Home / Romansa / Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku / Bab 2~Hidupnya Semakin Rumit~

Share

Bab 2~Hidupnya Semakin Rumit~

Author: Giana
last update Last Updated: 2025-01-31 16:41:12

Ziandra berangkat ke kantor jauh lebih awal dari biasanya. Bukannya langsung masuk ke dalam, ia malah duduk di bagian lobi kantor untuk menunggu seseorang. Dan tepat 20 menit kemudian, sosok Elden langsung mencuri perhatiannya.

Ziandra berlari mendekati Elden dan memanggilnya terburu-buru. Tentu saja Elden merasa aneh dengan sikap Ziandra. Dirinya pikir kemarin Ziandra itu marah besar padanya dan tentu saja hubungan mereka bisa dikatakan berakhir, bukan?

Senyuman Elden terbit ketika Ziandra yang sudah berdiri di depannya langsung memegang lengannya. “Ada apa, Sayang? Tumben pagi-pagi sudah menungguiku,” ungkapnya membuat Ziandra langsung melepaskan pegangannya.

“Ada yang mau aku bicarakan denganmu. Dan biar kuperingatkan padamu satu hal, bahwa kita sudah putus jadi jangan memanggilku dengan sebutan sayang! Kau tidak amnesia soal semalam, ‘kan?” sinis Ziandra lalu menyuruh Elden agar mengikutinya.

Keduanya tiba di rooftop kantor yang sama sekali tidak ada orang selain mereka. Ziandra langsung berbalik untuk menatap Elden yang kebingungan dengan sikapnya. Setelah menumpulkan keberaniannya, Ziandra segera menjelaskan maksud tujuannya mengajak bicara Elden di sini.

“Aku mau dirimu kembalikan uangku! Kau meminjam banyak padaku, tapi sekalipun tak pernah kau kembalikan hingga sekarang.”

Elden menyipitkan mata, nada sinis keluar dari mulutnya. “Uang? Jadi kau memanggilku pagi-pagi hanya untuk menuntut uang? Bukankah kita sudah selesai? Kau sendiri yang bilang tadi, hubungan ini sudah berakhir.”

Ziandra berusaha mengontrol amarahnya dengan mengepalkan kedua tangan yang ada di sisi tubuhnya. “Iya, memang benar bahwa kita sudah putus. Tapi, bukan berarti kau jadi tidak membayar hutang padaku. Dan aku juga mau kau kembalikan uang tabungan untuk rencana pernikahan kita. Kau mengajakku menabung di akun bank yang sama, tapi kusadari kau sama sekali tidak ikut menyumbang satu sen pun. Karena sekarang hubungan kita sudah kandas, itu berarti uang tabungan itu harus kau kembalikan!”

Elden melihat arloji di tangannya sebentar, lalu memasukkan kedua tangannya ke saku celananya dan menatap Ziandra yang menunggu reaksinya.

“Kita bahas ini kapan-kapan saja! Aku terlambat menghadiri rapat di timku,” ujar Elden yang langsung berbalik badan untuk pergi dari rooftop.

Ziandra tentu tidak bodoh untuk membiarkan Elden bisa pergi begitu saja. Dengan cepat dirinya meraih bahu Elden agar berhenti melangkah.

“Jangan mengelak dari tanggung jawab!” tekan Ziandra membuat Elden langsung menyentak tangan Ziandra yang bertengger di bahunya.

Elden membentak marah sampai terlihat urat di lehernya. “Aku sudah bilang kalau terlambat rapat, bukannya mau kabur. Toh, kita ini ada di kantor yang sama.”

“Kalau begitu katakan padaku, kapan kau akan membayarnya!? Aku tidak mau kau selalu menunda dan berakhir aku dibohongi. Kau sudah berkhianat dariku dan sekarang kau berpikir untuk menilap uangku.”

Habis sudah kesabaran Elden menghadapi Ziandra yang terus merengek padanya. Tanpa berperasaan, ia menampar pipi Ziandra hingga wanita itu terhuyung jatuh. Terlihat gores kemerahan di pipi Ziandra karena tanpa sengaja Elden menampar dengan tangannya yang memakai arloji.

Elden sempat terkejut menyadari bahwa pipi Ziandra berdarah karena ulahnya, namun karena dirinya tak mau mengakui dan terlihat bersalah, ia memilih untuk abai.

Sambil jari telunjuk ia tudingkan pada Ziandra, dirinya berujar dengan nada tajam penuh penekanan. “Jika kau berani mengusikku, jangan salahkan aku kalau bertindak lebih kasar dari ini!”

Ziandra mendongak, menatap Elden dengan sorot mata penuh kebencian dan kecewa.

“Aku sangat membutuhkan uang itu, El. Nenekku di desa harus segera menjalani perawatan medis, jadi kumohon segera kembalikan uangku. Begini saja, kau boleh tidak membayar utangmu selama kita pacaran, anggap aku memberikannya dengan sepenuh hati itu sungguh tak masalah bagiku. Tapi, kau harus berikan uang tabunganku! Itu milikku dan hakku untuk mendapatkannya kembali.”

Tak peduli dengan rengekan memelas dari Ziandra, Elden dengan tak acuh malah melengos pergi meninggalkannya begitu saja.

Ziandra menyeka air matanya yang sempat bergulir. Ia sungguh tak menyangka bahwa pria yang dulu dicintai dan sangat diagung-agungkannya, nyatanya adalah pria brengsek yang begitu menjijikkan. Ketika butuh uang saja, barulah Elden akan bersikap sangat manis. Tapi sekarang? Ini berbanding jauh terbalik.

Ditinggal sendirian di rooftop, Ziandra kembali dibuat bingung. Ia tak tahu harus bagaimana dan di mana untuk bisa mendapatkan uang agar bisa dikirim ke desanya. Ia tak lagi bisa berharap pada Elden mengingat sifat mantannya itu yang kasar seperti tadi.

Dengan melangkah lemas menuruni rooftop, ia memutuskan untuk pinjam ke bank setelah pulang kerja. Ia harus cepat bertindak agar neneknya tidak terlalu lama menunggu. Biar nanti saja ia pikirkan cara untuk membayar cicilan ke bank.

Tapi saat turun, ia dibuat gelagapan karena semua karyawan terlihat tidak ada di meja kerja mereka. Sambil bertanya-tanya pada diri sendiri, Ziandra berusaha mencari ke ruang aula. Dan benar saja seperti tebakannya, semua karyawan sedang berada di sana semuanya.

Ziandra dengan pelan-pelan segera menyelinap di antara barisan paling belakang. Ia berbisik pada seseorang yang ada di sebelahnya. “Sudah sejak kapan berkumpul di aula?”

“Sekitar 30 menit yang lalu.”

Ziandra mengangguk mengerti lalu kembali bertanya lagi dengan suara berbisik, “Memangnya kenapa kita dikumpulkan di sini? Kemarin sepertinya tidak ada pengumuman apapun.”

Wanita yang ditanyai agak sedikit kesal karena Ziandra terus mengusiknya, sedangkan dia mau fokus mendengarkan seseorang yang sedang bicara serius di podium. Tak segera memberi jawaban, Ziandra malah menyenggol lengannya yang membuat ia oleng dan membentur karyawan lain yang ada di sebelahnya. Tentu saja itu membuat kasak-kusuk di barisan belakang yang membuat atensi pembicara di podium teralihkan.

“Ada apa ribut-ribut di barisan belakang? Tidak bisakah kalian tenang!?” tegur si pembicara dengan nada tegas.

Karyawan wanita itu menunduk takut, ia menyenggol Ziandra di sampingnya agar bicara. “Buruan katakan bahwa ini karena ulahmu! Kalau kau tidak berisik dan menyenggolku, takkan ada keributan.”

Ziandra dengan berat hati karena terus disudutkan oleh wanita itu akhirnya mengangkat tangan tinggi-tinggi.

“Maafkan saya.” Ziandra mengucapkannya dengan suara keras agar bisa didengar sampai ke depan.

“Baiklah, tapi jangan diulangi lagi. Oh ya, sambutan dariku sudah selesai. Kalian semua juga sudah kuperkenalkan dengan CEO yang baru. Kuharap, perusahaan bisa semakin maju dengan adanya pergantian posisi ini.”

Lega sekali hati Ziandra karena kesalahannya tidak dipermasalahkan dan berakhir damai. Ia pun sedikit melongok ke depan sambil memicingkan mata elangnya untuk bisa melihat seperti apa rupa CEO baru.

Seorang pria menaiki podium dan memberikan sedikit sambutan yang menurut Ziandra sangatlah kurang. Ziandra bisa langsung tahu bahwa CEO barunya itu adalah sosok misterius yang irit bicara.

Tapi, betapa kagetnya Ziandra ketika melihat wajah CEO itu meskipun agak sedikit kabur, ia bisa mengenalinya. Bagaimana ia bisa lupa kalau itu adalah wajah yang sama ... wajah pria yang tidur dengannya semalam.

“Astaga, aku pasti hanya mimpi.” Ziandra menggelengkan kepalanya berulang kali, berharap bahwa itu adalah orang yang berbeda.

Dan makin terkejut dirinya ketika CEO itu secara terang-terangnya menatap ke arahnya dan tersenyum tipis sambil berbicara dengan tenang. “Nama saya Anggara Dhanesswara.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 76~Senjata~

    Devan langsung menoleh cepat ke belakang, matanya menyipit tajam. Di sana, berdiri seorang wanita—dengan rambut yang sedikit berantakan dan wajah yang pucat karena terkejut. Dalam dekapan tangannya, seorang bocah laki-laki berusia sekitar dua tahunan menatap Devan dengan rasa penasaran, tidak mengerti ketegangan yang sedang berlangsung.Wanita itu tampak gugup, cengkeramannya pada bocah kecil di sisinya mengencang tanpa sadar. Bibirnya terbuka sedikit, seolah hendak mengatakan sesuatu, tapi yang keluar hanyalah napas tertahan. Ia buru-buru menggendong anak itu, menyembunyikan sebagian wajahnya ke dada.“De-Devan?” suaranya lirih, nyaris tenggelam oleh desir angin yang menyapu pekarangan sepi itu. “Bagaimana kau bisa di sini?”Devan melangkah pelan mendekatinya, penuh kehati-hatian seperti pemburu yang tak ingin buruannya kabur, namun dengan ekspresi smirk menakutkan di wajahnya.“Bagaimana kabarmu? Jadi, memang benar rumor waktu itu bahwa kau sedang mengandung ... lebih tepatnya menga

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 75~Menemukan Dia~

    Seminggu berlalu sejak pertemuan dengan Devan di Blackroom Cafe.Egraf duduk di dalam kamar kontrakannya yang sempit, hanya ditemani cahaya layar laptop dan tumpukan kaleng minuman energi di meja. Matanya merah, penuh urat tegang, tapi jemarinya masih lincah menari di atas keyboard.“Apa kau benar-benar tidak bercanda, Devan?” gumamnya bermonolog sendirian sambil menatap layar.Ia sudah menyusuri berbagai platform digital, tetapi sosok itu seperti menghilang tanpa jejak. Namun Egraf bukan sembarang pencari.Ia akhirnya menemukan satu celah. Sebuah akun media sosial yang tidak lagi aktif sejak dua tahun lalu. Nama pengguna berbeda, foto profil tidak menampakkan wajah, tapi pola penulisan dan lokasi unggahan cukup mencurigakan baginya. Egraf memperbesar metadata dari gambar itu.Ia menelusuri kembali pola pencarian berdasarkan IP log terakhir sebelum akun itu benar-benar menghilang dari radar. Butuh waktu berjam-jam hingga akhirnya ia menemukan satu titik terang. Namanya memang bukan na

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 74~Menjaga~

    Selesai menghabiskan kopinya, Ziandra pamit untuk pergi duluan. Ia tak bisa berlama-lama karena pekerjaan pasti sudah menumpuk di meja ķerjanya. Ia juga tak boleh lupa kalau Angga harus ditemaninya karena suaminya itu berada dalam kondisi kurang stabil.“Aku akan di sini sebentar lagi, setelah itu kembali ke mejaku. Kau duluan saja. Pokoknya terima kasih atas semuanya, sampaikan juga pada suamimu kalau aku berhutang budi padanya,” ujar Elden dengan senyum ringan.Ziandra mengangguk. “Aku kusampaikan.”Ziandra kemudian melangkah pergi meninggalkan pantry, dan beberapa saat setelah itu, Elden mengembuskan napas panjang. Ia meneguk sisa kopinya lalu bangkit dari duduk, hendak kembali ke mejanya.Namun baru beberapa langkah, ia berpapasan dengan seseorang di ambang pintu pantry. Keduanya bertubrukan ringan, dan gelas plastik kosong di tangan Elden hampir terjatuh.“Maaf, aku tidak melihat—” suara Elden terputus saat melihat wajah yang dikenalnya dengan baik.Liona.Wanita itu terperangah,

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 73~Kembali Berjalan~

    Pagi itu langit tampak mendung, seolah mencerminkan suasana hati Angga yang masih berkecamuk. Ia berdiri di depan cermin, mengenakan jas kerjanya dengan gerakan perlahan. Di belakangnya, Ziandra memerhatikan dalam diam, lalu merapikan dasi suaminya dengan sentuhan lembut.“Sudah siap?” tanyanya pelan, suara yang terdengar seperti bisikan penuh perhatian.Angga mengangguk singkat. “Belum sepenuhnya. Tapi, aku sadar bahwa tidak bisa terus-terusan di rumah sakit. Perusahaan juga membutuhkan aku.”Ziandra tersenyum kecil, lalu mengaitkan tangannya ke lengan sang suami. “Aku akan setia menemanimu. Kau tidak sendirian.”Dengan langkah berat tapi pasti, mereka berangkat ke kantor. Meski pikirannya masih tertuju pada kondisi sang ayah yang belum sadarkan diri, Angga berusaha keras untuk tetap fokus. Ia tahu, sebagai CEO, ada banyak hal yang harus ia jaga. Bukan hanya kelangsungan perusahaan, tetapi juga kepercayaan para pegawai yang mengandalkannya.Sesampainya di kantor, suasana terasa sedik

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 72~Pertolongan~

    Elden terdiam sebentar, lalu menjawab pelan. [“Ya, aku di rumah sakit itu. Bagaimana kau bisa tahu?”]Tanpa buang waktu Ziandra berdiri bangkit dari duduknya. “Kalau begitu, tunggu aku sebentar! Aku akan segera ke sana.”Ziandra menutup telepon dengan napas memburu. Matanya segera menoleh ke arah ruang ICU, memastikan Angga masih berada di dalam. Dari balik kaca bening, ia melihat pria itu berdiri tegak di samping ranjang ayahnya, tidak bergerak sedikit pun. Jelas sekali Angga belum menyadari apa pun selain fokusnya yang tertambat pada kondisi sang ayah.Tanpa berpikir panjang, Ziandra berbalik dan melangkah cepat menyusuri lorong. Detak langkahnya menggema, menandai betapa terburu-burunya ia menelusuri tiap sudut rumah sakit. Tidak butuh waktu lama hingga ia menemukan bangsal yang dimaksud Elden—tidak terlalu jauh dari ruang ICU. Hanya terpaut satu belokan kecil dan dua ruangan ke samping.Pandangan matanya langsung tertuju pada sosok pria yang duduk sendirian di bangku panjang, pung

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 71~Napas yang Tertahan~

    Devan terpaku. Matanya menatap langsung ke mata Angga, tetapi tidak ada jawaban keluar dari mulutnya. Hanya napasnya yang mulai memburu, seolah tubuhnya tahu bahwa ia tengah disudutkan meski pikirannya mencoba menyangkal. Keringat dingin mulai membasahi pelipis, dan tangan yang dikepal di sisi tubuhnya gemetar tak kentara.“Jawab aku, Devan,” suara Angga rendah namun mengandung tekanan kuat. ““A-Apa maksudmu?” tanyanya akhirnya, pelan namun terdengar jelas dalam keheningan lorong.Angga melangkah mendekat, satu langkah yang cukup untuk membuat Devan mundur setengah langkah secara refleks. Tatapan itu masih menusuk, dan bahunya yang tegap terlihat mengeras.“Jangan berpura-pura tidak tahu. Gelagatmu tadi pagi yang mengikutiku, sudah cukup jadi bukti jelas bahwa ada yang sedang kau sembunyikan.”“Aku tidak tahu,” jawab Devan akhirnya, perlahan namun mantap. “Aku hanya salah menduga targetnya.”Kening Angga mengernyit, seketika rasa penasarannya makin dalam. “Salah menduga target? Oh, b

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 70~Terlambat Menyadari~

    Rumah sakit dipenuhi aroma alkohol medis dan udara dingin yang terlalu kering. Angga berjalan cepat menyusuri lorong, menggenggam tangan Ziandra erat-erat seolah itu satu-satunya pegangan agar ia tidak jatuh. Begitu sampai di depan ruang operasi, matanya langsung menangkap dua sosok duduk di kursi tunggu.Vidia dan Devan. Keduanya nampak tegang, dengan mata sembab dan tubuh yang hampir membeku. Namun, yang paling membuat Angga tercekat bukan mereka, melainkan lampu merah menyala terang di atas pintu bertuliskan ‘OPERASI SEDANG BERLANGSUNG’.Angga berhenti mendadak. Pandangannya terpaku pada tulisan itu. Seakan dunia berhenti bergerak.Kakinya terasa lemas. Ia menghela napas pendek, tapi dadanya terasa berat.“Baru semalam ...,” gumamnya lirih, hampir tak terdengar, “Baru semalam kami bicara begitu santai. Baru semalam akhirnya aku bisa menganggap dia ayahku lagi setelah sekian lama semenjak dia berubah.”Tangannya mengepal, dan sebelum Ziandra sempat berkata apa pun, Angga mulai berja

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 69~Tenang di Sampingnya~

    Langkah Angga terdengar berat saat memasuki kantor. Pintu ruangan utamanya terbuka lebar, disambut tatapan penasaran beberapa karyawan yang sempat melihat ia masuk dengan wajah muram dan langkah cepat.“Kurang aja memang bocah itu!” gerutunya sambil melempar map ke atas meja kerja dengan kasar. “Menguntit, lalu membuat keributan di jalan. Apa dia pikir aku ini boneka yang bisa dipermainkan seenaknya?”Ziandra yang sedari tadi berjalan di belakang suaminya, memilih menutup pintu ruangan perlahan dan mengunci agar tidak ada yang masuk sembarangan. Ia mendekat, menatap Angga dengan hati-hati. “Tenanglah. Semua sudah selesai, kan?”Angga menghempaskan tubuhnya ke kursi, mengusap wajah dengan kedua tangan. “Tidak semudah itu, Zia. Dia terus saja memancing emosiku, dan aku yakin dia akan membuat masalah lagi.”Ziandra berjalan mendekat, lalu meletakkan tangannya di bahu Angga. “Aku tahu kau kesal. Tapi kalau terus marah begini, kau akan kehilangan fokus. Jangan biarkan Devan mengacaukan har

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 68~Beda Dengan Hati~

    “Aku dan Ziandra pamit pulang dulu, Ayah,” ucap Angga sopan.Pak Yuda mengangguk tenang. “Menginaplah sesekali jika kau tidak terlalu sibuk.”Angga hanya mengangguk membalasnya. Ia menggandeng tangan Ziandra lembut lalu keduanya masuk ke mobil.Vidia ikut melambaikan tangannya, mencoba terlihat ramah tapi ada senyum miring yang terukir samar di bibirnya. “Hati-hati di jalan.”Devan berdiri di sisi pintu, menyaksikan semua itu. Matanya bergantian menatap wajah ibunya dan langkah kepergian Angga. Jantungnya berdebar kencang. Tatapan ibunya saat mengucapkan kalimat itu membuat bulu kuduknya meremang. Ada sesuatu yang tidak beres. Ada sesuatu di balik senyuman tipis itu yang membuat hatinya semakin tidak tenang.Ia melihat mobil Angga melaju perlahan meninggalkan halaman rumah. Napasnya terasa berat.“Kenapa ekspresimu seperti itu?” tanya Vidia pelan, saat mereka kembali ke dalam rumah.Devan menoleh cepat. “Tidak apa-apa,” elaknya ketus.Devan pergi begitu saja masuk ke mobilnya sendiri,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status