Home / Romansa / Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku! / Bab 55. Tekanan yang Diberikan Zayden

Share

Bab 55. Tekanan yang Diberikan Zayden

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2025-04-18 08:46:57
Dirga sontak bangkit, buru-buru merapikan bajunya. “P–Pak Zayden! Ini … hanya kesalahpahaman kecil. Maafkan kami, kami … kami tak tahan lagi menahan perasaan, kami pikir—”

“Apa kamu bilang?!” Alisha menoleh cepat, matanya membelalak. Wajahnya memerah, bukan karena malu, tapi karena marah.

“Alisha sayang .…” Dirga mendekat, memasang senyum seolah tak bersalah. Tangannya hendak meraih tangan Alisha. “Aku nggak tahan terus menyembunyikan hubungan kita. Aku ingin semua orang tahu kalau kita—”

Plak!

Alisha menepis tangannya kasar. Matanya memerah, dan suaranya pecah saat ia berteriak, “Sudah gila kamu! Hubungan?! Aku sudah muak melihatmu! Dan satu hal lagi… AKU SUDAH PUNYA SUAMI!”

Suasana langsung membeku.

Beberapa pegawai yang datang karena suara gaduh itu langsung terpaku di ambang pintu. Salah satu dari mereka bahkan menjatuhkan berkas yang dibawanya.

Alisha sudah bersuami? Sejak kapan?

Pertanyaan itu menggantung di antara rekan kerjanya yang hanya diam saling tatap.

Sementara
Nychinta

Up lagi gak nih? Hehehe.. (づ ̄ ³ ̄)づ

| 13
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
rifdanafisha
kereeeeenn zaydennnn
goodnovel comment avatar
Wanie Annie
up lagi sis..
goodnovel comment avatar
Nurliana Ali
up chinta love u banyak2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 56. Memastikan Agar Tak Lagi Diganggu

    Sementara itu, Alisha sudah sampai di apartemen. Tanpa repot mengganti pakaian, dia langsung menjatuhkan diri duduk di lantai, tepat di depan meja pendek yang berada di antara sofa dan televisi.Kedua sikunya bertumpu di atas permukaan meja, sementara dagunya disandarkan lemas di sana—seolah beban hari ini ikut menekan tulangnya. Tepat di depan wajahnya, sebuah kantong plastik bening berisi obat penghilang memar masih tersegel rapi, teronggok di meja tanpa disentuh.Tatapannya kosong. Televisi di hadapannya menyala, menampilkan tayangan acak yang tak ia pahami. Suaranya hanya menjadi latar samar di tengah apartemen yang hening. Ia tak benar-benar menonton. Ia hanya diam, membiarkan pikirannya melayang entah ke mana.Alisha masih sulit membayangkan apa jadinya jika ia tidak bertindak cepat tadi di ruangan Dirga—menghubungi Zayden secara diam-diam dan merekam seluruh percakapan yang menjadi bukti keterlibatan pria itu dalam kecurangan perusahaan. Syukurlah, tindakan kecil itu cukup untuk

    Last Updated : 2025-04-18
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 57. Serangan Badai Besar

    “Apa?!” suara Alisha nyaris melengking, nyaris tak percaya pada pendengarannya sendiri. “Kamu serius mau jadikan aku sekretarismu?!”Zayden mengangguk mantap. Tatapannya tetap datar, tapi mengandung ketegasan yang tak bisa diganggu gugat. “Aku tidak sedang bercanda. Posisi ini akan membuatmu aman. Tidak ada satu pun orang yang bisa menyentuhmu—baik secara hierarki maupun pribadi.”Alisha masih ternganga. “Tapi… bukannya ada Arsel?”“Arsel itu personal assistant,” jawab Zayden dengan nada tenang. “Selama ini dia merangkap banyak pekerjaan. Sekarang dia mulai kewalahan. Aku butuh seseorang khusus untuk urusan kantor, seseorang yang bisa kupercaya sepenuhnya.”Alisha langsung terdiam. Otaknya langsung menyusun kemungkinan-kemungkinan yang terasa terlalu absurd untuk bisa dinalar.‘Jadi sekretaris Zayden artinya aku akan selalu bersamanya? Di kantor, di rumah, di mana pun dia berada? Gila… ini benar-benar gila!’ desisnya dalam hati.“Aku butuh seseorang yang benar-benar kupercaya,” ucap Za

    Last Updated : 2025-04-19
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 58. Sempurna di Depan Nariza

    [“Aku akan menjemput Nariza ke rumah sakit sore ini, tadi rumah sakit sudah menghubungiku kalau dia sudah bisa pulang. (≧◡≦)/~☆”]Pesan singkat itu dikirim Alisha kepada Zayden sesaat sebelum dia masuk ke taksi yang sudah dipesannya.Tidak berselang lama, pesan itu dibalas oleh Zayden.[“Aku pulang agak terlambat, hati-hati di jalan.”]Sederhana. Tapi dari obrolan singkat itu, tanpa sadar keduanya mulai terbiasa saling memberi kabar. Seolah... ada kebiasaan baru yang tumbuh di antara mereka.*** Rumah sakit sore itu cukup ramai, dia pergi ke kamar perawatan Nariza dengan langkah cepat, sesampainya di sana adiknya itu tersenyum menyambutnya, wajahnya jauh lebih segar dari sebelumnya.“Kirain tadi Kak Al mau jemput aku malam,” ucap Nariza.“Nggak dong, begitu pihak rumah sakit mengabari kalau kamu sudah diizinkan pulang, kakak cepet dateng ke sini. Iza pasti sudah gak sabar, kan mau lihat kamar baru?” Alisha berkata sembari memasukkan beberapa barang Nariza ke dalam tas.“Kakak, jadi na

    Last Updated : 2025-04-19
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 59. Permainan yang Makin Menggila

    “Kak Al, aku sudah menyiapkan piring-piring di atas meja, dan sepertinya makanan itu juga sebentar lagi selesai, lebih baik Kak Al pergi panggil Kak Zayden aja deh, nanti aku yang membereskan sisanya.” Nariza berkata lembut pada Alisha yang kini masih memasak lauk untuk makan malam mereka.Alisha melihat ke arahnya dengan memiringkan kepalanya. “Wah, kamu sepertinya memang sudah sangat sehat sekali, ya!” “Tentu saja, berkat dorongan Kakak,” Nariza terkekeh ringan.“Baiklah, kalau begitu Kakak ke atas dulu, kakak serahkan padamu adikku sayang.” Setelah mengatakan hal itu Alisha langsung naik ke kamar atas.Begitu menaiki tangga dan membuka pintu kamar, aroma sabun khas Zayden langsung menyergap indra penciumannya. Di dalam, pria itu tampak bersandar santai di headboard tempat tidur sambil memainkan ponselnya.Saat Alisha masuk, Zayden langsung menoleh.“Sudah selesai menyiapkan makan malam, istriku?” ucapnya santai, tapi tajam.Alisha menyipitkan mata, menghampiri ranjang sambil melipa

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 60. Menemui Nenek

    Mata Alisha sontak membulat, debaran jantung yang mendadak liar, tak beraturan. Udara di antara mereka terasa panas. Napasnya tercekat di tenggorokan, dan meski bibir mereka tak benar-benar bersentuhan, tetap hal itu membuatnya tak bisa berpikir jernih.Zayden perlahan menarik tubuhnya menjauh. Wajahnya tenang. Senyumnya tipis, seperti seseorang yang tahu persis efek yang ia tinggalkan.Akan tetapi detik berikutnya, matanya mengikuti arah pandang Zayden ke bawah tangga, ia langsung sadar.Nariza.Adik perempuannya itu berdiri di sana sambil menyunggingkan senyum geli. Tatapannya seperti mengatakan, "Kalian ini, ada-ada saja!" Lalu dengan santai, ia kembali berbalik, melanjutkan kegiatannya.Alisha meremas jari-jarinya sendiri. Panasnya belum reda.Zayden melirik ke arahnya sekilas. “Beruntung aku hanya menghukummu begini,” ujarnya datar, suaranya kembali stabil, seperti biasanya terdengar tanpa emosi berarti. “Kalau tidak ada Nariza barusan, mungkin aku akan mempertimbangkan bentuk huk

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 61. Yakin Karena Mencintainya?

    Zayden hanya menatap keduanya sebentar, sebelum akhirnya mengikuti langkah neneknya dengan diam. Mereka berjalan melewati lorong panjang, melintasi beberapa lukisan tua yang tergantung di dinding rumah keluarga besar Wicaksana itu, lalu berhenti di depan sebuah pintu kayu yang tinggi dan tebal—ruang kerja Henry Wicaksana.Helena membukanya lebih dulu, dan Zayden masuk menyusul.Begitu pintu tertutup, suasana berubah. Hening. Ada wibawa yang berbeda di ruangan itu. Lemari berisi buku-buku berjajar rapi, serta aroma kayu tua yang khas langsung menyergap penciuman.Helena berjalan ke arah meja kerja Henry, lalu duduk di kursi besar itu dengan anggun di sana. “Duduklah,” ucapan wanita itu dengan suara tegas dan penuh kelembutan, matanya tajam menatap Zayden, tapi bukan dengan kemarahan—melainkan sebuah bentuk ketegasan dan sedikit rasa kerinduan.Kalau dipikir lagi, sudah sangat lama Zayden tidak bicara dengan Helena berdua seperti ini, terakhir kali mereka berada dalam jarak yang cukup d

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 62. Kamu Serius?!

    Zayden berdiri perlahan dari kursinya—gerakannya tenang, tapi ada tekanan yang membuat ruang di sekitarnya terasa mengecil.“Aku akan menganggap pembicaraan tentang istriku hari ini … tidak pernah terjadi.” Suaranya terdengar dalam dan berat, setiap katanya mengandung peringatan. “Dan jangan pernah sekali pun Anda menyelidiki hubunganku, apalagi menyentuh masa lalu istriku. Jangan pernah melibatkan dia terlalu jauh.”Nada Zayden begitu tegas. Ia tidak berteriak—tak perlu—karena intonasi rendah dan mantapnya justru lebih menggetarkan. Sorot matanya menajam, seolah-olah menusuk Helena yang masih duduk di seberangnya.Helena mengangkat alis sedikit. Senyumnya tipis, nyaris tak terlihat, namun cukup untuk menunjukkan bahwa ia tidak gentar. Wanita itu juga masih terlihat tenang seperti sebelumnya.“Nenek tidak pernah bilang kalau nenek tidak menyukainya,” ucapnya santai, seolah mencoba meredakan bara api yang baru saja dilemparkan. “Entah informasi yang kudapat benar atau tidak… tapi dari c

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 63. Suamiku Sendiri Contohnya!

    Udara di antara mereka jadi terasa berat. Tika menelan ludahnya sendiri, matanya tak berkedip menatap Alisha—berusaha membaca apakah ini sungguhan atau hanya gurauan level tinggi. Lalu, tawa Alisha meletup. Ringan dan renyah, memecah ketegangan yang menggantung. Ia menggeleng sambil menutup mulut dengan telapak tangan. “Duh, Tika! Mukamu barusan pucat banget, sumpah lucu banget ekspresimu!” Alisha terpingkal, menepuk-nepuk bahu temannya. Tika mendesah panjang, menepuk dada. “Astaga, Al! Kamu tuh ya… kalo mau ngelawak, yang lain aja topiknya! Jantungku kayak mau copot tahu gak!” “Tapi aku serius, loh.” Alisha masih tersenyum, tapi matanya tak bergeser sedikit pun dari wajah Tika. “Ya ampun, udah deh jangan becanda. Nggak lucu,” kata Tika setengah protes, tapi masih terlihat ragu-ragu. Alisha mendekat, mencondongkan tubuhnya, lalu berbisik pelan di telinga Tika, “Gimana kalau memang istri Pak Zayden itu ... aku?” Tika memundurkan tubuhnya sedikit, lalu melipat tangan di dada. “Kal

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 121. Apa Ini Masuk Pembuktian?

    Suasana ruang kerja Zayden terasa lebih dingin dari biasanya. Alisha duduk di sofa dengan punggung tegang, sementara Martha berdiri di hadapannya, ponsel masih tergenggam erat di tangan.“Jadi…” suara Martha memecah keheningan. Tatapannya lurus, penuh tuntutan. “kamu tidak membantah tentang perjanjian pernikahan ini, kan?”Alisha menghela napas panjang, menundukkan pandangannya sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Iya, Ma. Itu memang perjanjian pernikahan kami dan aku menyetujuinya dengan sangat sadar.”Jawaban itu menggantung di udara, menciptakan celah ketegangan yang nyaris bisa diraba. Martha mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Martha tidak menyangka kalau dia akan mendengar kejujuran yang sangat cepat.Sejujurnya Alisha sangat bingung, apa yang harus dia perbuat, karena … sudah banyak kebohongan-kebohongan yang mereka ciptakan, rasanya untuk dijelaskan juga sudah percuma, malah akan memperumit keadaan dan menumpuk masalah baru, apalagi Martha sudah mengetahui perjanjian i

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 120. Jelaskan Ini Alisha

    Mendengar hal itu, Nariza cukup terkejut. Kenapa tiba-tiba orang tua Zayden ingin bertanya tentang mereka? Dan wajahnya juga terlihat sangat serius. Apa sebenarnya hubungan mereka ada masalah?“Kak Zayden dan Kak Alisha … memangnya kenapa?” tanya Nariza bingung.Walaupun situasi sedikit tegang, tetap Nariza tidak mengerti arah pertanyaan itu. Awalnya ia sempat berpikir Martha akan menyuruhnya untuk menjaga jarak atau bahkan keluar dari rumah itu. Tapi ternyata, kalimat yang keluar justru di luar dugaan.“Ya, tentang mereka,” Martha berkata dengan sedikit menekan.Nariza mengernyitkan keningnya, masih tidak mengerti dengan pertanyaan Martha, karena menurutnya Alisha dan Zayden tidak ada masalah apa pun.detik berikutnya Martha melontarkan pertanyaan yang membuat Nariza nyaris tersedak udara. “Alisha dan Zayden… mereka tidur satu kamar, kan?”Nariza sontak mengerutkan keningnya, terasa aneh mendengar pertanyaan barusan.“Tentu saja mereka di kamar yang sama, tidak mungkin Kak Nariza tid

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 119. Kedatangan Martha

    Nariza melihat Alisha yang turun dengan wajah sumringah tersenyum menatap kakaknya ini.“Kakak seneng banget pagi ini,” godanya pada Alisha.“Wuih, kamu sudah masak ternyata!” Alisha mengalihkan pembicaraannya, dia hanya tidak ingin Nariza menyinggung paginya dengan Zayden barusan. Entah kenapa dia menjadi salah tingkah saat Zayden melakukan hal itu padanya, untungnya dia bisa menahan diri dan segera menjauh! Kalau tidak …?!“Iya, aku sudah masak! Nungguin kakak turun kelamaan! Tapi aku gak tau ya, apa Kak Zayden suka dengan sarapannya, kan beda tangan yang ngebuatnya.” Nariza berkata sambil terkekeh ringan.“Eh, Iza, nanti kakak mau pergi sama mamanya Kak Zayden, kamu … tinggal di rumah sendiri tidak apa-apa?” Alisha berkata pada Nariza sambil mengambil kerupuk yang ada di dalam toples di atas meja.“Kakak mau pergi sama mama mertua?” Nariza senyum menanggapi ucapan kakaknya itu.Sambil mengunyah kerupuk itu, Alisha mengangguk.“Ya tidak masalah! Pasti mamanya Kak Zayden ini baik bang

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 118. Interaksi Pagi Hari

    Pilihannya tidak semudah itu, karena ada satu hal yang membuat Zayden masih tetap ragu. Alisha juga masih tahu kalau hubungan dan perasaan mereka ini masih terlalu awal.“Entahlah, bisa dipikirkan saja nanti? Kita harus bekerja hari ini.” Alisha berkata dengan suara seraknya.Sementara Zayden dia hanya tersenyum ringan. “Hari ini ada libur nasional, seharusnya kita masih bisa bersantai di rumah.” “Oh, ya?!” tanya Alisha dengan mata membulat.Zayden mengangguk lalu memperlihatkan kalender yang ada di ponselnya.“Ah! Enaknya, artinya aku masih bisa tidur, dong!” Alisha terkekeh puas.Namun, belum sempat niat itu terlaksana ponsel Alisha berdering di atas nakas, dengan gerakan yang malas-malasan, dia kemudian mengambil benda itu.Mama Martha.“Mama menghubungiku,” ucap Alisha pada Zayden.Zayden hanya mengangguk, memberi isyarat agar Alisha menerimanya. Segera, Alisha menggeser tombol hijau di layar.“Halo, Ma,” sapa Alisha saat panggilan tersebut tersambung.“Sayang, apa hari ini kamu s

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 117. Apa Batal Saja?

    Zayden terdiam. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun, tapi matanya seketika redup. Jawaban Alisha sepertinya adalah sebuah jawaban yang dia pikir tidak akan pernah dia dengar. Ada jeda. Hening menyergap di antara mereka. Zayden menutup mata sejenak, menghela napas panjang. Saat kembali membuka matanya, senyum samar terlukis di sudut bibirnya — senyum getir. “Aku mengerti,” ucapnya akhirnya, lirih. “Apa yang kamu mengerti?” tanya Alisha dengan suaranya yang terdengar stabil. “Aku mengerti, jawabanmu memang sangat normal, kupikir hanya aku yang sedikit naif untuk mendengarkan alasan tidak logis.” Zayden berkata datar. Alisha menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu melipat tangannya di depan dada. “Aku ada di sini saat ini, jelas karena kamu adalah Zayden Wicaksana. Tahu kenapa?” Alisha berkata datar menatap tajam ke arah suaminya itu. “Karena saat itu…” Alisha membuka suara, nadanya terdengar santai, tapi ada getaran halus yang samar. “Kamu berhasil membuatku menyetujui se

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 116. Aku Jawab Tidak

    Suasana di ruangan itu masih membeku. Zayden tetap diam di tempatnya, rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Tatapan matanya tidak sedikit pun bergeser dari wajah Helena. Helena menarik napas perlahan, menyandarkan punggung ke kursi antik yang didudukinya. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, tapi sorot matanya jelas menyimpan banyak makna. “Tak peduli kau suka atau tidak, Zayden. Posisi itu akan tetap jatuh ke tanganmu. Dan sebagai pemilik masa depan keluarga Wicaksana, kau tak boleh membuat keputusan yang sembrono, apalagi menyangkut urusan pribadi.” Zayden mendengkus pelan. “Jadi ini semua tentang kuasa?” “Bukan hanya kuasa,” jawab Helena pelan, tapi suaranya cukup untuk memotong udara. “Ini tentang garis warisan, reputasi, dan harga diri keluarga. Kau harus tahu, setiap langkah yang kau ambil akan selalu memiliki dampak. Bukan hanya untuk dirimu, tapi untuk semua orang yang membawa nama Wicaksana di belakangnya.” Zayden mengepalkan tangannya lebih erat, meredam

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 115. Karena Kamu Adalah Pewaris

    Zayden langsung mendatangi kediaman kakek dan neneknya. Dia tahu ini sudah waktunya untuk mereka beristirahat, hanya saja, Zayden tidak suka dengan cara neneknya yang menekan orang-orangnya. Setidaknya dia harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin! Bukankah dia juga mengatakan pada Arsel untuk segera menemuinya setelah dia sampai?Kali ini Zayden sudah di tahap tidak peduli dengan jam kunjungan tamu! Dia sungguh tidak bisa mentolerir tindakan neneknya lagi kali ini.“Tuan Zayden, Tuan dan Nyonya Besar baru saja istirahat.” Kepala pelayan di rumah ini berkata sopan pada Zayden.“Katakan pada Nyonya Helena, aku datang, kalau dia tidak menemuiku sekarang aku yang akan datang langsung ke kamarnya!” Zayden berkata dengan tegas. Ucapannya seolah-olah tak terbantahkan.“Tapi, Tuan … Nyonya pasti sangat lelah, pagi tadi beliau baru sampai dari luar kota dan juga langsung mengurus Tuan Besar ke untuk berobat dan —”“Katakan saja padanya aku sudah disini. Apa kamu tidak mengerti dengan bah

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 114. Permasalahan

    Beberapa jam sebelumnya.Saat Arsel memasuki kediaman Keluarga Wicaksana, selalu saja ada hal yang perlu dia waspadai, jelas ini akan berkaitan dengan Zayden. Hanya saja, kali ini dia masih belum bisa menebaknya secara jelas.Arsel mengiringi langkah Danti yang membawanya ke ruang kerja Helena.“Masuklah Pak Arsel, Nyonya sudah menunggu di dalam.” Danti menghentikan langkahnya tepat di depan pintu besar itu.“Terima kasih,” ucap Arsel lalu mendorong pintu itu.Baru saja menutup pintu, aura dominan ruangan ini sangat menekannya. Bahkan walau dia sudah terbiasa dengan Zayden yang memang tampak dingin itu, Helena jauh lebih dari itu.“Duduklah,” ucap Helena dengan suara datar, menyuruh Arsel untuk duduk di sofa tamu.Arsel mengangguk sopan, dalam hati jelas sudah tenang. Apalagi tatapan Helena sangat tajam dan menusuk.Kemudian Helena membawa beberapa file dan meletakkannya di atas meja yang ada di depan Arsel.“Ini … apa Nyonya?” tanya Arsel pelan, di depannya sudah ada amplop coklat bes

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 113. Diketahui Nyonya Besar?

    Di tempat lain, jauh dari hiruk pikuk hotel tempat Zayden dan Alisha berada, suasana di sebuah ruangan megah dengan interior klasik-modern itu terasa tenang, hanya diisi suara detik jam dinding antik yang menggema pelan.Helena Wicaksana duduk anggun di balik meja kerjanya. Di hadapannya, secangkir teh melati masih mengepulkan uap harum. Wanita paruh baya itu tampak tenang, membaca sebuah laporan yang baru saja diberikan asistennya, Danti.Senyum tipis mengembang di wajah Helena saat beberapa lembar foto terpampang jelas — Zayden dan Alisha, tertangkap kamera sedang berjalan berdua, duduk berdekatan, bahkan sebuah foto samar ketika Zayden tanpa ragu memegang tangan Alisha di pinggir pantai.Bahkan laporan video tentang keduanya juga terlihat jelas saat ini, hal ini membuat Helena mengangguk pelan, walau dalam hatinya masih tersirat sedikit kecurigaan terhadap hubungan keduanya saat melihat foto dan video ini rasanya semuanya memudar begitu saja.Helena menegakkan duduknya. “Sepertinya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status