Farhan kembali melangkahkan kakinya masuk ke perguruan dengan gagah. Ia yang merasa seperti pemenang dalam sebuah pertandingan segera menghadap sang ayah jika ia sudah melakukan tugasnya. Walau apa yang sudah ia lakukan tidak sesuai perintah, ia puas membayangkan Zoe yang mati dalam hutan dimakan binatang buas.
“Lapor, ayah. Aku sudah menjalan tugas dengan memberikan hukuman pada Zoe ke tempat pengasingan.” Farhan memberikan laporan palsu pada sang ayah. Ia tidak mengatakan yang sebenarnnya jika Zoe dibuang ke hutan kematian.Farhan yang tahu bahayanya hutan kematian tak ingin jujur pada ayahnya. Pasti hal itu akan membuat sang Ayah marah, karena Farhan sadar jika sang ayah hanya memberikan hukuman pengasingan pada Zoe dan tidak sampai membuangnya.“Aku berterima kasih padamu. Kau memang yang bisa diandalkan,” ucap Anglo bangga dengan apa yang sudah dilakukan oleh Farhan tanpa tahu fakta sebenarnya perihal kondisi Zoe. Juga dengan kebohongan yang Farhan buat demi mengusir saingannya.Anglo tidak begitu peduli dengan Zoe tanpa mengetahui kenyataannya jika Zoe dibuang ke hutan kematian oleh Farhan setelah babak belur dan dipukuli oleh Farhan. Anglo yang terlalu mengunggulkan Farhan -anak kandungnya- daripada Zoe -anak angkat- yang tak memiliki kekuatan. Jelas mendapatkan perlakukan berbeda dari pemilik keguruan beladiri itu.“Ayah terlalu berlebihan memujiku,” ucap Farhan yang selalu bisa membuat hati ayahnya tenang dengan laporan dan tugasnya yang sudah ia selesaikan.Suasana di ruangan terlihat tenang seperti tidak perlu kekhawatiran karena hilangnya satu orang di sana. Sang ayah pun juga terlihat tenang tanpa tahu kebenarannya. Farhan berhasil membuat ayahnya yakin, jika Zoe tidak apa-apa.“Biar Zoe mendapatkan pelajaran selama di pengasingan. Aku harap jika sudah satu tahun nanti, dia bisa tahu kesalahannya dan berubah,” ucap Anglo yang tidak tahu jika Zoe dibuang ke hutan kematian dengan tubuh penuh luka.“Iya, ayah. Zoe memang sudah melakukan kesalahan besar,” imbuh Farhan yang seakan tidak puas dengan apa yang sudah ia lakukan. Ia masih saja menjelekkan Zoe di depan ayahnya. Tujuan Farhan sangat jelas untuk mendapatkan simpati dari sang ayah.“Ayah juga tidak menyangka, ia ingin menggunakan pusaka keluarga karena kekurangannya yang tidak memiliki mana,” ucap Anglo merasa ada yang janggal. Sayangnya, ia tidak ambil pusing dan hanya mempercayai cerita dari Farhan saja.“Mungkin ia ingin hebat, tapi tidak tahu caranya, ayah. Itu pantas ia dapatkan agar Zoe agar bisa introspeksi diri,” ucap Farhan penuh dengan harapan, yang sayangnya itu hanyalah bualan belaka. Ia mengatakan seperti itu agar sang ayah tak curiga, juga karena rasa tidak sukanya pada Zoe.“Iya, kau benar. Mulai sekarang, kau yang akan membantu ayah di perguruan ini.” Anglo jelas membutuhkan bantuan anaknya untuk mengurus perguruan.“Baik, ayah,” jawab Farhan senang karena ia mendapatkan kepercayaan sang ayah. Setelah ia berhasil menunjukan kemampuannya menangkap pencuri perguruan, kini ia berhasil menjadi orang yang paling dekat dengan Anglo. Meskipun, ia harus membuat sesuatu yang buruk pada Zoe. Tapi, ia akan mendapatkan hasil dari pengorbanan Zoe, serta rasa bencinya terhadap Zoe.Sayangnya, Anglo tidak tahu tindakan yang dilakukan Farhan dan terus memuji Farhan. Anglo menganggap Farhan mampu mengurus perguruan dan membantunya. Tanpa tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi.Di samping itu, Zoe yang masih terbaring lemas berusaha bangkit dan berjalan. Ia ingin mencari sumber air, rasa haus membuatnya benar-benar tersiksa. Dengan jalannya yang pincang dan tubuhnya yang terasa sakit ia berusaha mencari sumber air.Suasana yang sepi, tak ada orang yang terlihat, suara burung, dan binatang buas dari jauh terdengar. Zoe terus berjalan mencari tempat aman. Ia sadar jika dirinya berada di tempat yang menakutkan.Zoe sampai di sebuah danau segara menceburkan dirinya dan meminum air yang ada di sana. Semua luka yang berada di tubuhnya terasa perih. Salah satu hal yang membuatnya kesulitan untuk membersihkan diri. Ia tidak bisa bergantung pada siapapun, ia harus menyelesaikan semua itu sendiri.Setelah selesai membersihkan diri, ia merasa tubuhnya lebih baik dari sebelumnya. Ia bangkit dan segera berjalan mencari makanan di hutan. Ia tidak boleh mati kelaparan, apalagi harus jadi mangsa Binatang buaas.Zoe terus berjalan masuk kedalam hutan. Ia menemukan sedikit buah-buahan yang bisa mengganjal perutnya yang sakit dan kelaparan. Terlebih, kekebalan tubuhnya memang luar biasa membuat Zoe bisa bertahan dengan kondisi luka yang cukup parah. Ia tidak peduli dengan luka-luka yang berada di tubuhnya. Ia harus bertahan hidup.Zoe yang kenyang pun melanjutkan perjalanan. Zoe tak menyangka jika hutan itu benar-benar tak berpenghuni, padahal ia butuh tempat berteduh untuk istirahat. Pandangan Zoe ke sana ke mari mencari benda yang bisa ia guanakan unutk istirahat karena hari sudah malam.Tak menemukan apapun membuat Zoe frustasi. Ia benar-benar kesal atas apa yang sudah dilakukan oleh kakak tirinya -Farhan- sendiri membuat ia tak bisa melakukan apapun.“Akh! Kenapa semuanya tidak adil?” teriak Zoe membuat burung-burung langsung berterbangan. Hutan yang tadinya sepi jadi bergemuruh akibat suara teriakan Zoe yang frustasi.Tampa disadari, teriakan Zoe sudah membangunkan binatang buas yang ada di hutan itu. Zoe yang tidak tahu itu hanya pasrah merebahkan diri di tanah. Dari kejauhan, ia diincar seekor singa yang lapar.Auman singa terdengar sangat keras. Zoe sadar jika dirinya dalam bahaya. Ia segera bangkit dan menaiki pohon demi keselamatannya. “Aku kira tak ada siapapun. Ternyata ada hewan yang sedang mengincarku,” batin Zoe sambil mengawasi sekitar. Ia mencoba bertahan di atas pohon tanpa menimbulkan suara apapun. Seekor Singa berjalan mendekatinya, berputar-putar cukup lama di bawah pohon tempat Zoe berlindung. Suasana tegang membuat Zoe mencoba menahan napas. Ia mencoba menyamarkan keberadaannya sembari terus mengawasi pergerakan singa tersebut. Sayangnya ia tidak bisa turun sekarang. Siang itu masih terlihat wasdapa menunggu mangsa yang tiba-tiba saja hilang. Keberuntungan datang ketika singa menyadari ada mangsa lain. Sekumpulan kijang sedang asik memakan rumput, menarik perhatian sang sing, membuatnya meninggalkan pohon tempat Zoe bersembunyi.Zoe akhirnya turun dan tak bisa tinggal diam. Ia segera mencari tempat bermalam sambil terus berjalan tanpa arah. Tak sengaja ia menemukan sebuah
Satu fakta yang tidak pernah ia ketahui, jika kekuatannya selama ini tersegel. Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan. Ia juga ingin berlatih pedang dengan kakek tadi yang terlihat hebat. Bahkan kakek itu bisa menyimpan kekuatannya sendiri untuk bisa melihat pemilik pedang langit selanjutnya. Zoe yang masih terheran belum bisa memutuskan apapun. Ia menyimpan dan membuka pedang itu. Sepertinya pedang itu bisa menyesuaikan diri. Ia bahkan mudah disimpan dan tak melukainya meski tanpa sarung pedang. Zoe mulai membuka kitab pedang itu untuk berlatih sesuai pesan kakek tadi yang tidak sempat ia tanyakan namanya. “Aku bahkan belum menanyakan nama kakek itu. Dia terlihat hebat. Aku sampai bisa merasakan tenaga dalamnya yang besar. Aku juga merasa tubuhku semakin ringan sekarang,” ucap Zoe sambil membuka kitab dan mencoba membacanya. Setelah dibaca, ternyata kitab itu sangat mudah dipelajari. Zoe memulai mengayunkan pedang untuk berlatih. Ternyata pedang itu sangat ringan. Rasa saki
Strang! Strang! Strang! Suara senjata tajam saling beradu. Zoe datang ke gudang senjata bawah tanah untuk ikut bertanding. Ia menghampiri seseorang yang menentukan pertandingan itu. “Aku ingin ikut bertanding,” kata Zoe pada penjaga di sana. “Bertaruh atau bertanding?” tanya penjaga melihat Zoe yang baru datang, takutnya salah ucap. Bisa saja nyawanya akan melayang sia-sia. “Bertanding,” jawab Zoe yakin dengan kemampuannya pasti bisa. Ia yakin akan menang karena sudah berlatih. Jadi hanya ini kesempatannya untuk memang. “Baiklah. Dengan senjata atau tangan kosong?” tanya penjaga yang merasa tidak yakin dengan Zoe. Memang dari penampilannya tidak menunjukkan ia orang kuat atau memiliki tenaga dalam. “Senjata. Aku membawa pedang,” jawab Zoe dengan polosnya. Ia sendiri tak sadar persaingan di sana ketat. “Nama?” tanya Penjaga selanjutnya yang siap mencatat peserta yang akan bertanding. “Zoe,” jawabnya singkat sambil melihat orang-orang yang berdatangan. “Kau bisa ke sebelah sa
Keributan yang ditimbulkan oleh anak buah Bani, menyebar dengan cepat, hingga kabar itu sampai ke telinga Farhan. Nama Zoe yang semakin terkenal dengan kehebatannya, yang bahkan pemilik gudang senjata sampai mencarinya keseluruhan penjuru kota.“Kau dengar kabar jika Bani mencari Zoe,” kata Anglo yang mendengar kabar yang sedang santer dibicarakan orang, tentang seorang pendekar pedang yang sedang dicari Bani, karena tak mau mengambil hadiahnya setelah memenangkan pertandingan.Anglo yang tak ragu dengan kabar Zoe mencoba menanyakan itu pada Farhan, ia duduk bersama anaknya dan beberapa tetua. Apalagi Zoe hanya diasingkan dan bisa saja ia keluar dari pengasingan. Anglo tak pernah tahu apa yang sudah dilakukan Farhan selama ini, jika Zoe sudah di buang ke hutan kematian yang penuh misteri. “Iya Ayah, tapi itu jelas bukan Zoe kita,” jawab Farhan dengan yakin, belum genap satu tahun masa hukuman Zoe. Tidak mungkin ia bisa jadi pendekar, sekalipun Zoe bisa lolos dari kematian.Mendengar
Sungguh kesal perasaan Zoe saat ini, ia yang sudah berlatih keras tak dapat melakukan apa-apa saat di serang oleh Farhan. Kekuatan yang menghilang membuat ia sakit hati, apalagi hasil latihannya sia-sia karena ia tak bisa menghajar Farhan.“Ini menyebalkan. Bagaimana aku bisa memiliki tubuh selemah ini,” gerutu Zoe yang masih belum bisa dikatakan kuat padahal ia sudah mempelajari semua jurus pedang yang ada di kitab.Zoe yang terbaring dekat peti mati Kakek tua, ingat kejadian saat pedang langit memilihnya dan kitab pedang pemberian sang Kakek. Seakan semua tak berguna karena ia masih saja lemah, membuatnya kesal dengan semua keinginannya untuk jadi lebih hebat.“Wahai kakek hantu apakah kitab pedang yang kau berikan itu jurus lemah. Sialnya aku percaya begitu saja,” kesal Zoe yang tak bisa jadi pendekar hebat setelah mempelajari jurus pedang dari sang Kakek. Bahkan ia masih terkapar dan terbaring lemah tak berdaya.“Kau jangan mengumpat ku, padahal peti matiku saja masih ada disampin
Farhan yang kembali ke perguruan bersama empat orang pengawalnya, melaporkan apa yang sudah ia lihat pada sang Ayah. Dengan langkah gagah, Farhan berjalan menuju aula beladiri. Ia berjalan menghadap sang ayah, di hadapan para guru.Farhan memiliki cara tersendiri untuk bisa menarik perhatian. Dengan begitu semua orang akan segan dengannya.“Lapor, Ayah. Aku sudah menemukan Zoe.” Farhan membungkuk di hadapan sang Ayah, untuk memberikan laporan apa yang sudah ia lakukan tadi.“Benarkah dia yang dicari Bani?” tanya Anglo yang tak sabar mendengar kabar anak tirinya yang sedang dihukum di pengasingan.“Bukan, Ayah. Zoe tidak memiliki kekuatan sama sekali, dia masih tetap sama,” jawab Farhan penuh dengan keyakinan. Setelah ia puas menghajar Zoe, tentunya ia tak ragu jika Zoe itu benar tak punya kekuatan.“Sudah kuduga, lalu siapa yang sedang dicari Bani?” tanya Anglo yang penasaran dengan orang yang dicari oleh rivalnya itu. Selama ini keberadaan Bani dan gudang senjata sudah bukan lagi ra
Zoe yang sudah meninggalkan hutan kematian, baru sampai di gudang senjata. Ia bingung karena suasananya sangat berbeda. Terlihat disana sepi tak berpenghuni, bahkan tak ada satu orangpun yang lewat sana.“Kenapa sepi?” batin Zoe akhirnya pergi mencari tempat makan. Siang hari yang terik, ia tak bisa menemui siapapun di gudang senjata. Ia yang mulai berjalan menuju kedai makan. Akhirnya ia menemukan kedai makan yang ramai, segera saja ia duduk dan memesan makanan.Dari sebelah mejanya, ada segerombolan orang yang sedang makan sambil bercakap-cakap. Meski Suasana ramai dan bising. Tapi percakapan mereka terdengar jelas.“Sudah beberapa hari ini gudang senjata tutup,” ucap salah seorang dengan antusias semua warga setiap malam sering datang untuk menonton pertandingan atau berjudi di sana.“Iya, kau benar. Aku dengar pemilik gudang itu sedang mencari pendekar pedang yang kemarin baru saja menang,” sahut temannya yang ternyata juga sudah tahu kabar tentang pencarian pendekar pedang itu. Y
Zoe kaget dan langsung bersiaga, matanya tertuju pada sosok yang dia kenal, pedang yang masih berlumuran darah itu dipegang oleh penjaga gudang senjata. Walau sebentar bertemu Zoe tidak lupa dengan sosok itu. Sosok yang tidak asing, tapi tidak ia kenal.“Ada apa ini sebenarnya, kenapa dia tersenyum padaku seakan menemukan sesuatu,” batin Zoe langsung bersiaga. Walau ia tidak merasa terancam, tapi pembunuhan baru saja terjadi di hadapannya.Penjaga gudang senjata itu, tersenyum lagi pada Zoe sambil membawa mayat itu pergi dari hadapannya. Ia masih tak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.Plukk!Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Zoe, dengan cepat ia menarik tangan orang tersebut dan membantingnya. Tapi ternyata orang itu tidak lemah dan bisa menghindar. “Aku hampir saja mati,” ucap Bani yang berhasil menghindar. Ia tahu Zoe bukan orang sembarangan.“Aku hanya kaget. Karena kau datang dari belakang,” jawab Zoe melihat Bani sekarang ada di hadapannya.Kedatangan Bani