

Tapi setelah bertemu Isabella Tantran, Yestin Yale lebih sering menatap dirinya sangat lama di cermin, dia punya bahu yang lebar dan kokoh, pinggang yang kuat dan paha berotot yang memberikan kesan liar yang kuat.

Dia yakin tubuhnya selalu menarik perhatian wanita. Orang bilang dia seperti afrodisiak berjalan.

Dia juga sering menatap wajah di cermin, bukan dia narsis tapi di sana benar-benar ditampilkan wajah menawan, hidung tinggi, rahang tajam, perpaduan kumis dan jenggot tipis ditambah bola matanya biru cerahnya yang indah, menjadi alasan yang cukup bagi seorang wanita untuk memandangnya tidak berkedip. 

Dia yakin dia tetap tampan dengan outfit formal dan dua kali lebih gagah mengunakan pakaian santai. Dia agak bertanya-tanya berapa banyak kemungkinan Isabella Tantran untuk rabun?

Dia bahkan membersihkan wajahnya, karena takut Isabella tidak mengenalnya dengan kumis dan jenggot tipis.

Tapi mengapa Isabella Tantran masih tidak melihatnya?

Dia tidak tahan lagi. Perasaan terabaikan. Dia bisa melihatnya, tapi tak bisa mendapatkannya. 

Setelah menghadapi pergolakan perjuangan batin yang panjang, akhirnya dia rela merendahkan egonya dan menyakinkan dirinya berulang kali hanya untuk menyapa seorang wanita untuk pertama kali.

Setelah sapanya, Isabella Tantran hanya menatapnya sejenak "Maaf?" Tanyanya dengan datar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status