Seringai dingin melengkung di bibir Luis, sebelah lengan yang terlipat bertumpu di sisi pintu, menatap miring ke arah Alice.
“Coba katakan sekali lagi, telingaku sedikit tuli.”Mendengar perkataan itu, Alice menggeram dongkol, Luis memang definisi lelaki gila, sinting, dan tak tahu malu! Dan bisa-bisanya, ia bertahan terbodohi hingga detik ini.“Dengar Luis, dengar baik-baik. Buka telingamu, oke? Malam ini aku akan pergi!”“... dan satu hal yang perlu Kamu tahu, aku tidak menerima apa pun dari kakekmu. Kamu dengar itu?!” sambung wanita itu memekik berapi-api. Hatinya sangat kesal, selalu dituduh Luis mengincar harta keluarga Pietro.Huh, apa Alice tampak semurahan itu?“Jelas aku ingin cerai denganmu.”“... tapi, siapa kau berani meninggalkanku, dengan cara murahan seperti ini, hah?!” tanggap Luis tak kalah berteriak kencang, dengan rahang kokoh mengetat, merasakan seluruh tubuh atletisnya kian panas tak terkendali.Di detik itu juga Luis mencoba menggeleng kasar sembari mengerjap, meraih sisa kesadaran yang tersisa.Dan tiba-tiba kilasan ingatan mengenai salah satu penari di kelab malam yang memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Luis, setelah pertengkaran hebat dengan Davina memutar di ingatan begitu cepat.Sialan!“A-apa ma-maksudmu?” todong Alice tergagap takut, ia tak bisa menebak arti dari tatapan tajam Luis, “lalu apa yang kamu inginkan dariku, tidak bisakah kamu tidak mempersulitku?”Mata sembab Alice mendadak mendelik lebar, saat tubuhnya tak bisa bergerak dan tanpa sadar, telah berada dalam rengkuhan kuat Luis, lantas membawa paksa ke dalam kamar menjatuh di kasur.“Aakh! Luis, sadar!” Kepalan telapak tangan Alice terus bergerak memukul-mukul berani punggung lebar Luis, berharap tubuhnya segera dilepaskan, “dengan kita berpisah, kamu bisa menikahi kekasihmu.”“... aku juga ingin menikah dengan pria yang mencintaiku! Bukan aku yang terus mencintai hingga bodoh, dan bertahan selama tiga tahun di sini!” Alice terus-menerus memberang dengan emosi meluap-luap.Ingin sekali pernikahan ini segera berakhir, pun mengakhiri statusnya sebagai istri tanpa identitas dari seorang Luis.Luis lebih banyak tak pulang dan menginap di apartemen Davina. Alice mengetahui ini karena Davina terus mengirimi foto Luis dan wanita itu dalam keadaan polos, saling berpelukan di ranjang.Sudah cukup. Alice sungguh ingin menyudahi pernikahan bodoh ini. Semakin ia bertahan, hatinya pun kian remuk redam.Bukan menanggapi ocehan Alice, lelaki itu justru berteriak lantang dengan kalimat berbeda, “Sudah aku bilang, aku tidak mau memiliki anak!”“Anak?” gumam lirih bingung Alice. Bukankah ia tadi tak membahas tentang anak?Bibir bergetar Alice sudah akan bergerak terbuka untuk membalas perkataan Luis.Akan tetapi, sebuah nama yang keluar dari bibir merah Luis seketika menghantam kerapuhan hati Alice.“Devina. Kau dengar itu kan? Kau jangan jadi wanita yang memuakkan! Aku sangat benci.”“Da-Davina?” ulang lirih Alice.Wajah memerah panas Alice membeku. Ia seperti ditampar ribuan kali untuk segera sadar, jika memang tak ada tempat untuk dirinya di hati sang suami.Dan hanya akan ada nama Davina, Davina, dan Davina lagi.Bulir bening tanpa sadar kian meluncur deras dari sudut kelopak basah mata tanpa bisa dicegah.“Luis, kamu menganggapku sebagai Davina? Pantas saja, kamu mau menyentuhku, walau dalam keadaan mabuk,” gumam pilu Alice menatap sendu sorot mata resah sang suami, yang kian merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak sedikit pun.Sang CEO selama ini tak pernah ingin menyentuh Alice, kecuali ketika kedatangan Tuan Besar Pietro; dan itu semua juga karena skenario yang dibuat Luis.Meski Luis dalam keadaan mabuk, lelaki itu selalu bisa menyadari untuk menolak sentuhan Alice. Dan ini ... pertama kalinya mereka satu ranjang.Sungguh, ... Ini seperti sebuah mimpi.Alice tiba-tiba memekik saat rahang kecil wanita itu dicengkeram, lantas bibirnya dipagut rakus.Deru napas panas yang pekat dengan aroma alkohol menjadi satu dengan napas tercekat Alice.Serangan Luis begitu cepat. Alice sebagai wanita tak berpengalaman menjadi kelimpungan mengimbangi, ini terlalu mengejutkan untuk Alice yang tak pernah bersentuhan dengan seorang lelaki.Alhasil, ia hanya bisa meluruhkan cairan bening yang kian deras membasahi pipi, saat kendali tubuh Alice dikuasai oleh lelaki yang kini mengukungnya.Jemari kokoh Luis bergerak tak sabaran di depan pakaian Alice. Lelaki itu hendak menarik kasar, tetapi tangan Alice dengan cepat menahan. Wanita itu membawa paksa wajahnya ke sisi kiri, sehingga pagutan bibir Luis seketika terlepas.“Kau!” protes marah Luis.“Lu-Luis! Buka matamu, dan lihat siapa aku. Aku bukan Davina ... dan aku tahu, kamu akan segera sadar. Kamu tidak mungkin menginginkan tubuhku. Jadi, biarkan aku perg—”“Diam! Tugasmu sebagai istri melayaniku. Aku tidak peduli meskipun kau bukan Davina atau wanita lain. Kau harus melayani aku malam ini!” bentak cepat Luis tak ingin dibantah, membuat dada Alice kian sesak.Tatapan lelaki itu memerah penuh gairah, seakan mengatakan tak akan memberi kesempatan Alice untuk menghindar lagi.Dan benar saja, hanya dalam hitungan detik seluruh pakaian di tubuh Alice sudah dirampas kasar, lantas dibuang begitu saja di lantai kamar.Begitu pun dengan Luis. Lelaki itu juga telah tak sabar untuk melepas seluruh benang yang membalut tubuh bagian bawahnya, hingga mereka berdua kini telah sama-sama menikmati pemandangan yang tak pernah keduanya jumpai selama tiga tahun pernikahan ini.Alice tertegun, ia sejenak terpana dengan guratan tubuh gagah sang suami, tetapi ia dengan cepat mengerjap, kembali menghadirkan kenyataan pahit akan sikap Luis.Wanita cantik itu kembali meronta, ia tak pernah menginginkan penyatuan dengan cara seperti ini.“Ku-kumohon sadarlah, Luis. Kamu hanya sedang emosi dengan kekasihmu. Tolong jangan lampiaskan itu padaku,” mohon Alice dengan sangat di sela isak tangis yang tak bisa dihentikan.Tangan Alice reflek menyilang di depan dada. Dan hal itu semakin membuat amarah Luis membubung tinggi, berpikir jika Alice tak mengizinkan lelaki itu melihat lekuk tubuh Alice.“Terlambat! Sudah kubilang, kau harus melayani aku, Wanita Bodoh!”“... aku sudah tidak bisa lagi menahan. Tubuhmu sepertinya, sedikit ... lumayan.” Bola mata biru itu terus menamati tubuh indah Alice dengan cara yang berbeda.Dan apa yang dilakukan Luis, sukses membuat darah wanita yang berada di bawah kungkunganya berdesir.Apakah Alice juga ikut berhasrat?Tiga bulan berlalu.Rintik hujan yang semakin deras meninggalkan genangan di tanah luar rumah sakit, membuat Alice menggigit bibir bawahnya dengan kepala menunduk dalam.Meski bulan demi bulan telah berganti, tapi perasaan sedih masih memenuhi hati dan tak pernah bisa diobati dengan cara apa pun. Banyak orang kehilangan nyawa dalam peperangan antara keluarga Pietro dan Delano saat kematian Dokter Nelson.Dua marga itu terlalu besar dan kuat. Namun, bisnis kotor yang dijalani keluarga Delano selama beberapa dinasti menjadikan keluarga itu benar-benar lenyap setelah kalah dalam pertempuran berdarah dengan keluarga Pietro.Pihak kepolisian telah menangkap seluruh keluarga Delano, termasuk Tuan Hendrick dan Nyonya Hanni.“Alice ....” Kepala Alice terangkat. Ia menoleh pada pusat suara lemah yang memanggil namanya lirih. Di detik itu juga seutas garis lengkung terbentuk di bibir merah Alice, “bagaimana keadaan putra kita? Apa dia baik-baik saja?”Tubuh Alice berbalik sempurna. Ia m
“Luis!” Suara panggilan itu membuat sang pemilik nama dengan cepat menoleh. Wajah pucat Luis terpampang jelas saat ditatih oleh Frans ketika akan memasuki mobil. “Lepaskan aku!” “Luis, aku sudah menemukan Gerald!” Suara Alice begitu jelas masuk ke telinga dan hati Luis. Luis memberontak dan begitu saja lepas dari penjagaan Frans, lantas mencoba berlari ke arah sang pemilik suara. Namun, langkah lelaki itu seketika terhenti saat melihat siapa yang ada di belakang punggung Alice dan sang putra. “Alice, Gerald!” “Aghh!” jerit Alice tertahan. “Da-Daddyy!” Hugo mencekik leher Alice dengan sebuah lengan dari belakang, sedang Gerald dicekik oleh anak buah Hugo. “Brengsek, lepaskan mereka!” berang Luis dengan menatap penuh aura membunuh. Ia kembali menyeret kakinya untuk mendekati Hugo, dan berusaha mengembalikan kesadaran yang seharusnya sudah lenyap sejak tadi. “Lu-Luis ... jangan mendekat! Hugo menodongkan pistol ke arahmu dari balik punggungku!” kata Alice penuh peringatan di san
Karena jadwal makan tak teratur dan selama satu minggu Luis tak tidur mencari keberadaan Alice dan Gerald, pula melakukan penghancuran di mana-mana, membuat tubuh lelaki itu mendadak menjadi lemah saat ini. Luis merasakan kram yang begitu menyakitkan di perutnya ketika mendapat pukulan dari Tuan Hendrick.Keringat dingin Luis seketika mengucur deras memenuhi wajah. Ia benar-benar merasa sekujur tubuhnya kesakitan saat ini. Apa benar Luis akan dikalahkan hanya dengan beberapa pukulan saja?Terlihat Tuan Hendrick kembali berlari kencang, tanpa mempedulikan darah yang keluar dari luka tembak di kaki. Lelaki itu mengangkat kaki kanan ke depan, lantas memusatkan ke arah dada Luis. “Mati kau, Luis!”“... kupastikan kau tak akan lagi bisa bertemu dengan istri dan putramu!” pekik Tuan Hendrick penuh dendam.Namun, dengan cepat, tubuh Luis mengguling. Ia memaksa tubuhnya bergerak berdiri, lantas mengubah posisi menjadi di belakang punggung Tuan Hendrick kemudian mengayun lengan untuk
“Hendrick!” “Wow, putra Ken Pietro datang lagi ke kediaman keluarga Delano. Kali ini kau ingin menghancurkan apa lagi? Biar aku pribadi yang memberi bukti pada tetua keluarga Pietro, dan memperlihatkan siapa yang memulai peperangan,” tanggap Tuan Hendrick dengan suara mengejek.Lelaki yang lebih muda dari Tuan Hendrick itu memang selalu terlihat garang dan menakutkan, dengan rahang tinggi serta sorot mata tajam melurus mematikan bak busur panah diselimuti api yang diluncurkan pada sasaran target.Terlihat dengan jelas, jika Alice dan Gerald memang kelemahan paling fatal dari seorang Luis Pietro. Tapi, ternyata, kekuatan lelaki muda itu masih saja begitu kuat meski dia seperti kehilangan setengah sayap.Tuan Hendrick tak bisa lagi berpikir, bagaimana jika di samping Luis ada istri dan putranya? Sudah pasti Tuan Hendrick akan dengan mudah dimusnahkan oleh Luis. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Nelson harus segera menikahi Alice.“Kau membuat istriku sekarat. Dia sekarang seperti ma
Glock diturunkan perlahan, dengan tatapan dingin Luis melurus ke dada wanita di depannya, yang kini telah benar-benar tersungkur jatuh dengan dada berlumuran darah. “Katakan pada suamimu, dan juga putra doktermu itu, kalau dia tak akan bisa mengeluarkan peluru khususku yang sebentar lagi akan menghancurkan dadamu.” “A-APA?! I-INI TIDAK MUNGKIN. KA-KAMU SANGAT KEJAM, LUIS PIETRO!” *** Satu minggu berlalu. Keadaan bukan bertambah baik, kota Berlin justru sedang dilanda kekhawatiran. Para pebisnis mengalami kemunduran serta kekalahan telak atas kekejaman Luis, yang terus mendapatkan proyek besar serta mengalahkan para rival perusahaan raksasa. Termasuk mendapatkan tender besar yang tengah diperebutkan perusahaan di bawah naungan keluarga besar Delano. Tak hanya orang luar yang kelimpungan, tapi karyawan perusahaan induk dan para pelayan rumah Luis sudah kelelahan dengan sistem kerja gila Luis. Luis tak tidur dan tak makan teratur hanya demi mencari keberadaan Alice dan Gerald yang
“Gerald, ini Daddy! Gerald!” “... kau di mana, Gerald?” “GERALD!” Sejauh apa pun Luis bergerak menghancurkan seisi rumah tua terbengkalai ini dan berteriak sekencang apa pun, nyatanya sang putra kandung tak ada di mana pun. Para anak buah Tuan Hendrick sudah lebih dulu mengamankan Gerald dan Aline, setelah mendapat laporan jikalau salah satu anak buah yang diperintah memata-matai Luis telah ditangkap. “Gerald, ... Ini Daddy, kau ada di mana? Daddy, mohon jawab Daddy!” ulang Luis yang berteriak kian lemah, penuh nada kefrustrasian. Ia merasa tak berdaya sebagai seorang ayah, yang lagi dan lagi, harus gagal menyelamatkan darah dagingnya. “Tuan Luis, saya menemukan ini ... pensil elektrik milik Tuan Kecil!” Kepala tertunduk Luis langsung terangkat saat mendengar suara sang asisten pribadi, “sepertinya Tuan Kecil sengaja menjatuhkan pensil ini untuk memberitahu kita, kalau Tuan Kecil memang sempat disekap di tempat ini.” Frans berhenti tepat di depan Luis. Lelaki itu menyerahkan pe