Share

BAB 2

Pagi kemarin, Celin mendapatkan kabar kalau dia sudah diterima di Hotel tempat dia melamar. Tentu saja hal itu membuat Celin beserta keluarganya senang.

Saat ini Celin sedang bersiap-siap untuk menjalani hari pertamanya sebagai pegawai hotel.

Saat hendak keluar dari kamarnya, tiba-tiba handphone yang ada didalam tasnya berbunyi. Saat melihat nama yang ada dilayar handphonenya Celin merasa malas untuk mengangkat telepon itu, tetapi dia tetap menekan tombol hijau.

“Apa?” ketus Celin.

“Biasa aja dong!” jawab Kamila.

“Cepetan kamu mau ngomong apa Mil? Bentar lagi aku mau kerja soalnya!” gerutu Celin.

“Kamu udah keterima di hotel kemarin?” tanya Kamila, “Selamat yah, akhirnya kamu gak jadi pengangguran lagi!” ucap Kamila dia turut senang.

“Iya makasih Kamila! Cepetan kamu mau ngomong apa, aku gak mau telat cuma gara-gara nerima telepon dari kamu!”

“Tenang aja, aku cuma mau ngingetin kamu jangan sampe lupa dengan janji kita hari ini. Kamu bakalan ketemu sama cowok pilihan papah aku nanti sore jam 5, awas kalau lupa!”

Celin sangat terpaksa menerima ajakan Kamila karena hanya itu jalan satu-satunya agar dia bisa dengan cepat mendapatkan uang untuk membantu kedua orang tuanya.

“Iya bawel deh ah. Aku tutup dulu!”

Walaupun Kamila masih berbicara, Celin langsung menutup teleponnya. Bisa Celin pastikan kalau temannya itu menggerutu tidak jelas kepadanya.

Tetapi Celin tidak mempermasalahkan hal itu, hari pertama dia kerja tidak boleh ada masalah sedikit pun, dia harus menampilkan citra yang baik didepan para karyawan dan atasannya.

((((

Saat sudah sampai di hotel tempat Celin kerja, dia dan para karyawan baru mendapatkan beberapa pengarahan dari para atasan. Setelah itu mereka semua dibawa ke tempat masing-masing dan Celin ditempatkan di bagian lobby, karena dia memang melamar pada posisi tersebut.

Celin mendapatkan beberapa teman baru dan juga satu atasan yang memang berjaga disana. Walaupun atasannya itu memiliki wajah yang jutek tetapi pada saat berbicara dengannya Celin dapat merasakan kalau dia adalah orang yang baik.

“Bu, kata karyawan yang lain kalau hari ini anak dari CEO kita bakalan datang?” kata Vina.

Bu Rahma menganggukkan kepalanya, “Iya, dia bakalan jadi manager disini. Nanti kita juga bakalan ke aula buat nyambut dia!”

“Lalu yang jaga lobby siapa bu?” tanya Jihan. “Celin anak baru ikut juga gak bu?”

“Kita semuanya ikut, paling acaranya sebentar kok!”

“Bu, boleh saya izin ke toilet dulu?”

Bu Rahma menganggukkan kepalanya, “Silahkan, tapi jangan lama-lama acaranya akan dimulai bentar lagi!”

“Iya bu!”

Celin pergi ke toilet karena dia ingin membuang air kecil. Setelah dia selesai, Celin tidak sengaja melihat seseorang yang sedang mendorong seorang ibu-ibu yang ada di kursi roda menuju keluar hotel sambil bercanda tawa.

Ibu tersebut tampak pucat sekali, tapi dia tetap tertawa mendengar ucapan dari laki-laki itu.

Celin tersenyum melihat pemandangan itu. “Ternyata laki-laki yang tampan dan baik seperti itu masih ada di dunia ini!” gumam Celin.

Dia melihat ke jam tangan yang ada di pergelangan tangannya dan langsung buru-buru untuk menuju aula.

Celin dan teman-temannya pun kini sedang duduk di dalam aula. Sudah banyak karyawan lainnya yang sedang menunggu kedatangan anak dari pemilik hotel ini.

Lalu tak lama kemudian pintu aula yang awalnya tertutup itu pun terbuka. Hal itu membuat semua orang yang ada di dalam aula langsung berdiri.

Ada dua orang yang masuk ke dalam saru orang berjalan di depan dan yang satunya lagi berjalan di belakang. Dapat Celin tebak kalau dua orang itu adalah anak CEO dan asistennya.

Celin membulatkan matanya saat dia melihat orang yang berjalan di depan itu adalah laki-laki yang dia lihat dari sedang mendorong ibu-ibu, Celin sangat tidak menyangka kalau dia adalah anak CEO hotel ini.

Celin merasa kagum dengan lelaki yang mulai menaiki panggung yang ada di depannya tersebut.

“Selamat Siang semuanya, perkenalkan namanya Adimas Putra manajer baru di Hotel ini!”

Bahkan dari suaranya pun sangat nyaman masuk ke dalam telinga Celin.

“Ganteng banget!” gumam Celin yang terpana melihat Adimas.

Vina yang berada di samping Celin pun melirik pada Celin, “Sayangnya kita gak bisa milikin dia!”

“Kejauhan banget sih, aku gak mikir sampe situ. Tapi pak manajer baru itu emang ganteng banget!” walaupun begitu, Celin berharap bisa mendapatkan lelaki seperti yang dia lihat didepan.

((((

Setelah menyelesaikan pekerjaan barunya, Celin pun sudah pulang. Tapi karena dia memiliki janji dengan si kembar, Celin pun menemui mereka berdua di salah satu butik.

“Kamu lama banget sih Lin!” gerutu Kamila.

Celin yang baru saja duduk di sofa itu pun menatap Kamila dengan tatapan kesal. “Maklum aja namanya juga Jakarta, kalau karyawan pada pulang ya macet. Gak ngerti amat sih!”

“Udah-udah, ini bukan waktunya kita berantem. Waktu kita gak lama, ayok mulai!”

Mereka bertiga langsung memilih baju apa yang akan dipakai lebih tepatnya hanya Karmel dan Kamila yang sibuk memilihkan baju untuknya, sedangkan Celin hanya mengikuti kemauan mereka saja dan setelah memilih baju selesai, mereka berdua mulai mendandani Celin.

Belum apa-apa Celin sudah merasa capek, bagaimana tidak memilih baju sampai make up pun harus memakan waktu sampai berjam-jam sedangkan hal yang sering dia lakukan itu tidak pernah memakan waktu satu jam.

Kini Celin dan si kembar pun sudah berdiri di depan salah satu cafe yang di mana dia akan bertemu dengan lelaki yang menjadi pilihan papahnya Kamila tersebut.

“Harus natural, inget kata-kata aku dan jangan sampe gagal!” titah Kamila.

“Iya!” sejujurnya Celin sangat gugup sekali. Ini kali pertama dia melakukan hal seperti ini.

Celin pun masuk ke dalam cafe tersebut. Tidak ada orang di cafe itu karena laki-laki yang akan dijodohkan dengan Kamila tersebut telah memesan cafe ini. Laki-laki itu terlalu niat sekali untuk sebuah pertemuan dengan wanita yang sama sekali belum dia kenal.

Celin memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di dekat jendela dan melihat ke arah jalanan sambil menyemangati dirinya di dalam hati kalau dia bisa melakukannya dengan lancar agar kedua orang tuanya mendapatkan uang untuk melunasi hutang-hutangnya.

Karena terlalu fokus dengan pikirannya, Celin bahkan tidak menyadari kalau ada seorang lelaki yang sedang berdiri di depannya.

“Kamila Sanja?”

Celin yang sadar pun langsung mengalihkan pandangannya. “Iya saya Kamila San…….ja,”

Celin begitu terpaku saat melihat laki-laki yang ada didepannya itu, dia menarik kursi yang ada di depan Celin. “Saya Adimas Putra!”

“Mati aku!”

Celin sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di depannya sekarang adalah orang yang dia lihat di depan aula tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status