Share

Bab 33. Bersamamu

Author: Nychinta
last update Huling Na-update: 2025-04-07 09:07:07
“Sha, kamu kenapa?” tanya Zayden dengan tersenyum pada Alisha, tetapi detik berikutnya, seolah tersadar dengan apa yang terjadi, apalagi ucapan Zayden barusan terkesan mengejeknya!

“Ah, tidak apa-apa,” Alisha menjawab cepat.

Mendapati hal itu, dari sudut pandang Alisha Zayden terlihat tersenyum penuh kemenangan. ‘Ah! Pria ini benar-benar sangat licik! Menyebalkan sekali!’ maki Alisha dalam hati.

Demi menutupi hal itu, Alisha segera mengalihkan pandangannya dan melihat ke arah televisi.

“Walaupun ini minuman tidak ada rasanya, tapi kalau diberikan oleh Kakakmu rasanya sangat nikmat!” Kembali Zayden memuji Alisha di depan Nariza.

Jelas hal ini makin membuat Alisha keki dalam hati.

Makin lama rasanya akting Zayden sangat luar biasa!

“Kak Al sangat beruntung mendapatkan suami seperti Kak Zayden!” puji Nariza.

Sementara Alisha hanya menanggapinya dengan senyuman yang merekah.

Obrolan berlanjut santai. Mereka berbincang soal pernikahan yang tidak dihadiri Nariza. Tawa, canda, dan beberapa le
Nychinta

Hehm.... 🥰🥰🥰 tinggalin komentarnya dulu yuk biar ramee... heheh..

| 6
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
semangat terus,buat lanjutannya
goodnovel comment avatar
Nurliana Ali
lanjut chinta
goodnovel comment avatar
Dadi Nova
upnyq yg bayk thor...
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 34. Makin Memusingkan

    Zayden menarik napas dalam atas tindakan Alisha barusan. “Alisha apa kamu bisa untuk tidak berbuat onar?” Zayden mengambil tisu di atas meja dan mengelap wajahnya. “Kenapa kita harus satu kamar?” Alisha tidak peduli kalau dia baru saja melakukan tindakan buruk terhadap suaminya itu. Menurutnya, masalah tinggal di satu kamar ini jauh lebih luar biasa untuk didiskusikan segera! “Tentu saja karena kamu adalah istriku, apalagi?” Zayden berkata dengan sangat enteng. “Tapi ini tidak mungkin!” Alisha menolak keras ide ini. “Yang tidak mungkin itu tinggal di kamar yang berbeda, apalagi saat Nariza dinyatakan boleh pulang.” Zayden berkata dengan datar lalu, memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Alisha terdiam. O-ow... Dia lupa soal Nariza. Kalau mereka terlihat tidur di kamar berbeda, bisa-bisa Nariza tahu bahwa pernikahan mereka adalah pernikahan dengan kesepatakan. “Kalau kamu mau tinggal di kamar lain sementara Nariza belum pulang, silakan saja. Tinggal pilih saja kamar yang ada

    Huling Na-update : 2025-04-07
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 35. Usaha Tania Mencari Sekutu

    “Se-re-na … wajahmu sepertinya memperlihatkan suasana hatimu yang menjadi tidak baik." Tania berkata dengan nada provokasi yang cukup kental. Serena adalah wanita yang pernah Zayden cintai. Seseorang yang pernah hampir pria itu nikahi. Sampai 'kecelakaan' itu terjadi .... "Kalau kamu kembali muncul, menurutmu bagaimana reaksi Zayden?" lanjut Tania lagi. Serena berusaha menguasai dirinya. Dia kemudian tersenyum dan berusaha tenang menghadapi kalimat provokasi tersebut. “Kalau dia sudah menikah, ya biarkan saja dia menikah. Lagi pula, aku tidak berniat untuk mengganggu hubungan orang lain.” Gaya bicaranya terdengar tenang, tidak seperti sebelumnya, membuat Tania sedikit terkejut, tetapi dia segera menetralkannya. “Oh, ya? Yakin kamu tidak terganggu dengan kebahagiaan yang dia punya?” Tania kembali memancing wanita yang ada di depannya ini. Serena hanya diam. Namun, kepalanya jelas sangat berisik dan suasana hatinya menjadi tidak karuan! Mana mungkin dia rela Zayden bisa hidup bah

    Huling Na-update : 2025-04-07
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 36. Bisa Bahaya

    Bangun tidur pagi ini, Zayden merasa tubuhnya jauh lebih ringan. Ia meregangkan bahu dan lengan dengan malas, menikmati sejenak ketenangan pagi. Tapi itu hanya sesaat.“Selamat pagi, Tuan. Sarapanmu sudah tersedia di bawah.”Suaranya datar—nyaris sarkastik. Alisha berdiri di ambang pintu, tangan terlipat di depan dada, pandangan lurus menatapnya. Zayden yang tak menyangka kehadirannya langsung terduduk.“Aku ke kantor duluan. Kalau telat, bisa-bisa kena surat peringatan.” Alisha meraih tas, lalu melangkah pergi.Dia sempat berhenti di ambang pintu.“Oh ya, karena di apartemenmu cuma ada bahan seadanya, aku membuat sarapanmu pakai bahan yang ada saja, jangan kebanyakan protes.”Langkahnya menjauh, tapi suaranya kembali terdengar.“Aku pulang agak malam. Mau mampir ke apartemenku, ambil beberapa barang dan sekalian belanja bahan makanan untuk rumah ini!”Setelah Alisha mengatakan hal itu, yang ada hanya hening.Zayden masih terduduk, tercenung.“Wanita itu benar-benar …!” gumamnya, tapi

    Huling Na-update : 2025-04-08
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 37. Dia Sudah Kembali?

    Seperti yang dikatakan oleh Alisha, pulang dari kantor dia kembali ke apartemennya, di sana dia mengambil barang-barang yang dia perlukan untuk mengerjakan pekerjaan sampingannya sebagai seorang videographer. Tidak banyak yang tahu kalau selama ini Alisha adalah sosok yang sangat kreatif dibalik akun media sosial besar yang dipegangnya, hanya beberapa orang saja yang tahu dia orang yang cukup profesional dalam hal pembuatan video iklan brand-brand ternama untuk produk mereka.Termasuk tempatnya bekerja pernah bekerja sama dengannya untuk membuat video campaign untuk pengenalan brand perusahaan, hanya saja kerjasama itu batal dengan alasan yang terbilang tidak masuk akal. Kalau mengingat hal ini dia cukup kesal dengan CEO yang menjabat sebelum Zayden, beruntunglah kabarnya dia dipecat dan digantikan oleh Zayden.Baru saja keluar dari lobi apartemennya, Alisha terkejut karena sudah ada Zayden yang menunggunya di sana.“Loh, kok kamu di sini?” tanya Alisha heran.Namun, Zayden tidak langs

    Huling Na-update : 2025-04-08
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 38. Makin Membuat Penasaran

    Sejak menerima telepon itu, Alisha mulai menyadari perubahan dalam diri Zayden. Pria itu tampak sedikit gelisah, meski berusaha setenang biasanya, tapi kali ini, Alisha tidak mudah dibohongi.Zayden memang berdiri di sampingnya, tapi pikirannya jelas melayang entah ke mana.“Zay, tolong ambilin itu, dong,” ujar Alisha, menunjuk satu barang di rak.Namun Zayden hanya terus mendorong troli tanpa menoleh sedikit pun. Seolah tak mendengar permintaannya.Alisha hanya bisa tersenyum kecil, lalu menggeleng pelan.‘Ternyata benar dugaanku. Ada sesuatu yang bikin dia nggak tenang,’ gumamnya dalam hati. ‘Apa mungkin penelpon itu?’Awalnya, Alisha hanya ingin menguji—ingin tahu seberapa dalam pria itu tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dan reaksi Zayden barusan cukup jadi jawaban.Sejujurnya Alisha sangat penasaran siapa pria itu, hanya saja … berdasarkan kontrak perjanjian pernikahan mereka, tertulis jelas kalau terdapat poin bahwa: Tidak diperkenankan mencampuri urusan pribadi masing-masing.A

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 39. Apa Dia Mantan?

    Daripada bertanya maksud Zayden, Alisha lebih tertarik untuk tahu tentang pria itu.“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya hati-hati.Zayden kembali duduk tanpa menjawab, pandangannya kosong. Jemarinya menaut di atas meja. Alisha bisa melihat betapa pria itu sedang menahan sesuatu. Sesuatu yang besar.Setelah pelayan mengantarkan pesanan makanan mereka yang terakhir, akhirnya Zayden berkata, “Besok, aku akan pergi lebih pagi, aku akan ke rumah mama lebih dulu.” Rasa penasaran ini makin menjadi-jadi hingga akhirnya Alisha tidak tahan untuk bertanya tanpa basa-basi lagi. “Kuperhatikan sejak mendapatkan telepon tadi, kamu menjadi gelisah, apa aku boleh tahu siapa yang menghubungimu?” Zayden menghentikan gerakan tangannya yang akan menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Terlihat seperti sedang berpikir. “Itu bukan apa-apa,” jawabnya singkat, tetapi jelas saja itu tidak membuat Alisha puas.Wanita itu terlihat mendesah berat dan meletakkan sendok dan garpunya. “Bukan apa-apa tapi wajahmu kentara s

    Huling Na-update : 2025-04-10
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 40. Ternyata Dia ....

    Zayden mendadak terdiam. Rahangnya mengeras, dan seulas senyum masam terbit di wajahnya, lebih mirip seringai kecut daripada tawa. Sorot matanya meredup sejenak, seolah menahan sesuatu yang tidak ingin ia ungkap. Ada kilatan tidak suka di matanya, meski mencoba menutupinya dengan sikap acuh. “Jangan banyak tanya,” ujarnya akhirnya, nada suaranya datar namun mengandung tekanan. “Makan saja. Nanti kamu akan tahu sendiri.” Mendapatkan respons yang seperti itu dari Zayden mendadak Alisha tersadar akan sesuatu. ‘Mana mungkin juga Zayden punya pacar, kan? Bukannya dia ini menyimpang!’ Alisha lalu melanjutkan makannya dengan cukup santai sambil menertawai canggung kebodohannya yang berkata hal itu pada Zayden. Namun, jauh di dalam lubuk hati Alisha, ada perasaan tidak enak. Kalau bukan persoalan mantan pacar, maka … kiranya siapa yang mampu membuat Zayden mengeluarkan ekspresi seperti itu? *** Sepanjang perjalanan mereka tidak terlibat percakapan yang cukup serius, pun Alisha

    Huling Na-update : 2025-04-11
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 41. Ingin Tahu Lebih Banyak

    Helena Wijaya, satu-satunya pewaris tunggal keluarga Wijaya. Pernikahannya dengan Henry Wicaksana-kakek Zayden-putra dari keluarga Wicaksana membuat bisnis kedua keluarga ini kian membesar. Insting bisnisnya cukup kuat, dan keputusan yang dia buat nyaris tidak pernah meleset. Dia tidak kalah hebat dengan suaminya dalam membesarkan bisnis mereka, hanya saja sejak beberapa bulan yang lalu, kondisi kesehatan Henry mengalami penurunan hingga akhirnya membuat Helena harus menetap sementara di luar negeri demi memastikan semuanya tetap berjalan stabil—baik bisnis, maupun kesehatan sang suami. Kini, di ruang yang sama, Alisha saat ini sudah duduk di samping Zayden. Tangan pria itu masih menggenggam tangan Alisha erat, seolah tak ingin melepaskannya. Akan tetapi, perhatian Alisha teralih bukan pada genggaman itu, melainkan pada interaksi diam-diam yang terjadi antara Zayden dan Helena. Ada sesuatu yang terasa janggal. Apalagi ketika Zayden menyapa neneknya dengan sebutan formal—“Nyonya

    Huling Na-update : 2025-04-12

Pinakabagong kabanata

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 106. Dengarkan Baik-Baik Alisha

    Alisha hanya bisa menahan napas, menyadari betapa pria itu bisa membuat emosinya naik turun dalam hitungan detik. Tidak bisakan pria ini membuat hubungan mereka jauh lebih jelas?“Bukan begitu, tapi maksudku–”“Aku tidak bisa melarang orang untuk menyukaiku, lagipula bukankah itu menyenangkan kalau disukai oleh istri sendiri?” Zayden hanya menanggapi datar akan hal itu.“Ya kamu memang tidak punya hak untuk larang orang lain, cuma maksudku, kalau kamu tidak menyukaiku, kamu bisa untuk bersikap biasa saja saat orang lain tidak ada di sekitar kita karena hal ini bisa membuatku–”“Makin menyukaiku?” potong Zayden.Alisha diam.“Kamu menyimpulkan dari mana kalau aku tidak menyukaimu?” Kalimat yang dilontarkan Zayden barusan terdengar datar, tenang, dan tanpa emosi.Hanya saja cukup membuat Alisha mengerjapkan matanya berkali-kali mencoba untuk menerjemahkan maksud dari pria itu.“Maksudmu?” Zayden menghela napas dalam sebelum akhirnya bicara, “Dari pesanmu itu, kamu hanya menyatakan ses

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   bab 105. Ya Sudah!

    Setelah mengirimkan pesan itu, Alisha langsung melempar ponselnya ke sembarang tempat. Jantungnya berdetak kencang, napasnya memburu. Beberapa detik dia terdiam, berusaha mencerna apa yang baru saja dia lakukan.Tapi di detik berikutnya — panik itu datang menyerbu.“Ya Tuhan! Apa yang barusan aku lakuin?!” serunya, buru-buru meraih kembali ponsel yang tadi dia lempar.Jari-jarinya gemetar saat membuka aplikasi pesan. Dan … terlambat! Pesan itu… sudah dibaca.Tubuhnya langsung lemas. Rasanya seperti ditarik ke dalam lubang hitam. “Astaga… bodoh … bodoh … bodoh!” rutuknya sambil menepuk kening sendiri.Kenapa dia bisa seimpulsif itu? Kenapa tanpa pikir panjang, langsung kirim saja? Padahal, dia tahu, hal-hal seperti ini jelas tidak bisa sembarangan! Tidak bisa hanya mengikuti emosi sesaat saja! Kalau begini bukankah malah bikin runyam dan mempermalukan diri sendiri?!"Ah… gimana kalau dia marah? Atau… aduh, jangan-jangan dia malah–" pikiran Alisha berputar ke mana-mana. Kepalanya terasa

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 104. Ingatan Helena

    Sementara itu, di tempat lain.“Nyonya sepertinya suasana hati Anda sedang baik sekali hari ini.” Danti, asisten pribadi Helena Wijaya berkata padanya saat Helena menikmati makan siangnya.“Ya, tentu saja. Dari laporan terakhir tentang istrinya Zayden sepertinya dia memang wanita baik-baik, hanya nasibnya saja yang kurang beruntung sebelum ini.” Helena berkata santai.Danti tersenyum ringan. “Betul, Nyonya.”“Jadi, menurut Nyonya apa kita perlu selidiki lebih jauh terkait Nona Alisha ini?” tanya Danti memastikan.“Tetap lanjutkan, karena aku ingin membuktikan kalau pernikahan mereka itu ada sesuatu di dalamnya. Mungkin Alisha terlihat sederhana, hanya saja … sikap sederhananya ini perlu digali lagi. Walaupun aku menyukainya, tetap kita perlu waspada.” Helena berkata dengan nada datar.“Baik, Nyonya.” Danti kembali menjawab dengan hormat. “Kalau begitu, mereka tetap perlu bertugas untuk mengawasi mereka.”“Ya, katakan pada mereka bagaimana perkembangan hari ini. Aku sudah tidak sabar i

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 103. Pesan untuk Zayden

    Alisha masih berdiri di tempat, membiarkan sunyi yang tersisa di kamar itu membungkusnya. Jantungnya berdetak cepat, seakan baru saja menyelesaikan lari jarak jauh. Tangannya masih menempel di kening, tepat di tempat bibir Zayden tadi menyentuh kulitnya.“Apa … barusan?” gumamnya lagi dengan pelan dan mencoba untuk menerka-nerka.Ia menunduk, mencoba mencari alasan logis. Hanya saja alasan logis untuk saat ini sepertinya tidak ada yang cocok kecuali satu hal …. Hanya saja apa itu mungkin? Alisha memejamkan mata, menggeleng cepat, berusaha mengusir perasaan aneh yang baru saja muncul.“Ah, hari ini aku artinya bebas tugas, kan? Tapi … apa alasan yang akan aku berikan pada mereka kalau aku tidak ikut ke sana?” Alisha baru terpikir akan hal ini. Artinya dia harus menciptakan kebohongan lagi.Dia mengirim pesan pada Zayden:Alisha: “Nanti kalau mereka bertanya aku tidak ikut bagaimana?”Zayden: “Aku akan mengatakan kalau kamu tiba-tiba tidak enak badan.”Alisha: “Jangan! Itu sama saja d

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 102. Apa Ini Akting?

    Jelas saja dia panik. klien yang akan ditemui ini adalah klien besar, dan sudah bekerja sama dalam waktu yang lama. Itu yang diketahui Alisha, tetapi secara detail dia tidak terlalu paham, karena klien ini dipegang oleh salah satu rekannya–Farhan. Zayden benar-benar memastikan kunjungannya kali ini bisa bertemu dengan pimpinannya langsung.Kalau kejadiannya begini, bagaimana bisa mereka akan tiba tepat waktu?!“Sudah tenang saja, Kak Zayden pasti bisa menanganinya!” Yumi berkata dengan menenangkan Alisha.“Menangani apanya sih?! Udah, ah! Aku mau mikir dulu apa yang harus aku lakukan! Mudah-mudahan bajuku tidak terlalu bau untuk kupakai dua kali!” Setelah mengatakan hal itu, Alisha memutuskan sambungan telepon mereka.Dia kembali menatap layar ponselnya berharap apa yang dikatakan Yumi hanya sebuah lelucon saja! Akan tetapi, waktu di layar ponselnya menunjukkan pukul 10.40, kurang 20 menit jam 11 siang!“Ya Tuhan! Bisa gawat ini!” serunya.Dia kemudian berlari ke ruang tidur, tetapi,

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 101. Kesiangan

    Pagi itu, sinar matahari lembut menyelinap masuk melalui celah tirai kamar, mengenai wajah Alisha yang masih terlelap. Perlahan, kelopak matanya mulai bergerak, lalu terbuka setengah saat cahaya hangat itu menyapa.“Sudah pagi, rupanya…” gumamnya pelan, suaranya serak sisa tidur.Ia berniat mengubah posisi tidurnya, namun baru menyadari ada sesuatu yang berat melingkari pinggangnya. Alisha terdiam sejenak, matanya berkedip-kedip, mencoba mengumpulkan kesadarannya yang masih setengah kabur.Perlahan, ia merasakan kehangatan di punggungnya — tubuh seseorang yang begitu dekat, hingga napasnya terdengar jelas di belakang telinganya, teratur dan dalam. Jantung Alisha seketika berdetak lebih kencang. Ia tak perlu menebak lama untuk menyadari siapa pemilik tangan yang kini memeluknya erat dari belakang.‘Astaga… Zayden?!’ teriaknya dalam hati.Kesadarannya langsung utuh seketika. Alisha berbalik untuk memastikan kalau dia sedang tidak bermimpi!Dan …!Ya Tuhan!? Wajah Zayden terlihat sanga

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 100. Validasi Perasaan

    Setelah pergi mengantar neneknya menemui seseorang, Zayden memutuskan untuk kembali ke hotel dengan menggunakan taksi. Begitu membuka ponselnya di dalam taksi, matanya langsung membelalak. Puluhan panggilan dari Alisha memenuhi layar. Baru sekarang notifikasi itu muncul, setelah mode Do Not Disturb-nya dinonaktifkan.Dia ingin langsung menghubungi Alisha balik, tetapi panggilan Arsel membuatnya mengurungkan niatnya.“Bagaimana, Arsel?” tanya Zayden saat panggilan itu tersambung.“Tuan, sepertinya informasi yang disampaikan oleh orang itu sedikit berbeda setelah kulakukan validasi.” Arsel melaporkan hasil investigasinya pada Zayden.Hal itu membuat Zayden mengerutkan keningnya cukup dalam. “Apa kamu yakin?”“Yakin, Tuan, aku sudah memastikan sekali lagi, karena itu, aku akan kembali menelusurinya lebih dalam setelah ini.” Arsel berkata dengan suara tenang.Zayden menghela napas dalam.“Ya sudah, kalau begitu, cari dengan teliti.” Zayden lalu mematikan sambungan itu.Pikirannya mulai b

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 99. Pembicaraan Dengan Helena

    Beberapa jam sebelumnya.Setelah meninggalkan Alisha di tempat itu, Zayden menyusul Helena. Dengan perasaan yang sangat kesal dia menghentikan langkah Helena yang baru saja ingin masuk ke mobil.“Nenek tunggu!” cegatnya sambil setengah berlari.Helena menghentikan gerakannya dan memutar tubuhnya melihat ke arah Zayden.Sudah cukup lama … Zayden tidak memanggilnya seleluasa sekarang.Zayden berjalan mendekat. “Kita harus bicara.” Dia berkata dengan suara tegas, lalu melihat ke arah sopir yang sedang membukakan pintu mobil untuk wanita itu dan juga asisten pribadi Helena yang berada di dekatnya dengan tatapan datar. “Empat mata,” lanjutnya lagi.Mengerti dengan yang dimaksud Zayden, sopir dan asisten pribadi Helena itu menunggu perintah dari Nyonya besar mereka.Helena lalu melihat ke arah keduanya dan memberikan isyarat untuk meninggalkan mereka, tetapi sebelum asistennya meninggalkan Helena dia berkata pelan, “Nyonya jangan lupa, kita masih ada janji jam lima sore ini–”“Aku yang akan

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 98. Jawaban Jujur

    Mendengar pernyataan barusan tentu saja Alisha tidak bisa berkata-kata. Saat ini, bahkan mereka hanya berdua saja, dan pria itu bisa bersikap seperti ini? Apa yang coba dia perbuat? Walaupun targetnya sudah berganti untuk menaklukan pria itu, tentu saja tidak akan sudi dia secara terang-terangan mengakui perasaannya yang mulai tumbuh, kan?Setidaknya Zayden tidak boleh membaca isi hatinya!Untuk menetralkan suasana, Alisha dengan sigap mengalihkan topik pembicaraan mereka dengan keras!“Ih, apaan sih! Lagian di sini tidak ada orang lain, jangan bersikap sok manis!” gumam Alisha dengan nada datar, hanya saja riak di dalam hatinya cukup besar.Zayden hanya tersenyum singkat!‘Astaga! Bahkan pria ini sempat-sempatnya tersenyum?! Apa dunia sudah mau kiamat?! Setidaknya, tidak perlu memberikanku harapan tingga kalau nantinya juga akan dihempas kenyataan!’ Alisha berteriak dalam hatinya.“Sudah, ya! itu jangan diganggu-ganggu, biar obatnya meresap dulu.” Alisha berkata santai lalu memberes

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status