Home / Romansa / Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku / Bab 1~Pelampiasan dari Luka Pengkhianatan~

Share

Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku
Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku
Author: Giana

Bab 1~Pelampiasan dari Luka Pengkhianatan~

Author: Giana
last update Huling Na-update: 2025-01-31 16:28:41

Ziandra duduk di sudut kafe favoritnya, menatap secangkir kopi yang hampir dingin. Suasana ramai di sekelilingnya seolah tak ada artinya. Ia awalnya sangat bersemangat ketika Elden mengajaknya untuk bertemu sehabis pulang kerja, tapi setelah menunggu satu jam lamanya Elden mengabari bahwa dirinya akan lembur malam ini, sehingga terpaksa untuk membatalkan janji temunya dengan Ziandra.

Ziandra tidak marah dan memutuskan tetap di kafe itu untuk beberapa saat kemudian. Tepat 15 menit, barulah Ziandra pergi dari kafe dengan lesu. Ia sangat menantikan pertemuannya dengan sang pacar yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi.

Elden selalu beralasan sedang sibuk sehingga tak ada waktu untuk mengabari apalagi sampai menyempatkan waktu untuk bertemu. Ziandra berusaha untuk mengerti kondisi Elden dan tak mengeluhkan hal itu. Padahal, mereka satu perusahaan dan hanya beda divisi saja, namun rasanya begitu sulit untuk berkomunikasi layaknya pasangan pada umumnya.

“Sebaiknya aku bawakan Elden makanan, dia pasti lapar. Sekalian agar aku bisa beralasan untuk bertemu dirinya,” kekeh Ziandra sambil menenteng kresek berisi makanan yang disukai Elden.

Dengan tersenyum senang ia masuk ke kantor yang sudah sepi dan langsung menuju ke meja kerja Elden, namun tak mendapati keberadaan pacarnya. Tak habis akal, Ziandra mencari Elden di ruang rapat. Pacarnya selalu bilang jika sedang lembur lebih suka berada di ruangan tertutup itu, jadi Ziandra berpikir dia pasti di sana.

Wajah berseri Ziandra berubah dalam sekejap. Senyuman yang awalnya timbul ketika dirinya bersiap mengejutkan Elden atas kedatangannya yang mendadak, langsung luntur.

“Ap—apa yang kalian berdua lakukan!?” ucap Ziandra tergagap dengan bulir air mata yang menetes membasahi pipinya.

Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan cepat berusaha mengusir pandangan matanya. Ia berharap apa yang dilihatnya hanyalah mimpi.

Elden langsung berdiri dan merapikan kemejanya yang kancingnya sudah terbuka hampir keseluruhan. Dengan panik dirinya mendekati Ziandra dan berusaha menutupi pandangan pacarnya itu agar tidak melihat penampilan wanita lain yang sedang terlentang di meja tempat ruangan rapat.

“Ini tidak seperti yang kau pikirkan! Aku dengan wanita itu hanya—,”

“Melakukan hal tak senonoh di kantor, kau bilang hanya? Aku tidak sebodoh itu untuk ditipu oleh omonganmu, El! Sekarang menjauh dariku! Kau membuatku jijik dengan apa yang sudah kau perbuat,” bentak Ziandra mendorong-dorong tubuh Elden agar menjauhinya.

Wanita yang sebelumnya ada di meja berjalan mendekati. Dengan tatapan merendahkan ke arah Ziandra, ia sengaja mengibaskan rambutnya ke wajah Ziandra dan berjalan melewatinya keluar ruangan. Tak ada kata maaf atau alasan apapun yang dia utarakan.

Pandangan Ziandra kembali pada Elden. “Jadi kau bermain gila dengan Liona?—Bagaimana bisa kau melakukan hal menjijikkan itu dengan musuh bebuyutanku, hah? Di mana otakmu!?” raungnya merasa sakit teramat sangat di hatinya.

Elden menggigit bibir bawahnya dengan resah, bingung menjelaskan situasinya agar membuat Ziandra mengerti. Tapi mau bagaimanapun dia beralasan, kenyataan bahwa dia adalah pria brengsek tentu saja tak merubahnya.

Ziandra menantikan Elden untuk memberikan kata-kata pembelaannya, namun pacarnya itu sama sekali tak berkutik. Di saat itu pula Ziandra makin sadar, betapa rendahnya pria yang begitu dicintainya ini.

Ia tak pernah menyangka bahwa rasa cintanya yang begitu besar pada Elden malah dibalas pengkhianatan olehnya. Dengan perasaan kecewa dan hati yang seperti tersayat-sayat, Ziandra memutuskan pergi. Bahkan saat seperti inipun, Elden tak berminat mengejarnya, membiarkan dirinya pergi tanpa secuil harapan apapun.

Tangis Ziandra pecah ketika dia berjalan seorang diri di trotoar. Keadaan malam yang makin pekat tak membuatnya takut. Ia terus berjalan hingga sampai di sebuah kelab malam di ujung jalan. Meski berada di tempat agak tersembunyi, kelab malam yang didatanginya cukup ramai pengunjung.

Ziandra mengusap kasar air mata di pipinya dan berjalan dengan langkah yakin untuk memasuki tempat laknat itu. Dia putuskan untuk meluapkan rasa marahnya dengan mabuk hari ini. Paling tidak, untuk sementara ia mau melupakan masalahnya.

Kelab malam itu penuh dengan hiruk-pikuk musik dan lampu berkelap-kelip. Ziandra melangkah masuk, merasa asing namun juga tertarik oleh atmosfer tempat yang belum pernah dikunjunginya itu. Agak gemetar dan bingung, ia berjalan menuju meja bar dan memesan minuman beralkohol tinggi.

“Apa yang terjadi padamu?” tanya seorang bartender dengan nada prihatin ketika menyadari bahwa Ziandra mulai kehilangan kendali.

Ziandra hanya menggelengkan kepala tanpa berkata apa-apa. Ia tidak ingin berbicara, tidak ingin menjelaskan, dan hanya ingin melupakan.

Beberapa jam berlalu, dan Ziandra mulai merasakan pusing teramat sangat. Kepalanya terasa mau pecah. Dirinya memutuskan untuk berhenti, dan setelah membayar minumannya ia mencoba meninggalkan kursinya. Langkah gontai, mata sayu, dan ia berulang kali menubruk tubuh orang-orang yang sedang sibuk berjoget, nyatanya tak meruntuhkan niatnya untuk segera pergi.

“Kau tidak bisa pulang sendiri dalam keadaan seperti ini. Biarkan aku membantumu,” kata seorang pria asing yang berdiri menghadangnya.

Ziandra yang kesadarannya makin melemah, tak mampu untuk menolak. Ia pun hanya bisa pasrah ketika tubuhnya dituntun begitu lembut oleh pria asing menuju ke sebuah hotel. Ziandra berulang kali berusaha mendapatkan kesadarannya, namun sia-sia semata.

“Kau butuh melampiaskan kesedihanmu, bukan? Biarkan aku mewujudkan hal itu untukmu.”

Ziandra menganggukkan kepalanya, memberi tanda bahwa pria asing itu bebas berbuat apapun padanya. Dirinya dengan sukarela menyerahkan keperawanannya untuk pria yang sama sekali tak dikenalnya. Ia harap setelah ini semua kesakitannya akan lenyap.

*****

Keesokan paginya, Ziandra bangun dengan rasa pengar akibat ulahnya yang semalam mabuk berat. Tapi, yang membuatnya terkejut bukan main adalah saat di sampingnya ada seorang pria yang sedang tidur membelakanginya.

Ziandra menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia panik dengan keadaan tubuhnya yang tak memakai sehelai kain pun. Ingatan samar kejadian semalam di mana ia bercinta dengan pria di sebelahnya itu membuat Ziandra tak mau percaya atas ulah gilanya sendiri.

Ziandra bergegas turun dari kasur dengan perlahan agar tidak membangunkan pria asing yang tampak nyaman tidurnya. Ia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai, memakainya dengan cepat, lalu pergi dengan rasa malu yang tak bisa ia hindari.

“Kau sungguh wanita gila, Ziandra. Gimana bisa kau tidur dengan sembarang pria hanya karena putus cinta? Aku tak habis pikir, di mana kau menaruh otakmu ini!?”

Di perjalanan pulang, Ziandra tak henti-hentinya merutuki kebodohannya. Sesampainya di kosnya, ia langsung masuk untuk mandi. Ia membasuh tubuhnya dengan sabun yang banyak dan air tak berhenti ia guyurkan.

Duduk di depan cermin dengan rambut yang masih basah, Ziandra menangis. Ia merasa sangat jijik dan marah pada dirinya sendiri. Ia menyesal sudah membiarkan tubuhnya dinodai oleh orang asing. Martabatnya seolah lenyap malam itu juga dan ia tak tahu bagaimana untuk menata hidupnya setelah ini.

Saat sedang merenungi kepahitannya, ponselnya berdering yang membuatnya terpaksa mengangkat. Satu kabar dari keluarganya di desa membuat pukulan menyakitkan kembali menyerang ulu hatinya.

“Akan kuusahakan untuk mendapatkan uangnya. Nenek akan baik-baik saja di sana, percaya padaku. Baiklah, secepatnya akan kukirimkan uangnya.” Ziandra bahkan tak yakin dengan janji yang baru saja ia katakan ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 83~Sunyi di Antara Kita~

    Langit mulai cerah sepenuhnya ketika Ziandra dan Angga melangkah keluar dari gedung rumah sakit. Angin pagi yang lembut menyapu wajah mereka, membawa aroma segar yang sedikit mengusir sisa ketegangan yang masih menggantung.Ziandra berjalan setengah ragu di samping Angga. Tatapan Vidia tadi, kata-katanya yang menusuk, dan tuduhan tanpa dasar itu masih bergema samar di pikirannya. Tapi genggaman tangan Angga yang hangat di pergelangan tangannya menjadi pengingat bahwa dia tidak sendirian.“Kenapa menunduk terus?” tanya Angga pelan, membuka pintu mobil untuknya. “Kalau terus begini, orang-orang bisa salah paham. Dikira suamimu galak.”Ziandra tersenyum tipis, kemudian menghela napas sebelum masuk ke dalam mobil. “Aku hanya merasa sedikit tegang karena tadi.”Angga menutup pintu lalu masuk ke kursi kemudi. Setelah menyalakan mesin, ia menoleh dan menatap Ziandra dengan lembut.“Aku tahu tadi mudah. Tapi kau ku

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 82~Rencana Buruk~

    Suara deru kendaraan di jalan utama perlahan menghilang ketika langkah Belvina memasuki gang sempit yang dipenuhi jemuran kusam dan bau menyengat dari selokan terbuka. Devan mengikutinya dari belakang dengan tatapan tajam, wajahnya kaku tak menunjukkan belas kasihan sedikit pun.Perempuan itu menunduk, mengeratkan jaketnya sambil menahan gemetar. Tak menyangka Devan akan sangat mudah dan secepat ini—hanya dalam beberapa jam—menemukannya. Padahal ia sudah berusaha sembunyi di tempat terpencil seperti ini.“Jangan macam-macam lagi, Belvina. Sekali lagi kau coba kabur, kau akan tahu akibatnya,” gumam Devan, suaranya dingin seperti kabut pagi yang menusuk tulang.Belvina tidak menjawab. Langkahnya terhenti di depan sebuah bangunan reyot, cat temboknya mengelupas dan pintunya terbuat dari tripleks tipis. Ia mengetuk perlahan sebelum menarik napas panjang, lalu membukanya sendiri.Ia menemukan rumah kosong tak berpenghuni itu saat dalam

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 81~Ketenangan~

    Ziandra menghela napas panjang, seolah baru bisa benar-benar bernapas setelah sekian lama menahan cemas. Ia menatap layar ponselnya yang masih menampilkan nama Jenna di sana, lalu mengetik balasan singkat dengan jari gemetar.[Terima kasih, Jen. Aku benar-benar lega.]Setelah pesan terkirim, ia memejamkan mata sesaat, membiarkan beban di dadanya mengendap perlahan. Angga tidak marah. Ia tidak langsung meledak dan datang menuduh. Semua karena bantuan Jenna, sahabatnya.“Ehm,” suara lembut terdengar di sampingnya. Ziandra membuka mata dan menoleh. Elden yang sedari tadi duduk agak jauh kini menggeser duduknya, mendekat, namun masih dengan jarak yang sopan.“Apa Angga sudah lihat fotonya?” tanya Elden perlahan, seolah tak ingin mengganggu ketenangan yang baru di peroleh.Ziandra mengangguk, lalu tersenyum kecil. “Sudah. Tapi untungnya Jenna berhasil menenangkannya. Ia menjelaskan semuanya dan membuat Angga berpikir lebih

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 80~Ujung Fitnah~

    Vidia menatap layar ponselnya sambil menahan senyum tipis. Foto yang baru saja ia ambil kini telah terkirim ke Angga, disertai pesan singkat yang mampu mengobarkan bara kecurigaan.[Istrimu nampaknya sangat nyaman ditemani pria lain, bahkan saat ayahmu sedang berjuang antara hidup dan mati.]Ziandra sontak merampas ponsel dari tangan Vidia, namun terlambat. Pesan sudah terkirim. Wajahnya seketika pucat, panik, dan dadanya bergemuruh.“Apa yang Mama lakukan?!” bentaknya dengan suara tercekat.Vidia menatap menantunya dengan sorot puas. “Aku hanya menunjukkan siapa dirimu sebenarnya. Angga berhak tahu.”“Foto itu bisa disalahartikan! Elden hanya membantu! Dia ke sini karena mendengar aku butuh bantuan!” suara Ziandra meninggi, hampir putus asa.“Ah, jadi kau memang menyembunyikan sesuatu darinya?” sindir Vidia lagi, langkahnya sedikit maju, seolah tak puas sebelum menusuk lebih dalam.

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 79~Harus Dapat~

    Suara deru mesin mobil Devan mendominasi pagi yang masih lengang. Jari-jarinya menggenggam kemudi erat, matanya menelusuri jalanan seperti pemburu mengintai mangsanya. Ia yakin Belvina belum jauh. Wanita itu tidak punya banyak pilihan. Ia bukan tipe perencana yang matang, hanya mengandalkan naluri bertahan hidup yang impulsif.Devan mengaktifkan sambungan di ponselnya. “Egraf, aku butuh bantuanmu.”[“Hari ini aku off. Sedang bermalas-malasan sambil tiduran. Besok saja.”] “Aku akan bayar tiga kali lipat dari harga biasa, kalau bisa temukan Belvina dalam waktu tiga jam,” potong Devan cepat.Hening sejenak.[“Tiga kali lipat? Oke, kirim lokasimu sekarang. Aku akan langsung akses daerah itu.”] suara Egraf terdengar lebih terjaga sekarang.Devan mengirim koordinat GPS-nya tanpa banyak bicara. Di sisi lain tempat, Egraf yang masih dalam balutan hoodie dan kopi setengah dingin di me

  • Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku   Bab 78~Bukan Prioritas~

    Suara alarm dari ruang ICU akhirnya mereda. Para dokter dan perawat perlahan keluar dengan wajah letih, namun lebih tenang dibanding sebelumnya.Ziandra berdiri, menahan napas, ketika seorang dokter menghampiri mereka.“Pasien berhasil melewati masa kritis. Namun, ia kembali koma dan untuk sementara harus menjalani pengamatan intensif selama 24 jam ke depan. Kami tidak bisa memberikan prediksi apa pun sekarang. Yang bisa kami lakukan adalah menstabilkan semua fungsinya dan terus memantau dengan seksama,” katanya tenang tapi tegas.Angga menggangguk pelan, wajahnya masih tegang namun mulai luluh. “Terima kasih, Dok.”Setelah dokter pergi, Angga mendudukkan dirinya di bangku lorong, kepalanya tertunduk, sementara Ziandra duduk di sampingnya, menatapnya penuh empati. Ia tak bicara, hanya menyentuh tangan suaminya pelan, menjadi satu-satunya sumber kehangatan di malam yang dingin itu.*****Di tempat lain, Vidia duduk di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status