Hai semuanya! Maaf, ya, jadwal upload mengalami ketidakteraturan. Mudah-mudahan Selasa sudah bisa update 3-5 bab lagi. Terima kasih untuk kalian yang masih terus menantikan ceritanya! Sayang kalian banyak-banyak!!
Rencana awal, Zayden ingin menemui Serena hanya saja setelah beberapa saat memikirkan hal ini, Zayden menarik kesimpulan untuk menghubungi Anton langsung. Dia percaya bahwa Asistennya dulu melakukan hal ini karena faktor lain, faktor itu tentu saja dia harus cari tahu sendiri.Caranya? Jelas langsung menghubunginya.“T-tuan Zayden?” Suara itu terdengar bergetar, Zayden bisa menebak kalau pria ini pasti terkejut karena dia menghubunginya. Apalagi Zayden menghubunginya setelah – mungkin Serena – dalam keadaan yang kacau.“Kupikir kamu tidak mengingatku lagi.” Zayden berkata dengan suara datar.“Tentu saya masih ingat,” ucapnya dengan tenang.Zayden paham bahwa pria itu tentu sedang tidak tenang, melainkan gelisah.“Aku ingin bicara denganmu, tempatnya kuserahkan padamu dan aku tahu, kamu tahu bisa menebak tujuanku.” Zayden berkata dengan cukup tegas.“A-aku mengerti.” Suara itu masih terdengar gugup.“Dan aku mau secepatnya, tidak lebih dari dua hari dari sekarang.” Kalimat Zayden terde
Langit mulai gelap ketika Anton tiba di kantor Tania. Lampu-lampu mulai menyala, udara petang menguar dingin. Dia masuk tanpa banyak bicara, langsung menuju ruangan wanita itu setelah bertemu dengan resepsionis.Tania sedang duduk santai di balik meja kerjanya, tangan memainkan pulpen, senyum licik di wajahnya. “Wah… Antonio Kusuma. Nggak nyangka kamu mau menemuiku. Berapa tahun ya kita tidak ketemu?”Anton tak membalas. Wajahnya dingin, tatapan tajam menusuk. “Aku tidak butuh basa-basi, Tania. Katakan. Apa tujuanmu memprovokasi Serena tentang Zayden?”Tania menaikkan alis, lalu terkekeh pelan. “Astaga, kamu membentakku?” Wajahnya dibuat pura-pura terkejut hingga Anton terlihat muak.”Astaga, ternyata anjing Zayden yang dulu penurut, sekarang galak juga ya setelah pindah tuan. Apa … Serena memberimu banyak makan?” Ucapan itu membuat Anton mengepalkan tangannya dengan erat, rahangnya terlihat mengeras. Terlihat jelas kalau dia berusaha untuk menahan rasa amarahnya yang mungkin sudah s
Saat ini rumah mewah yang biasanya tenang ini benar-benar terlihat kacau.Serena terlihat sangat frustrasi karena usahanya untuk melihat kejatuhan Zayden benar-benar gagal. Padahal, dia sudah sangat yakin dengan semua rencananya dulu, tetapi nyatanya?“Ah! Harusnya aku membuatnya lumpuh saat itu, hingga dia tidak bisa memulai dengan wanita mana pun!” geramnya.“Dia harus hidup menderita selamanya! Dia tidak boleh bahagia!” teriaknya kesal.Kondisi kamarnya saat ini masih terlihat berantakan, sejak dia tahu kalau ternyata Zayden benar-benar tidak menggubrisnya, Serena benar-benar merasa harus melakukan sesuatu pada pria itu.“Aku harus melakukan sesuatu padanya,” tekadnya.Tok … Tok … Tok ….Ketukan dari arah luar membuat Serena kembali sadar dari semua pikiran-pikirannya tentang Zayden yang sungguh membuatnya menjadi terbebani.Krek ….Pintu terdengar dibuka tanpa harus menunggu persetujuan Serena.Jelas itu adalah Anton! Pria yang selama ini selalu ada untuknya dan menemani masa-masa
“Ternyata selama ini… dia salah satu pengkhianatnya?” gumam Zayden, suaranya dalam, nyaris seperti desahan amarah yang tertahan. Rahangnya mengeras, tangan kanannya mengepal begitu kuat hingga buku-bukunya memutih.Alisha yang sejak tadi berdiri di sampingnya, tanpa sadar menyentuh lengan suaminya. Sentuhan yang pelan, tapi penuh makna. “Ay… kamu nggak apa-apa?” bisiknya hati-hati.Pertanyaan itu, bahkan bagi Alisha sendiri, terasa kontradiktif. Bagaimana mungkin pria itu baik-baik saja, saat kenyataan sebesar ini baru saja menghantamnya? Wajah Zayden tak perlu banyak bicara — sorot matanya, gerak tubuhnya, semua sudah cukup bicara.Tanpa menjawab, Zayden mengatupkan bibirnya rapat, berusaha menahan gejolak di dadanya. Bahunya naik turun pelan, menarik napas berat untuk menenangkan dirinya.Alisha memutuskan tidak membiarkan suaminya berdiri lama di situ. “Ay, lebih baik kita ke ruanganmu dulu,” ajaknya pelan.Zayden hanya mengangguk sekali, lalu melangkah mengikuti Alisha masuk ke ru
Setelah menerima obatnya, Alisha mengantar Nariza kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan, berbagai percakapan mengalir di antara mereka, seputar sosok Anton dan Serena. Informasi demi informasi saling dipertukarkan, membuat keduanya sama-sama terkejut.Nariza terkejut karena Serena yang dikabarkan meninggal karena kecelakaan dan sekarang muncul kembali, sementara Alisha ….Dia terkejut bukan kepalang, karena berdasarkan semua yang diceritakan Nariza kalau keduanya berhubungan sudah sangat lama, hanya saja, Serena masih belum bersedia menerima lamaran itu. Apa mungkin Serena masih menyimpan hati untuk Zayden?Kalau memang begitu, selama ini wanita itu bersembunyi di mana?Kenapa dia baru muncul sekarang?Ah …. Kepala Alisha rasanya berdenyut hebat memikirkan hal ini.“Minggu depan komunitas kita bakal ngumpul lagi, Kak,” ucap Nariza sambil memainkan ponselnya. “Bang Anton harusnya datang, katanya sih mau bawa Serena. Dua orang itu tuh selalu jadi pusat perhatian, soalnya ya ampun
Setelah keluar dari ruang pemeriksaan, Nariza menunggu untuk mengambil obat. Memikirkan semuanya ini membuat membuat Nariza menjadi terbebani, kondisinya yang mulai memburuk kembali ditambah dengan Alisha.Tidak begitu lama Alisha datang dengan senyum khasnya dan duduk di sebelah Nariza yang sedang menunggu itu.“Bagaimana pemeriksaannya?” tanya Alisha pada Nariza dengan suara cerianya.Nariza mengangguk pelan. “Bagus kok, masih dalam tahapan bisa diatasi.” Lalu Nariza melihat ke arah Alisha dengan tatapan dalam. “Bagaimana dengan Kakak? Dokter mengatakan apa?”Alisha tersenyum mendengarnya. “Kakak cuma konsultasi biasa, kok. Lagian cuma dikasih beberapa vitamin dan suplemen penunjang kesuburan.”Setelah menimbang-nimbang beberapa saat akhirnya Nariza memutuskan untuk bertanya pada Alisha tentang apa yang mengganggu pikirannya.“Kak Al,” ucapnya pelan, suaranya terdengar hati-hati. “Kalau aku tanya sesuatu… Kakak janji jujur ya?”Alisha langsung menoleh. Keningnya berkerut, menangkap n