"Ternyata Pak Arfan."Melihat Pak Arfan berjalan ke arah mereka, Ervan dan Vanessa dengan sopan berjabat tangan dengannya, lalu bertanya, "Apa Bapak sedang ada pertemuan bisnis dengan Pak Dylan?""Iya, Pak. Perusahaan Pak Dylan baru-baru ini punya beberapa proyek yang cukup menarik, jadi saya datang untuk bicara dengannya."Melihat Dylan dan Clara tetap berdiri di sana dan tidak mendekat, Ervan sempat terdiam sejenak, tapi tidak terlalu peduli.Arfan yang tidak tahu situasi di antara mereka, jadi merasa perilaku Dylan agak aneh.Sebagai seorang pengusaha, bahkan jika Dylan tidak kenal Keluarga Gori, bukankah tidak ada salahnya untuk datang dan sapa mereka serta dapat lebih banyak teman.Saat Vanessa dan Ervan tengah berbincang dengan Pak Arfan, Nenek Gori menyapa Pak Arfan, lalu bersama Rita berjalan menghampiri Clara dan Dylan.Dylan memandang Clara.Sementara Clara hanya memperhatikan mereka datang dan tidak bergerak.Nenek Gori berkata dengan ramah, "Clara, lama nggak jumpa."Tapi C
Lebih dari sepuluh tahun berlalu sejak kejadian itu, tapi dia masih ingat dengan jelas.Dia ingat dia pergi ke kamar mandi dengan sedih hari itu. Ketika kembali, dia melihat Nenek Gori memegang dua es krim di tangannya, itu dia beli untuknya dan Vanessa.Tapi salah satunya secara tidak sengaja terpotong akibat tersenggol seorang pelayan yang lewat sambil bawa nampan kotor, es krim itu pun jadi kotor.Vanessa segera memilih yang utuh.Nenek Gori malah mengusap kepalanya dan tersenyum. Dia tidak membuang es krim kotor itu atau ganti yang baru.Ketika dia kembali, neneknya menyerahkan es krim itu tanpa mengatakan sepatah kata pun tentang mengapa bisa terpotong.Dengan kemampuan keuangan Keluarga Gori saat itu, nenek tidak hanya mampu beli satu es krim lagi, tapi bahkan seribu atau sepuluh ribu.Tapi dia tetap tidak beli yang baru.Sejak saat itu, dia sadar dengan sangat jelas, perasaan Nenek Gori padanya telah berubah.Dia juga tidak akan pernah melupakan ekspresi jahat di wajah Vanessa
Setelah berjalan agak jauh, Pak Arfan tanya, "Apa ada salah paham antara Bu Clara dan Keluarga Gori?"Dylan dan Clara saling berpandangan, lalu Clara berkata, "Nggak ada, Pak."Itu memang bukan salah paham.Tapi Pak Arfan salah memahami maksudnya dan mengira memang tidak ada masalah antara Clara dan Keluarga Gori."Baguslah kalau nggak ada." Dia sangat optimis dengan Morti Group, jadi dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Mengingat Pak Edward sangat menghargai Bu Vanessa, Keluarga Gori pasti bakal naik ke puncak dalam sekejap. Kebanyakan orang nggak akan berani menyinggung Keluarga Anggasta, terutama Edward. Jadi, walau nggak gitu dekat dengan Keluarga Gori, sebaiknya jangan singgung mereka."Mendengar hal itu, Clara tersenyum. ‘Sungguh ironis.’Dia mungkin satu-satunya orang di dunia yang diberi tahu untuk berhubungan baik dan tidak menyinggung simpanannya karena suaminya terlalu sayang pada simpanannya itu.Mendengar hal itu, Dylan pun merasa tidak tahan.Dia berkata, "Morti Group ngg
Artinya, dia tidak akan hadir.‘Jadi untuk apa aku tanya lagi?’Jadi, sekarang dia tidak mengatakan sepatah kata pun dan menutup teleponnya.Edward tampaknya tidak menyadari Clara yang biasa selalu tanya padanya tiap tahun apa dia bisa menemaninya datang ke Keluarga Hermosa untuk rayakan ulang tahun neneknya, kali ini tidak lagi menanyakan pertanyaan itu padanya.Setelah Clara menutup telepon, dia kembalikan ponsel itu pada Elsa dan berkata, "Mama besok malam bakal pulang untuk jemput kamu ke rumah nenek buyut. Kamu harus dengarkan mamamu pada hari Sabtu, jangan kemana-mana."Elsa mengerutkan bibirnya. "Tapi..."Edward tidak mengatakan apa-apa, tapi hanya menatapnya dengan tenang.Melihat hal itu, Elsa menyadari tidak ada ruang untuk negosiasi, jadi dia berkata dengan enggan, "Iya, Yah."Edward memujinya, "Anak baik."Elsa cemberut dan tak tahan untuk berkata, "Tapi, aku pengen main sama Tante Vanessa hari Minggunya, Ayah harus temani aku bareng Tante Vanessa."Edward tersenyum. "Oke."
Elsa tidak menyadari ekspresi dingin di wajah Clara. Setelah mendengar apa yang dikatakan mamanya, dia merasa lega.Setelah pamannya beri hadiah pada Nenek Hermosa, Clara juga serahkan hadiahnya.Hal pertama yang diserahkannya adalah lukisan sulam. "Nenek Anggasta minta Edward siapkan hadiah lukisan sulam ini untuk Nenek."Nenek mengambilnya, membukanya dan memandanginya sejenak. Hadiah ini menyentuh hatinya. Dia sangat puas dan berkata, "Dia baik juga."Clara lalu menyerahkan perhiasan zamrud pada Nenek Hermosa. "Ini hadiah dari Edward untuk Nenek."Perhiasan zamrud itu kualitasnya sangat bagus.Nenek sangat menyukainya.Tapi karena Edward yang mengirimnya, dia hanya melihatnya sekilas, lalu menutupnya, menyingkirkannya, dan berkata dengan ringan, "Kelihatan bagus sekali, sampaikan terima kasih Nenek padanya."Mengenai apa Edward bakal datang rayakan ulang tahunnya hari ini atau tidak, dia tidak tanya sama sekali.Dia sudah terlalu malas tanya, tidak ingin tanya lagi.Clara tahu nenek
Beberapa orang hanya tidak ingin menyinggung Edward.Tapi beberapa orang memang ingin berteman dengan Keluarga Gori dan Keluarga Sanjaya.Gimanapun Keluarga Hermosa telah mengalami banyak kemunduran dalam beberapa tahun terakhir, sementara Keluarga Gori dan Keluarga Sanjaya dapat dukungan dari Edward. Jadi tentu sudah jelas siapa yang harus dipilih.Pak Herman lalu minta maaf pada Bagas dan pergi.Nenek Hermosa dan bibinya, Arini awalnya tidak terlalu memperhatikan.Tapi seiring makin banyaknya tamu yang datang silih berganti, dan saat acara perjamuan hendak dimulai, jumlah tamu yang hadir di aula perjamuan malah terus berkurang, tentu saja mereka mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Saat ini bahkan hanya beberapa meja yang terisi penuh, lebih dari separuh kursi di ruangan itu kosong, Nenek Hermosa dan Bibi Arini lalu datang dan bertanya dengan cemberut, "Kenapa ada gitu banyak tamu yang pergi? Apa yang terjadi?"Clara dan pamannya sempat tidak tahu harus jawab apa sete
Melihat tamu yang tak ada habisnya berdatangan, Nenek Sanjaya dan Mario Sanjaya sekeluarga semua tersenyum.Benar seperti yang dipikirkan Clara dan yang lainnya, mereka memang ingat ulang tahun Nenek Hermosa.Tidak, lebih tepatnya, karena dulunya setiap tahun mereka selalu merayakan ulang tahun Nenek Hermosa, mereka tentu tidak dapat melupakan hari ini.Jadi, mereka sengaja jadwalkan pesta pindah rumah di hari ini.Mereka masih marah karena saat mereka ingin pindah ke seberang Kediaman Keluarga Hermosa, Clara malah ikut campur dan minta bantuan Edward, yang akhirnya mengacaukan rencana awal mereka.Tapi Edward akhirnya beri kompensasi pada mereka.Jadi bisa dibilang mereka dapat berkah berkat itu.Memikirkan hal itu, dan mengingat mereka secara sengaja menetapkan hari ini sebagai hari pindah rumah, lalu ‘merebut’ semua tamu yang diundang Keluarga Hermosa, mereka merasa lebih baik.Diana merendahkan suaranya dan tertawa, "Mungkin sudah nggak banyak orang yang tersisa di pesta mereka se
Pada saat itu, Dani dan Gading juga datang.Melihat mereka, Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori serentak melangkah maju dan menghampiri.Gimanapun, keduanya memiliki status dan kedudukan yang luar biasa di ibu kota.Secara otomatis, mereka sangat menghormati mereka berdua.Diana pernah bertemu Dani sebelumnya.Ketika dia melihatnya lagi hari ini, wajahnya langsung bersemu merah.Melihat ekspresi penuh cinta dari putrinya, Fani pun ikut tersenyum.Keluarga Nainggolan, seperti Keluarga Anggasta, juga merupakan keluarga kaya kelas satu. Dani juga unggul dalam semua aspek. Melihat Diana menyukai Dani, Keluarga Sanjaya tentu saja senang.Pertama, ada Vanessa dan Edward. Lalu, ada Diana dan Dani. Yang pertama sudah pasti akan berhasil. Jika yang terakhir juga berhasil, maka Keluarga Sanjaya kelak pasti akan sangat dihormati di ibu kota.Memikirkan hal itu, Keluarga Sanjaya menjadi lebih antusias saat menghadapi Dani dan Gading.Tapi Vanessa malah mengerutkan kening saat melihat sikap keluarga
Setelah makan dan menonton film, ketika melewati arena permainan arkade, Elsa teringat dia sudah lama tidak bermain gim dengan Clara, jadi dia menarik Clara ke tempat permainan itu.Berbelanja, makan, menonton film, dan bermain gim di arkade sebenarnya adalah kegiatan yang cukup umum bagi Elsa.Tetapi dia sudah lama sekali tidak pernah keluar bermain bersama Clara, dan dia sangat bersenang-senang meskipun itu merupakan kegiatan yang sangat biasa.Clara dan Gunawan sudah membuat janji untuk makan bersama nanti malam.Setelah keluar dari arena permainan, Clara ingin mengantar Elsa pulang dulu ke rumah Keluarga Hermosa sebelum pergi ke tempat pertemuan.Elsa tidak ingin meninggalkan Clara, jadi dia memegang tangannya dan cemberut, "Apa Mama nggak bisa mengajakku?"Clara berpikir.Gunawan mengajaknya keluar hanya untuk makan bersama, tidak ada yang penting.Seharusnya tidak masalah bawa Elsa.Memikirkan hal itu, Clara menelepon Gunawan dan bertanya apakah dia keberatan jika Clara bawa anak
Pada hari berikutnya.Ketika Clara selesai sarapan dan naik ke kamar, Elsa sedang melakukan panggilan video dengan Edward.Melihatnya kembali, Elsa mendongak dan berteriak, "Ma!""Iya."Clara menanggapi dan menyalakan komputer.Di ujung telepon lainnya, Edward bertanya, "Apa rencanamu hari ini?"Elsa berbaring di tempat tidur dan berkata dengan gembira, "Aku mau nonton film. Aku dan Mama bakal pergi ke bioskop nanti siang!"Clara memperhatikan materi-materi yang telah disortirnya kemarin dengan penuh konsentrasi.Setelah beberapa saat, Elsa datang sambil membawa ponselnya, "Ma, Ayah suruh aku berikan ponsel ini ke Mama."Clara berhenti sejenak, mengambilnya, dan melirik Edward di seberang telepon. Dia tidak ingin melakukan panggilan video dengannya, jadi dia meletakkan telepon di atas meja, menghadapkan kamera ke langit-langit, dan bertanya, "Ada apa?"Edward berkata, "Beberapa hari ini, Elsa aku titipkan ya."Clara tidak menjawab, matanya masih tertuju pada komputer, mengetik di keybo
Clara tidak punya pilihan lain selain mengulurkan tangan dan memeluknya untuk mencegahnya terjatuh.Namun, begitu dia memeluknya, aroma parfum Vanessa sekali lagi menembus hidungnya.Dia mengambil tas sekolahnya dan meletakkannya di sofa di sampingnya. Saat dia hendak berlari ke tempat tidur, dia menghentikannya dan bertanya, "Apa kamu sudah mandi?""Sudah."Setelah mandi pun masih ada aroma Vanessa di tubuhnya, itu berarti Vanessa tinggal bersamanya dan Edward, atau Edward dan Vanessa yang mengantarnya ke sini bersama.Mereka tidak pernah mengantarnya ke sini bersama-sama sebelumnya.Clara berkata dengan tenang, "Bajumu kotor, ganti dulu pakaianmu."Elsa ingat dia berlari-lari setelah mandi dan sedikit berkeringat.Dia mengangguk dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.Clara melanjutkan pekerjaannya.Elsa mengganti pakaiannya dan keluar dari kamar mandi. Dia mengeluarkan lentera kelinci kecil dari tas sekolahnya dan berkata, "Ma, lihat lentera kecil ini!"Clara melihatnya
Clara pindah restoran dan baru saja mulai makan ketika ponselnya berdering dua kali.Itu pesan yang dikirim oleh Raisa.Clara mengkliknya dengan santai dan menemukan Raisa telah mengiriminya dua foto.Orang-orang dalam foto itu adalah Edward dan Vanessa.Dia mengerutkan bibirnya, tidak melihat dengan seksama, lalu menutup pesannya.Setelah itu, Raisa langsung meneleponnya.Clara berpikir sesaat, lalu berdiri dan keluar untuk menjawab panggilan, "Raisa.""Clara, apa kamu sudah lihat dua foto yang baru saja kukirim?"Clara hanya melihat satu, masih ada satu lagi yang belum dilihatnya dan dia tidak berminat untuk melihatnya.Namun dia berkata, “Iya, sudah.”Raisa berkata, "Temanku kirim foto pertama semalam, katanya dia lihat mereka di hotel. Dasar, itu pas malam liburan, dan mereka benar-benar pergi ke hotel untuk pesan kamar? Sungguh nggak tahu malu!"Ekspresi Clara tidak berubah, dia bahkan tidak mengerutkan kening, dia hanya berkata "Iya." dengan ringan."Yang kedua bahkan lebih menji
Saat itu, sudah hampir tengah hari.Mereka tidak berminat memasak saat tiba di rumah.Walaupun sebenarnya tidak ada seorang pun yang berminat untuk makan siang.Tetapi, mereka tetap harus makan.Clara berkata, "Ayo kita makan di luar."Nenek Hermosa mengangguk, "Iya. Terserah kamu saja, Clara."Setelah tiba di restoran dan memarkir mobil, Clara, Bagas dan yang lainnya melihat Keluarga Gori dan Keluarga Sanjaya segera setelah mereka keluar dari mobil.Mereka juga datang ke sana untuk makan.Namun, saat mereka tiba, seseorang yang mengenali Vanessa dan Ervan, dan menghampiri mereka dengan antusias untuk berbicara, ingin mengundang mereka makan bersama.Keluarga Gori dan Sanjaya juga melihat Clara dan keluarganya.Nenek Sanjaya memandang mereka sambil mencibir.Rita hanya melirik sekilas lalu mengalihkan pandangannya.Vanessa pun sama, pada dasarnya dia memperlakukan Keluarga Hermosa seolah-olah mereka tidak ada dan tidak peduli pada mereka sama sekali.Pada saat itu, manajer restoran kel
Keluarga Clara tidak memiliki kebiasaan begadang semalaman untuk liburan tahun baru. Ketika Clara, Sandy dan Rana sampai di rumah, Nenek Hermosa dan yang lainnya sudah tertidur.Tepat tengah malam ketika Clara naik dan kembali ke kamarnya.Ponselnya berdering beberapa saat.Dylan, Dani, dan beberapa mitra yang memiliki hubungan baik dengannya dan Morti Group, yaitu Gunawan dan Henry, semuanya mengirimkan ucapan selamat liburan tahun baru padanya.Clara membaca pesan semua orang, termasuk Dani, dia membalas satu per satu, dan juga berinisiatif untuk mengirimkan ucapan selamat liburan kepada Prof Nian dan Raisa.Pada saat itu, Gunawan mengirim pesan lain, menanyakan apakah dia punya waktu luang. Dia berkata bahwa dia lumayan sibuk beberapa saat ini, jadi belum sempat berterima kasih dengan benar, kebetulan dia punya waktu luang beberapa hari ini, jadi dia ingin mentraktirnya makan.Setelah berbicara dengan Gunawan, Clara meletakkan ponselnya dan pergi ke kamar mandi.Meskipun tetap menya
Setelah Clara, Sandy dan Rana selesai menyalakan kembang api, mereka berpamitan kepada Nenek Hermosa dan yang lainnya lalu pergi keluar.Mereka akan pergi ke Pusat Menara Pemancar.Pusat Menara Pemancar merupakan tempat yang sangat bagus untuk menyaksikan pemandangan malam seluruh ibu kota.Pada malam liburan tahun baru, akan ada pertunjukan lampu yang indah dan pertunjukan lainnya.Ketika mereka tiba di sana, sudah banyak orang berkumpul.Terdengar tawa di mana-mana.Saat itu pertunjukan lampunya belum dimulai.Beberapa teman sekelas Rana telah membuat janji untuk melewati liburan tahun baru bersama di sana malam itu.Setelah mereka tiba beberapa saat, Rana bertemu dengan teman-temannya.Melihat dia dan Sandy, teman-teman sekelas Rana mengikutinya dan memanggil mereka ‘Kakak’. Kemudian mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak melirik Clara dan berkata kepada Rana, "Kakak-kakakmu semuanya cantik-cantik ya! Sangat cantik!"Rana menjawab, “Tentu saja!”Beberapa anak muda bermain-main,
Dani baru saja menutup telepon ketika Tania berlari ke arahnya lagi, memegang lentera kecil, "Om, aku mau menelepon video dengan Elsa!"Dani berpikir sejenak sebelum berkata, "Oke."Panggilan video dilakukan dan Elsa segera mengangkat telepon.Begitu dia mengangkat telepon, Tania dengan senang hati berbagi dengannya, "Elsa, lihat ini, aku punya lentera kecil!"Khawatir Elsa tidak bisa melihat dengan jelas dalam video, Tania meminta Dani untuk memegangi ponselnya lagi. Dia lari sambil membawa lentera kecil itu dan memperlihatkan lenteranya secara utuh.Dani dan Tania sedang berada di taman kecil. Cahaya di taman agak redup, sehingga lenteranya semakin terlihat jelas.Elsa menatapnya, tetapi sebelum dia sempat bereaksi, Tania berlari kembali dan berkata, "Ini hadiah Tahun Baru yang diberi tanteku. Lenteranya bagus dan lucu, ‘kan?"Elsa tidak dapat mengingat banyak hal yang terjadi dua atau tiga tahun lalu.Namun saat dia melihat Tania memegang lentera itu, beberapa gambaran terlintas di
Elsa menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tersambung."Edward memeluknya, mengusap dahinya dengan ujung jarinya, menatap alis dan mata gadis itu yang mirip dengannya, "Apa kamu masih nggak senang walaupun tersambung?"Elsa mengerutkan kening, "Senang, tapi..."Aku sudah lama tidak menelepon mama. Setelah berbicara dengannya, dia merasa sangat senang, tetapi...Edward berkata, "Tapi apa?"Elsa berkata dengan suara tertahan, "Tapi Mama seperti nggak terlalu senang.""Kedengarannya agak serius? Tapi..." Edward menopang dagunya dan tersenyum, "Mungkin kamu sudah lama nggak bertemu mama dan sangat merindukannya. Saat mama selesai bekerja, dia akan menghabiskan lebih banyak waktu denganmu."Elsa mengangguk, tetapi berkata dengan tidak senang, "Tapi mama sangat sibuk. Mama bilang baru bisa menemaniku bulan depan...""Kalau begitu, Ayah akan menemanimu sampai bulan depan.""Oke."Elsa juga lelah. Setelah mengobrol sebentar, dia menguap, turun dari pelukannya, dan kembali ke kamarnya untuk ber