Share

Additional part Bagian 51

“Sayang, maafin aku ya.”

Berulang kali Rendra mengucapkan kalimat itu, aku memiliki rasa bersalah saat ini karena di luar ada istrinya. Dia malah menyusulku ke kamar. Di mana letak rasa pengertiannya dengan istrinya.

Aku mulai melepas tangannya yang ada di perutku. Risih sekali sudah lama kami tidak komunikasi tiba-tiba dia datang-datang langsung meluk.

“saya sudah maafin bapak. Bapak tunggu di luar ya. Saya mau ganti baju dulu.”

Aku tak menoleh ke arahnya. Rasanya ingin melihat reaksi wajahnya, tapi aku urungkan.

“Belum, kamu belum bisa memaafkan ku.” Katanya lagi.

Dia memang orang yang keras kepala.

“Sudah Pak, semua sudah berakhir. Saya sudah memaafkan bapak sejak dulu. Jadi jangan berfikir kalau saya belum bisa memaafkan bapak.” Kataku. Aku sengaja memanggilnya “bapak” karena itu lebih sopan daripada aku memanggil nama.

Tiba-tiba dengan paksa Rendra membalikkan badanku. Dia langsung memegang kedua pipiku. Tatapannya sangat tajam. Tatapan ini sama persis saat dia menyuruhku untuk bertahan dulu.

“Katakan kalau kamu sudah memaafkanku.” Katanya sangat tegas.

Dia langsung mencium bibirku paksa. Mataku seketika melotot takut kalau nanti Ratu datang dan memergoki kami. Karena ini gak wajah. gak seharusnya terjadi.

Seketika aku sadar kalau pintu kamarku sudah tertutup.

Rendra terus menciumku sangat rakus. Tangannya yang tadi di pipi sekarang sudah pindah di pinggangku. Aku bingung ingin membalas atau mendorongnya. Kesadaranku ingin mendorongnya tapi pikiranku bisa menerima ini, aku juga merindukan seperti ini. Rindu saat dia benar-benar manja denganku, tapi sekarang posisinya sudah berbeda.

Mulutku masih saja belum meresponya. Aku hanya diam, tapi belaian tangan Rendra semakin lama semakin liar. Tanganya sudah mulai masuk kemeja belakang. Tangan yang satu sudah meraba kemeja bagian depan mencari letak kancing bajuku.

Ini gak benar kalau dibiarkan, tapi aku tak mampu untuk menolaknya.

Lama kelamaan mulutku terbuka dan mendesar, karena perpuatan Rendra yang terus memancing nafsu ku.

“Aahhhh…” bodoh, kenapa bisa sampai mengeluarkan suara “Batinku.”

Ciuman REndra semakin rakus, mulutnya mulai mencecap dan mengabsen satu persatu gigiku. Ini hal pertama yang kami lakukan sampai seperti ini.

Tanpa sadar kancing bajuku sudah terbuka tiga, dan sudah memperlihatkan gundukanku yang sangat menonjol dan masih tertutup bra warna hitam. Tatapan Rendra langsung beralih ke dadaku, dia berusaha menahannya, tapi mustahil. Dia langsung memegang dan tangan yang di belakang langsung membuka kaitan braku.

Mataku lagi-lagi langsung membuka lebar. Rendra langsung mengambil kesempatan dan langsung mencumbuku lagi. Kali ini lebih penuh dengan amarah dan Hasrat.

Aku langsung mendorongnya disaat aku mulai kehabisan nafas.

“Pak, ini gak boleh terjadi. Di luar ada istri bapak.” Kataku sopan.

Tapi tangan Rendra masih memegang dua gundukan di dadakku.

“Calon istriku kamu.”

Itu kalimat yang dia ucapkan sebelum dia menjatuhkanku di tempat tidur. Posisinya langsung di atas ku. Dengan kancing yang terbuka dan bra yang sudah lepas kaitannya. Jika speerti ini aku speerti perempuan murahan. Tatapan Rendra langsung mengarah ke mataku. Tanganya mulai masuk ke bra dan mulai memainkan puncak putingku. Rasanya aneh. Ada glenyar yang baru aku rasakan pertama kali. Tiba-tiba di bawah sana berdenyut nyeri. Ini gila-benar-benar gila. Aku harus menghentikan semua ini.

“Ren, sudah ya.” Kataku parau.

Tapi Rendra tetap melakukan aktivitasnya. Hingga satu tanganya berhasil masuk ke dalam rok yang masih ku pakai. Tangannya masih terus masuk sampai menyelinap di dalam celana dalamku. Mungkin sudah basah, karena aku merasakan basah di bawah sana. Aku ingin menangis, tapi aku menikmati ini.

“Maaf jika ini berlebihan, tapi ini sengaja ku lakukan agar kita bisa bersama lagi.” Katanya.

Tangannya masih bermain di klirotisku, dan tangan yang satunya masih memegang putingku. Rasanya benar-benar luar biasa.

“Renn….” Desahku.

Dia langsung melihat ke mukaku, aku sudah gak punya malu lagi kali ini.

Saat ku ingin mendesah lagi, REndra cepat cepat membungkam mulutku dengan mulutnya. Di sela-sela ciumannya, dia membisikkan sesuatu.

“Panggil namaku Yang, dan jangan ditahan. Lepaskan apa yang ingin kamu keluarkan.” Katanya parau.

“Rennn… aku sudah gak kuat.” Kataku. Karena aku merasakan aka nada sesuatu yang meledak di bawah sana.

Rendra langsung mempercepat tempo dan memperdalam ciuman kami.. tiba-tiba ada sesuatu yang keluar yang meledak. Dan aku merasa puas dan senang. Ini apa Namanya? Kenapa aku baru pertama kali merasakan ini. Tubuhku seketika lemas.

Rendra langsung menarik tangannya dan memakaikan kembali kaitan braku. Tatapannya masih mengarak ke mataku.

“Aku pinjam kamar mandi.” Katanya.

Dia langsung berlari ke kamar mandi dan aku langsung ganti baju karena aku merasa sangat gerah. Ku naikan pendingin kamar ini. Aku gak tau apa yang Rendra lakukan di akmar mandi. Dan aku heran kenapa orang-orang yang diluar tidak mendobrak pintu kamarku.

Tubuhku yang tadinya Lelah selesai ujian, kali ini jadi tambah Lelah. Aku tidak menunggu Rendra keluar dari kamar mandi. Aku langsung merebahkan tubuhku dan tidur.

*****

Terbangun saat tubuhku sudah mulai lebih enteng dan lebih baik. kepalaku juga sudah tidak lagi pusing. Aku dikagetkan dengan lengan kekar yang melingkar di perutku. Aku tau kalau itu tangan Rendra, tapi kapan dia menyusulku tidur. Kenapa aku tidak menyadarinya saat dia ikut bergabung denganku. Pelan-pelan aku mengangkat tangannya, tapi bukannya menjauh tangannya malah semakin mempererat perutku. Dengan terpaksa aku membangunkannya.

“Pak, Pak Rendra bangun Pak.”

“Hemmm… saya bukan bapakmu.”

Dia langsung membuka mata dan membalikkan tubuhku. Tubuhku sangat ringan sekali jika disbanding dnegan tubuhnya.

“Banyak yang belum aku jelasin ke kamu. Kamu juga sepertinya salah paham.”

Aku tau di mana arah pembicaraan Rendra.

“Sudah lah Ren, lupakan kejadian siang tadi, anggap kita gak pernah ketemu dan gak terjadi apa-apa.”

Mukanya langsung menegang saat ku mengatakan kalimat itu.

“Aku akan tetap mengingat kejadian tadi. Itu hanya awal.” Katanya tegas.

Aku tiba-tiba menangis karena takut hal buruk akan menimpaku. Aku takut akan karma karena sudah bermain api dengan suami orang.

Rendra langsung merengkuh tubuhku. Meletakkan kepalaku di dadaku. Aku nangis langsung tersedu-sedu.

“Kali ini aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi.” Katanya.

“Aku bosen dengan semua janjimu.” Kataku dengan terbata-bata.

“Aku akan menjelaskan semuanya nanti setelah makan malam. tepat dengan Gadis, Danu, dan Ratu. Kamu jangan menghindar.” Katanya. Dia semakin mengeratkan pelukannya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan ada Gadis di sana. “Duh, maaf menganggu. Bapak dan Mayang mau pesan makan apa? Kami mau pesan makan online.” Kata Gadis.

“Ini gak seperti yang Lo lihat, Dis.” Kataku membela, karena aku gak mau Gadis ada pikiran yang aneh-aneh.

Dia hanya mengangguk sambil sneyum-senyum.

“Kalian mau pesan apa?” tanya Rendra.

“Kami mau pesan penyetan Pak.”

Tataapan Rendra beralih ke mataku “Sayang mau makan apa?” katanya lembut.

“Ngikut yang lain.” Jawabku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status