Home / Romansa / Pak Ceo, Aku Ingin Anak / Bab 34: Rasa Aman.

Share

Bab 34: Rasa Aman.

Author: Za_dibah
last update Last Updated: 2025-11-07 11:29:04

​Bi Ana yang melihat Evan membawa syal rajutan itu terkejut. Matanya membelalak, ia sadar telah berbuat kesalahan dengan membiarkan Evan masuk.

Lho, Tuan Evan, mau dibawa ke mana syal itu?" tanya Bi Ana, suaranya terdengar tercekat.

​Evan menoleh, menyeringai. Ia tahu syal ini adalah poin lemah. "Ini? Kenapa, Bi? Apakah ini barang spesial?"

​"Ya, Tuan, ini akan dihadiahkan kepada Tuan Darian, tapi kenapa ada di tangan Tuan Evan?" Bi Ana mencoba mengambil syal itu, ia tersadar, 'Apakah mungkin Tuan Evan menyelidiki Nona Amara,' batin Bi Ana.

​Bi Ana menelan ludah kasar. Ia teringat peringatan Darian. Ia harus melindunginya. Bi Ana mengambil syal tersebut dari tangan Evan secara hati-hati, berusaha tidak menunjukkan kegugupan.

​"Maaf, Tuan, ini milik Bibi," kata Bi Ana, tatapannya tegas tetapi ia berusaha tersenyum. "Bibi yang merajutnya untuk Tuan Darian. Sebentar lagi musim dingin, jadi Bibi ada waktu luang makanya membuat syal ini, sekalian ucapan terima kasih telah mempeke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 35: Libidonya naik drastis.

    ​Sore hari, Amara masih meringkuk di sofa kamar utama Darian. Ia tidak berani keluar, tubuhnya lelah tetapi pikirannya bekerja keras menyusun usulan terpisahnya tempat tinggal. Ia merasa harus melindungi Darian dari risiko sosial yang akan timbul akibat pernikahannya. ​Ia menatap langit-langit kamar yang tinggi. "Aku akan bilang nanti. Ini demi Pak Darian. Kesepakatan kita adalah IVF, bukan drama keluarga," lirihnya. ​Sebuah ketukan pelan dan familiar terdengar di pintu. ​"Nona Amara, ini Bibi," suara Bi Ana terdengar lega. ​Amara segera membuka kunci dan pintu. "Masuklah, Bi," bisiknya, masih sedikit was-was. "Bagaimana, Evan tidak datang lagi, kan?" ​Bi Ana masuk, membawa nampan kayu yang rapi. "Ya, Nona, tenang saja. Bibi sudah membuang sial di tangga tadi. Tuan Evan tidak akan kembali hari ini." ​"Aku senang Bibi tidak apa-apa. Tadi Bi Ana hebat sekali berbohong kepada Evan," puji Amara tulus. ​Bi Ana tersenyum lembut. "Itu sudah kewajiban Bibi, Nona. Bibi tidak ingin Nona

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 34: Rasa Aman.

    ​Bi Ana yang melihat Evan membawa syal rajutan itu terkejut. Matanya membelalak, ia sadar telah berbuat kesalahan dengan membiarkan Evan masuk. Lho, Tuan Evan, mau dibawa ke mana syal itu?" tanya Bi Ana, suaranya terdengar tercekat. ​Evan menoleh, menyeringai. Ia tahu syal ini adalah poin lemah. "Ini? Kenapa, Bi? Apakah ini barang spesial?" ​"Ya, Tuan, ini akan dihadiahkan kepada Tuan Darian, tapi kenapa ada di tangan Tuan Evan?" Bi Ana mencoba mengambil syal itu, ia tersadar, 'Apakah mungkin Tuan Evan menyelidiki Nona Amara,' batin Bi Ana. ​Bi Ana menelan ludah kasar. Ia teringat peringatan Darian. Ia harus melindunginya. Bi Ana mengambil syal tersebut dari tangan Evan secara hati-hati, berusaha tidak menunjukkan kegugupan. ​"Maaf, Tuan, ini milik Bibi," kata Bi Ana, tatapannya tegas tetapi ia berusaha tersenyum. "Bibi yang merajutnya untuk Tuan Darian. Sebentar lagi musim dingin, jadi Bibi ada waktu luang makanya membuat syal ini, sekalian ucapan terima kasih telah mempeke

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 33: Kecurigaan Evan terbukti.

    ​Evan menaiki tangga spiral dengan langkah yang ringan dan penuh perhitungan. Senyum tipis, yang lebih menyerupai seringai, terukir di bibirnya. Tujuan utamanya bukan berkas kerja yang ia jadikan alasan kepada Bi Ana di bawah. Tujuannya adalah misteri 'Nona' yang membuat Darian, si patung es Arcus, kehilangan ketenangan. ​Evan sampai di Lantai Dua. Ia menelisik sekeliling, merasakan keheningan yang berbeda dari biasanya. 'Kakak pasti menyembunyikan seseorang. Lantai Dua ini terasa terlalu... terawat untuk hanya dihuni Bi Ana.' ​Fokusnya mengarah ke kamar tamu yang pernah ditidurinya beberapa kali saat berkunjung ke penthouse ini. Ia mencoba membuka pintu, tetapi pintu itu terkunci dengan kuat dari dalam. ​"Kenapa kamar ini dikunci?" gumam Evan pelan, dahinya berkerut karena penasaran. Ia mencoba gagang pintu itu lagi, memutarnya keras, tetapi kuncinya tidak bergeser sedikit pun. "Seorang pelayan tidak mungkin mengunci kamar tamu di siang hari kalau tidak ada yang disembunyikan. Ini

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 32: Ketertarikan Evan adalah racun untuk Darian.

    ​Darian memastikan pintu utama penthouse terkunci rapat, mengunci kembali setiap mekanisme keamanan canggih. Ia menghela napas panjang, bukan karena lega, melainkan karena kelelahan emosional. Kepalanya terasa pening setelah drama adu argumen dengan Evan. ​Ia segera menaiki tangga spiral, langkahnya lebih berat dari biasanya. 'Kenapa Evan harus datang sekarang? Dan kenapa dia sepenasaran itu pada Amara?' Darian menggerutu dalam hati. Ia sadar, ketertarikan Evan pada wanita yang ia sembunyikan, sekecil apa pun itu, adalah racun mematikan bagi kerahasiaan kontrak ini. ​Darian kemudian berjalan menuju kamar Amara, mengetuknya pelan, memanggil dengan suara yang sengaja dilembutkan. ​"Amara, buka pintunya. Ini aku," panggil Darian, suaranya sedikit serak dan rendah, sisa dari ketegangan yang baru saja ia alami. ​Amara segera berjalan mendekat, kunci diputar perlahan. Ia membuka pintu setengah, wajahnya yang cantik terlihat cemas. Darian berdiri di sana, auranya yang dingin tampak sedik

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 31: Kedatangan Evan.

    Darian baru saja keluar dari kamar Amara, hatinya masih menyimpan gejolak dari sentuhan singkat saat ia memasangkan liontin. Ia berjalan menuju ruang kerjanya yang berada di ujung lorong Lantai Dua. ​Tiba-tiba, suara bel pintu yang nyaring di Lantai Satu terdengar memecah keheningan penthouse. Darian, yang bersiap masuk ke ruang kerja, mengerutkan kening. Siapa yang berani mengganggu di hari Minggu malam? Tak lama, suara langkah kaki Bi Ana yang tergesa menaiki tangga spiral terdengar. Bi Ana langsung menuju kantor Darian dan mengetuk pintu yang sedikit terbuka. ​"Tuan Darian! Tuan Evan datang berkunjung!" lapor Bi Ana. ​Darian terkejut, ekspresinya langsung mengeras. Ia tahu ini adalah ancaman besar. "Evan?" gumamnya, suaranya mengandung bahaya. Ia mengangguk cepat, tangannya mengepal di samping tubuhnya. ​"Aku akan menemuinya, Bi," kata Darian, suaranya rendah dan tajam. Ia memberi peringatan kepada Bi Ana di dalam kantornya. "Ingat, Bi. Jangan bilang soal Amara. Aku tida

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 30: Liontin emas putih.

    ​Darian tiba di penthouse megah di Solterra sebelum matahari terbit. Udara subuh kota itu terasa dingin, tetapi Darian segera mandi dan berganti pakaian, menyingkirkan aroma lelah perjalanan. Meskipun jetlagnya menusuk, ia tidak bisa menunggu lama. Kebutuhan untuk melihat Amara dan menepati janjinya lebih mendesak. ​Tepat pukul 08.00, setelah Amara menyelesaikan ritual suntikan paginya, Darian mengetuk pintu. ​"Masuk," jawab Amara, yang sedang sarapan di sofa kecil di kamarnya. ​Amara segera meletakkan sendoknya, terkejut melihat Darian. Pria itu berdiri di ambang pintu, tampak rapi dengan kemeja oxford berwarna charcoal dan celana kain yang santai. Namun, kelelahan akibat perjalanan lintas benua terlihat jelas di bawah matanya. ​"Pagi, Amara. Aku kembali," sapa Darian. Suaranya rendah dan serak, tetapi kelembutan yang ia tunjukkan belakangan ini tetap terasa. "Bagaimana tidurmu setelah panggilan tadi malam?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status