Share

Han Jiwon

Penulis: Soju Kimchizz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-28 09:37:29

Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul saat Lee Hana sudah melangkah cepat di trotoar menuju coffee shop tempat ia biasa bekerja paruh waktu. Udara pagi Seoul masih menusuk, tapi senyum di wajahnya tak bisa disembunyikan. Hari ini adalah hari pertamanya syuting sebagai figuran dalam drama saeguk—dan dunia terasa begitu hidup baginya.

Ketika pintu kaca coffee shop terbuka dan lonceng kecil di atasnya berdenting, aroma kopi yang hangat langsung menyambutnya. Di balik meja kasir, Jungwon, pemilik sekaligus sahabat lamanya, langsung menoleh dan mengangkat alis.

"Kamu datang juga," katanya sambil tersenyum kecil, mengenakan apron hitamnya. "Aku pikir kamu sudah naik kereta duluan."

Hana melangkah cepat ke belakang meja, memeriksa tasnya sekali lagi. "Aku cuma mau pamit dulu... dan ambil charger yang tertinggal semalam."

Tanpa banyak kata, Jungwon mengambil sebuah kotak makan dari bawah meja dan menyelipkannya ke dalam tas Hana dengan gerakan terbiasa. "Ini sandwich buat kamu. Makan di perjalanan. Jangan cuma mimpi jadi artis, tapi perut kosong."

Hana mengerucutkan bibir. "Kamu seperti ayahku saja."

"Ya, soalnya kamu juga nggak bisa jaga diri. Di Seoul ini kamu butuh seseorang buat gantiin ayahmu, bukan?"

Nada suara Jungwon ringan, tapi tatapan matanya mengandung perhatian yang tulus. Ia memang selalu seperti itu—tak banyak bicara manis, tapi tindakannya selalu lebih cepat dari kata-kata.

Hana menatapnya sebentar, lalu tersenyum penuh rasa terima kasih. "Maaf ya... selama beberapa hari ke depan aku nggak bisa datang kerja. Jadwal syutingnya katanya padat banget."

"Tenang, aku akan turun tangan langsung. Sekalian nostalgia masa-masa jadi barista," ujar Jungwon sambil menyengir, meskipun ada sedikit nada khawatir di ujung suaranya.

Ia lalu melirik ke luar jendela dan kembali menatap Hana. "Kamu yakin nggak mau bawa mobilku aja? Lokasi syuting jauh. Kalau capek, kamu bisa istirahat di dalam mobil."

Hana buru-buru menggeleng. "Itu mobil mahal, Jungwon. Aku bisa rusakinnya cuma dengan cara duduk!"

Jungwon tertawa kecil, tapi matanya tetap serius. "Hana, kamu berangkat kerja, bukan kabur dari rumah. Kamu boleh bermimpi tinggi, tapi tetap jaga dirimu juga."

"Aku akan tidur bareng kru kok, nggak usah khawatir. Aku udah biasa tidur di mana aja," balas Hana sambil merapikan tali tasnya.

Setelah saling diam sebentar, Jungwon hanya mengangguk pelan. "Kalau begitu, kirim kabar tiap malam. Jangan cuma update I*******m."

Hana tersenyum lebar, kemudian menjulurkan tangannya ke arah Jungwon. "Terima kasih, Appa Jungwon!"

"Eiiish..." Jungwon mendorong tangan Hana pelan sambil tertawa. "Cepat pergi, nanti kamu telat malah dimarahi sutradara."

Dengan langkah ringan dan hati yang membuncah, Hana pun meninggalkan coffee shop kecil itu. Kotak makan pemberian Jungwon terasa hangat di dalam tasnya—bukan karena sandwich-nya, tapi karena perhatian yang dibungkus dalam diam. Ia tidak tahu seperti apa dunia syuting nanti. Tapi satu hal pasti, ia tidak benar-benar sendiri.

Perjalanan menuju lokasi syuting memakan waktu hampir dua jam. Bus yang ditumpangi para figuran melaju menembus batas kota, meninggalkan keramaian Seoul dan memasuki kawasan perbukitan dengan udara yang jauh lebih segar. Dari balik jendela, Hana memandangi pepohonan yang mulai menggugurkan daun, seolah ikut menyambut musim baru dalam hidupnya.

Begitu bus berhenti, suasana langsung berubah hiruk-pikuk. Kru dan staf berlarian ke sana ke mari, membawa peralatan, kabel, dan kostum. Tenda-tenda sementara berdiri di pinggir set yang didesain menyerupai kompleks istana kerajaan. Hana turun dari bus sambil menenteng tas ranselnya, matanya membulat kagum saat melihat skala produksi yang luar biasa besar.

"Inilah... dunia nyata dari mimpi-mimpiku," bisiknya pelan.

"Hana, ke sini!" panggil Mina yang sudah lebih dulu turun.

Mereka segera diarahkan ke tenda khusus figuran oleh asisten sutradara yang sibuk membaca daftar nama. "Lee Hana! Kang Mina! Ganti kostum, kalian dayang istana. Setelah itu langsung ke titik kumpul untuk blocking!"

Tanpa menunggu lama, Hana dan Mina bergegas masuk ke tenda ganti. Di dalamnya, hanbok-hanbok tergantung rapi sesuai kategori peran. Kostum dayang yang dikenakan Hana berwarna lembut, dengan bordiran halus di lengan. Saat ia memakainya, ada perasaan aneh yang menyelinap—campuran antara gugup dan haru.

"Bagaimana? Cocok nggak aku jadi dayang?" tanya Hana sambil memutar badan ke arah Mina.

Mina tertawa pelan. "Kalau kamu punya reinkarnasi, mungkin dulunya kamu memang hidup di istana."

Hana ikut tertawa, tapi matanya berkaca-kaca. Ia menatap pantulan dirinya di cermin kecil di sudut tenda. Di balik hanbok itu, bukan hanya kostum—tapi bukti bahwa perlahan, ia sedang mendekati dunia yang dulu hanya bisa ia tonton dari layar televisi di rumah kecilnya di Jeju.

"Yah, meskipun cuma jadi figuran yang jalan mondar-mandir di belakang, tapi tetap saja rasanya luar biasa ya," kata Hana sambil menarik napas dalam-dalam.

"Percaya deh," ujar Mina sambil merapikan sanggul kecil di kepala Hana, "Semua aktor besar juga pernah berdiri di posisi kita dulu. Yang penting, jangan menyerah."

Dari kejauhan, terdengar suara asisten sutradara memanggil mereka untuk segera ke set. Saat keluar dari tenda, cahaya pagi menyapa wajah Hana yang kini tampak berbeda. Bukan hanya karena riasan ringan atau hanbok yang anggun, tapi karena semangat dalam dirinya yang menyala lebih terang dari sebelumnya.

Setelah beberapa kali pengambilan gambar untuk adegan istana, para figuran diminta untuk menunggu giliran berikutnya di sisi luar set. Matahari sudah meninggi, namun Hana masih berdiri tegak di posisinya, meski kakinya mulai pegal karena berdiri terlalu lama dengan sepatu tradisional.

Ia mengusap pelipisnya yang berkeringat pelan, saat tiba-tiba suasana di sekitar menjadi hening.

Beberapa kru mulai membenahi alat dengan cepat, make-up artist terlihat panik memperbaiki rambut aktor, dan asisten sutradara mulai mengangkat suara, memberi instruksi dengan ritme yang lebih cepat.

"Awas! Pemain utama datang!" bisik salah satu figuran dengan mata membelalak.

Hana menoleh ke arah jalur set yang terbuka. Sosok pria bertubuh tinggi dengan pakaian kerajaan lengkap berjalan perlahan di tengah para staf. Wajahnya teduh namun tajam, karismanya tak tertutupi meski hanya melangkah biasa. Kamera belum menyala, namun seolah semua mata sudah tertuju padanya.

Han Jiwon.

Aktor muda ternama. Wajah yang selama ini hanya dilihat Hana lewat layar ponsel dan klip promosi drama. Kini, pria itu benar-benar berjalan beberapa meter di depannya, mengenakan hanbok raja, membawa aura yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

"Gila... dia memang seperti pangeran beneran ya," gumam Mina dari samping, setengah kagum setengah pusing melihat semua figuran perempuan jadi salah tingkah.

Hana menelan ludah. Bukan karena terpesona, tapi karena merasakan kehadiran seseorang yang... benar-benar berbeda. Seolah waktu melambat selama beberapa detik saat mata Jiwon sekilas bertemu dengan matanya. Tatapan itu dingin, tenang, tanpa ekspresi—namun cukup untuk membuat jantung Hana berdetak tidak beraturan.

Namun, seperti halnya angin yang datang lalu pergi, Jiwon pun berlalu tanpa sepatah kata. Para kru kembali sibuk. Waktu pun kembali berjalan normal.

"Dia bahkan nggak senyum sedikit pun," ujar Mina sambil menghela napas. "Tapi entah kenapa, aku makin suka."

Hana masih diam, menatap punggung Jiwon yang semakin jauh menuju arah kamera utama. Ia tidak tahu kenapa matanya sulit lepas dari sosok itu.

Baru hari pertama syuting, dan dunia yang selama ini hanya ia impikan sudah menampakkan sebagian wajah nyatanya. Bukan hanya indah, tapi juga penuh ketegangan, tekanan, dan—entah kenapa—seseorang seperti Han Jiwon.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pacar Rahasia Sang Aktor   Syal

    Hari terakhir syuting untuk para figuran selalu menghadirkan perasaan campur aduk—antara lega dan enggan untuk mengucapkan selamat tinggal. Bagi Hana, ini bukan hanya akhir dari pekerjaan singkatnya sebagai figuran, tapi juga akhir dari kebersamaan singkatnya dengan dunia yang sempat membuat hatinya berdebar—terutama karena satu nama: Han Jiwon.Pagi itu, Hana bangun lebih awal dari biasanya. Ia melipat semua pakaiannya dengan rapi, menyusun perlengkapan make-up dan alat tulisnya ke dalam koper. Ketika membuka laci terakhir, matanya terhenti pada syal abu-abu yang semalam melingkar hangat di lehernya—hadiah dari Jiwon.Ia memandangi syal itu cukup lama, seolah sedang berdialog dalam hati. Ada perasaan ragu, malu, sekaligus hangat yang tak bisa diabaikan. Namun akhirnya, dengan senyum kecil, Hana memutuskan untuk memakainya. Ia melilitkannya perlahan di lehernya, merapikan ujungnya, lalu melihat pantulan dirinya di cermin. Tak banyak, tapi syal itu memberi semacam keberanian baru.Di l

  • Pacar Rahasia Sang Aktor   Ulang Tahun

    Syuting hari itu berakhir larut malam. Angin dingin menusuk masuk di sela-sela kostum tipis para figuran yang kini mulai berkemas, lelah dan menggigil. Namun di balik tenda kecil yang menjadi tempat berkumpul para figuran, ada suasana yang tak biasa—bukan hanya kelelahan, tapi sebuah getaran bahagia yang mencoba disembunyikan dalam keremangan cahaya.Hana, yang baru kembali dari toilet dengan rambut sedikit berantakan dan wajah letih, tertegun saat mendapati beberapa temannya berkerumun di sekitar meja kecil. Di atasnya, berdiri kue mungil dengan lilin yang menyala. Lampu tenda sengaja dipadamkan, menyisakan hanya cahaya lilin yang menari pelan, memberi warna hangat di tengah gelapnya malam.“Selamat ulang tahun, Hana!!” seru Mina riang, seperti meledakkan keheningan yang sedari tadi tertahan.Hana terdiam. Matanya membulat, lalu perlahan mulai berkaca-kaca.“Ini… buat aku?” tanyanya nyaris berbisik.“Tentu saja! Ayo tiup lilinnya! Kamu pasti bahagia banget hari ini karena pacar kamu

  • Pacar Rahasia Sang Aktor   Cemburu Buta

    Pagi itu, udara masih menggigit kulit. Lokasi syuting kembali ramai dengan aktivitas para kru, kamera, dan tawa lelah yang masih terdengar di sela kesibukan. Di sisi lain area, tim dokumentasi sudah bersiap untuk mengambil gambar behind the scene—bagian penting dari promosi yang akan disebarkan ke media sosial dan kanal resmi drama.Namun, satu hal yang mencolok adalah ketidakhadiran Han Jiwon di kamera belakang layar. Ia lebih sering menghabiskan waktu di dalam mobil van-nya, menjauh dari sorotan kamera yang bukan milik drama."Hyung... kamu tahu kan aku gak nyaman tampil di kamera saat nggak akting?" ucap Jiwon sambil menyenderkan kepala di jok belakang, menatap langit-langit van.Yoon Chan menutup pintu mobil dengan sedikit keras, napasnya terdengar berat. "Jiwon. Kamera behind the scene itu bagian dari promosi. Salah satu senjata utama untuk membangun fanbase dan menarik minat penonton!"Jiwon hanya menoleh tanpa menjawab."Lihat drama-drama lain! Pemeran utamanya akrab, seru, ban

  • Pacar Rahasia Sang Aktor   Food Truck

    Hembusan angin pagi membawa aroma embun dan tanah basah. Cuaca perlahan berubah, menandakan musim dingin yang mulai mengetuk. Para kru mulai mengenakan jaket tebal, dan para figuran terlihat saling menghangatkan tangan dengan kopi sachet yang dibagikan seadanya.Di tengah hiruk pikuk lokasi syuting yang kembali aktif, Han Jiwon berdiri tak jauh dari monitor sutradara. Matanya memandangi satu titik—bukan layar, bukan naskah, tapi sosok gadis di pojok tenda figuran yang tengah meniup nasi dingin dari kotak makanannya.Lee Hana.Ada sesuatu dari gadis itu yang membuat pikirannya tak bisa diam. Bukan karena dia cantik luar biasa atau berperilaku menonjol. Justru karena kesederhanaan dan sikapnya yang... tulus. Tidak menjilat. Tidak mencoba menarik perhatiannya. Justru itu yang membekas di benaknya sejak malam di belakang bangunan itu."Hana," bisiknya lirih, seolah nama itu begitu pas di lidahnya."Hyung," ucapnya kemudian pada Yoon Chan, yang tengah asyik menyeruput kopi panas."Hm?""Bi

  • Pacar Rahasia Sang Aktor   Berbahaya

    Udara malam mulai menggigit kulit, menyusup pelan ke balik jaket tipis Hana. Langit gelap pekat tanpa bintang, hanya diterangi lampu sorot sisa syuting yang masih menyala samar. Tenda-tenda kru dan pemain figuran kini sunyi, sebagian besar penghuninya sudah tertidur lelah setelah hari panjang yang melelahkan.Hana menggeliat di ranjang lipatnya yang sempit. Meski tubuhnya lelah, pikirannya terlalu penuh untuk bisa tidur. Ia memutuskan bangkit, mengenakan jaket dan menyelinap keluar. Mencari udara segar. Mencari ketenangan.Kakinya melangkah pelan, menyusuri lorong kayu set kerajaan yang kini kosong. Setiap langkah kakinya menimbulkan suara ringan yang terdengar jelas dalam kesunyian. Saat melewati bangunan utama yang digunakan untuk adegan kerajaan, ia menangkap samar-samar cahaya kecil dari balik dinding.Seketika langkahnya terhenti.Asap.Lalu suara napas yang berat.Hana melongok perlahan ke sisi bangunan, dan matanya membelalak pelan.Han Jiwon.Bersandar di tiang kayu, satu tang

  • Pacar Rahasia Sang Aktor   Han Jiwon

    Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul saat Lee Hana sudah melangkah cepat di trotoar menuju coffee shop tempat ia biasa bekerja paruh waktu. Udara pagi Seoul masih menusuk, tapi senyum di wajahnya tak bisa disembunyikan. Hari ini adalah hari pertamanya syuting sebagai figuran dalam drama saeguk—dan dunia terasa begitu hidup baginya.Ketika pintu kaca coffee shop terbuka dan lonceng kecil di atasnya berdenting, aroma kopi yang hangat langsung menyambutnya. Di balik meja kasir, Jungwon, pemilik sekaligus sahabat lamanya, langsung menoleh dan mengangkat alis."Kamu datang juga," katanya sambil tersenyum kecil, mengenakan apron hitamnya. "Aku pikir kamu sudah naik kereta duluan."Hana melangkah cepat ke belakang meja, memeriksa tasnya sekali lagi. "Aku cuma mau pamit dulu... dan ambil charger yang tertinggal semalam."Tanpa banyak kata, Jungwon mengambil sebuah kotak makan dari bawah meja dan menyelipkannya ke dalam tas Hana dengan gerakan terbiasa. "Ini sandwich buat kamu. Makan di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status