Pagi ini Rendra ke kost dengan membawa sarapan. Dia tidak mengabari dulu kalau mau ke sini. Yang pasti jelas aku tidak mengijinkan dia ke sini. Bisa bahaya kalau nanti bisa ketahuan. Aku harus bisa mencegah dia untuk tidak menghubungiku lagi sampai perceraian dia terjadi, jika Rendra dan Ratu jadi bercerai, kalau tidak ya bearti memang rezekiku selalu seperti ini, selalu diberi harapan tanpa ada kepastian.
Untuk mengantisipasi kejadian kemarin agar tidak terulang lagi, pagi ini aku menggunakan piyama celana Panjang dan atasan lengan pendek. Ini lebih aman daripada aku menggunakan celana pendek.
“Belum makan kan?” Tanyanya saat aku membuka pintu. Dia menenteng dua tas keresek. Aku yakin isinya bubur ayam.
“Belum. Yuk masuk.” Aku memberikan Rendra akses untuk jalan.
Kami sarapan dengan tenang, tidak ada pembicaraan khusus diantara kami. Aku sengaja ingin menikmati ini terlebih dahulu. Bisa dibilang kalau aku memang kurang tegas jika
Hampir azan maghrib aku sampai rumah. Perjalanan ini sangat Panjang, padahal Galang sudah lewat jalan tol. Karena ketika capek kami akan berhenti di rest area. Awalnya aku akan menggantikan Galang nyetir, tapi selalu ditolak dengan alasan “takut aku kecapekan”. Padahal sebenarnya gak masalha sih, karena aku sudah terbiasa nyetir sendiri, bahkan ketika balik ke Bandung pun besok aku akan bawa mobil sendiri.Memasuki gang aku sudah heran kenapa depan rumah banyak sekali mobil. Jika itu acara Rendra tidak mungkin akan serame itu. Karena dia sering mengadakan acara di luar daripada di rumah. Pelan-pelan Galang memajukan mobil.“Rame banget ada ap aitu May?” tanyanya.Aku sekilas noleh ke Galang “Gak tau juga, mungkin tetangga depan rumah ada acara.” Jawabku.Karena memang aku tidak tau ada acara apa, sejak kejadian Rendra datang ke Bandung dia tidak pernah menghubungiku lagi.Sampai depan rumah aku segera me
RendraEntah kenapa aku tidak bisa menerima pertunanganku dengan Ratu. Aku terlalu takut untuk kehilangan Mayang. Hingga aku berontak dengan pertunangan ini. Sampai aku nekat menguping pembicaraan Gadis dan Danu yang ingin main ke Bandung. Aku yakin kalau tujuan mereka ke Bandung itu pasti ketemu Mayang.Akhirnya aku ke Bandung bersama Gadis dan Danu. Mayang sempat kaget dengan kedatangan kami, terutama aku yang ikut dengan sahabatnya. Tiga hari di Bandung, aku bisa melepas rindu dengan Mayang, walau kami tidak jalan-jalan tapi setidaknya kami ngobrol banyak tentang hubungan kami. Akhirnya aku memutuskan untuk memertahankan Mayang dan akan membatalkan pernihakanku dengan Ratu. Hingga cincin yang pernah Mayang kembalikan, aku pakaikan kembali untuk bukti kalau aku benar-benar ingin memperjuangkannya.Aku yakin jika aku mampu membatalkan pernihakan yang kurang satu bulan ini. Jujur, aku tidak ikut campur dalam urusan pernikahan semua diurus dari p
RendraAku terus meremas dan memainkan puncaknya. Ini hal gila yang pernah ku lakukan. Bahkan ini pertama kali yang ku lakukan, itupun dengan Mayang. Yang jelas-jelas posisinya saat ini aku masih menjadi suami orang.Ini membuat aku gila, benar-benar gila. Mayang tidak menolak atau berusaha menghentikan semua ini. Aku yakin kalau dia sangat menikmati. Dan dari cara dia, aku juga yakin kalau ini yang bertama buat dia.Aku beralih mencium lehernya, leher ini yang sering kali membuatku tergila-gila. Lehernya yang jenjang dan putih seolah aku tak ingin melepaskan. Sampai kerah kaos yang dipakai Mayang melorot karena kaosnya yang model sabrina dan oversize.Aku terus menciumnya setiap inci. Jangan sampai ada yang terlewatkan. Ini benar-benar memabukkan. Ciumanku turun ke bahunya. Aku mulai meninggalkan tanda di sana. Awalnya Mayang biasa saja, tiba-tiba di mendesah.“Renn… Renn…”Shitt aku mengerang frustasi, kalau seper
MayangSesuai janjinya kemarin malam, sore ini Galang menjemputku untuk gowes keliling kota. Memang aku lama sekali tidak gowes. Apalagi selama aku di Bandung. Aku dimalaskan dengan alasan tugas kuliah, memang benar tugas kuliah banyak. Tapi jika menyempatkan waktu sebenarnya bisa saja terjadi. Apalagi Bandung sebenarnya nyaman kalau gowes sore. Keliling kota Bandung akan lebih asyik daripada keliling dengan sepeda motor.Agar Galang tidak menunggu lama, aku sudah siap di teras rumah. Sambil mengecek barang kali ada pesan penting. Ya walau aku tau, sebenarnya tak ada pesan penting yang ada pesan dari operator atau email masuk dari akun belanja orange.“Sudah siap?”Aku langsung berdiri, sengaja biar tidak ngobrol dulu. “Yuk. Biar nanti gak kemalaman pulangnya.”Baru saja keluar dari gerbang Clara keluar dari rumah Rendra diikuti Rendra di belakangnya. “Mbak Mayang
Kedatangan Rendra malam ini membuat aku kaget. Tiba-tiba dia bisa di depanku dan menyentuh tanganku. Sentuhan ini yang lama tidak ku rasakan. Rasanya masih sama. Bisa memberi kehangatan dan kenyamanan. "Kenapa? Ada yang sakit?" Mendengar kalimat itu, hatiku seperti teriris. Kenapa dia masih perhatian denganku sedangkan aku menyuruhnya untuk menjauh dariku. Cukup Ren, jangan buat aku seperti orang tak berdaya di depan mu. Aku hanya mampu menggeleng. Aku tak sanggup untuk mengeluarkan kalimat. Jangankan kalimat satu kata pun aku tak mampu menjawab. "Butuh sesuatu? Barang kali aku bisa membantu?" "Aku gak mau nanti ada yg lihat kamu di sini Ren, aku gak mau nanti orang mengira aku merusak rumah tanggamu." Satu kalimat yang ku ucapkan mampu membuat Rendra tak berkutik, bahkan Gadis langsung menoleh ke aku. Tapi memang benar. Ini gak benar. Rendra lamgsung melepas tanggannya yang awalnya masih mengelus-elus punggung tanganku.
Bagian 47Perhatian dari Rendra tidak pernah sirna semenjak kejadian beberapa minggu yang lalu saat aku pulang ke Jogja. Saat ini aku sudah di Bandung untuk menjalankan belajar semester dua. Awalnya yang niatku ingin membawa mobil untul mobilitas di Jogja di tentang habis-habisan oleh Rendra. Dia tidak mengijinkanku untuk membawa mobil karena dikhawatirkan aku akan sering main dari pada belajar menyeelesaikan tugas kuliah. Aku sempat menyakinkan dia kalau aku akan tetep mengerjakan tugas, tapi Rendra tidak percaya, dari dulu dia memang over protektif. Dia selalu melindungi seseorang yang membuat dia nyaman. Bahkan saat ke Bandung pun, Rendra yang mengantarku. Padahal jelas aku menolak karena perjalanan Panjang, tapi bukan Rendra Namanya kalau tidak bisa mengalah.Galang juga awalnya menawariku untuk bareng, tapi aku menolak dengan alasan baru berangkat dari Solo. Tapi memang beberapa hari sebelum masa liburan selesai aku sempat ke Solo. Padahal dari Solo aku pulang dul
Takk terasa sudah memasuki semester empat kuliahku saat ini. Saatnya aku memikirkan judul tesis. Selama kurang lebih satu tahun ini Rendra tiba-tiba menghilang. Kejadiannya seperti dulu. Jika dia ke Bandung pasti ketika pulang ke Jogja dia tidak lagi menghubungiku. Janjinya yang setiap bulan akan mengunjungiku ke Bandung pun tidak pernah dia tepati. Bahkan saat aku liburan semester dan pulang ke Jogja aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya. Rumahnya selalu kosong, mobil nya tidak ada, bahkan lampunya pun selalu mati. Memang aneh, aku bingung kenapa dia tiba-tiba bisa menghilang begitu saja. Aku juga heran kenapa dia suka sekali dengan menghilang.Kabar kelanjutan perceraiannya pun, aku tidak mendengarnya lagi. Aku tidak tau sampai mana, apa dia sudah resmi bercerai atau dia malah menjalin keluarga yang harmonis dengan Ratu.Bahkan ketika aku bertemu dengan Danu dan Gadis, mereka tidak pernah membahas tentang Rendra. Padahal dulu mereka yang antusi
Sampai mobil Galang aku tidak bisa memendam tangisku. Galang tidak melarangku untuk menangis. Dia tetap menungguku sampai tangisku reda baru dia menjalankan mobil.“Udah nangis nya?” tanyanya lembut.Aku gak tau terbuat dari apa hati Galang, dia sangat lembut dan baik kepadaku.Aku hanya mengangguk. Tak bisa berbicara satu kapa pun.“Kalau mau cerita boleh, tapi dari apa yang aku lihat tadi aku sudah tau jawabannya. Karena perjalanan ini lumayan jauh. Mending kamu tidur aja. Aku tau kamu capek.” Katanya.Benar yang dikatakan Galang, kalau aku sednag capek tidak hanya fisik tetapi juga batinku capek.Selama perjalanan pulang ke kost aku tidur, aku berharap ketika bangun, aku bisa melupakan kejadian yang aku lihat tadi. Tapi ternyata tidak, aku justru semakin kepikiran dengan kejadian tadi. Sampai di depan kost, aku langsung turun dan Galang langsung pamit pulang.Pikiranku sangat kacau saat ini. Ak