Share

Bab 3

Author: Elenor
Farel adalah salah satu sekretaris pribadi Edward.

Melihat surat pengunduran dirinya, dia tentu terkejut.

Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu hubungan Edward dengannya.

Semua orang dekat Edward tahu, Edward tidak menyukainya.

Setelah nikah, Edward sangat dingin pada Clara, bahkan juga jarang pulang ke rumah.

Agar bisa mendekati Edward, Clara pun bekerja di Anggasta Group.

Tujuan awalnya adalah menjadi sekretaris pribadi Edward.

Tapi Edward tidak setuju.

Meski kakeknya memintanya, pria itu tetap kukuh dengan pendiriannya.

Pada akhirnya, Clara terpaksa harus puas berada di divisi sekretariat menjadi salah satu sekretaris biasa Edward.

Awalnya, Farel khawatir Clara akan mengacaukan divisi sekretariat.

Tapi nyatanya, sungguh di luar dugaan.

Meski Clara menggunakan posisinya untuk mendekati Edward, tapi dia juga paham situasi, tidak akan bertindak keterlaluan.

Sebaliknya, mungkin agar Edward terkesan, Clara sangat serius dalam bekerja, kemampuannya sangat menonjol. Baik saat hamil, melahirkan atau situasi lainnya, dia selalu mematuhi peraturan perusahaan, tidak pernah meminta perlakuan khusus.

Beberapa tahun kemudian, Clara menjadi kepala di divisi sekretariat.

Farel tahu betul bagaimana perasaan Clara terhadap Edward.

Sejujurnya, dia tidak menyangka Clara akan mengundurkan diri.

Dia juga tidak percaya wanita itu akan mengundurkan diri dengan sukarela.

Dia bisa mengundurkan diri kali ini, mungkin karena terjadi sesuatu antara Edward dan Clara yang tidak diketahuinya, hingga Edward meminta Clara untuk mengundurkan diri.

Kinerja Clara sangat baik, tapi meski sangat disayangkan, Farel tetap harus bersikap profesional: “Aku terima surat pengunduran ini. Aku bakal atur orang buat ambil alih pekerjaanmu secepat mungkin.”

“Baik.”

Clara mengangguk, lalu kembali ke tempat kerjanya.

Setelah sibuk seharian, Farel lantas memberi laporan perusahaan secara langsung pada Edward melalui panggilan video.

Saat hampir selesai, tiba-tiba dia teringat pengunduran diri Clara: “Oh iya Pak, mengenai —”

Meski dirinya berkata pada Clara akan secepat mungkin mengatur seseorang untuk mengambil alih pekerjaannya, tapi Farel tetap harus minta pendapat Edward tentang kapan Clara boleh pergi dari perusahaan.

Semisal Edward ingin mulai besok, Farel akan mengaturnya segera.

Tapi saat ingin menyampaikannya, dia teringat saat Clara bergabung dengan perusahaan untuk pertama kalinya, Edward menegaskan, segala hal yang berhubungan dengan Clara di perusahaan harus ditangani sesuai dengan peraturan perusahaan, tidak perlu melaporkan secara khusus pada Edward.

Edward tidak akan memedulikan wanita itu.

Kenyataannya memang begitu.

Selama bertahun-tahun, di dalam perusahaan, Edward tidak pernah bertanya tentang Clara.

Tiap kali melihat Clara, Edward selalu memperlakukannya layaknya orang asing.

Dalam beberapa tahun terakhir, kinerja Clara luar biasa, jadi dua tahun lalu mereka berencana akan mempromosikan Clara, hanya saja saat mengingat Edward tidak menyukai Clara, mereka sengaja membahasnya di depan pria itu.

Dengan maksud jika dia tidak senang, mereka tidak akan mempromosikannya.

Saat mendengar itu, Edward langsung mengerutkan keningnya, lalu dengan kesal kembali menegaskan, dia tidak akan ikut campur, atasi saja sesuai aturan perusahaan.

Dia juga menambahkan bahwa semua hal berhubungan dengan Clara di perusahaan ini, tidak perlu tanya padanya.

Melihat Farel tidak berbicara, Edward mengerutkan keningnya: “Ada apa?”

Farel buru-buru saat tersadar dari lamunannya, dan menjawab: “Nggak apa.”

Karena masalah pengunduran diri Clara sudah diketahui Edward, tapi Edward tetap tidak mau mendiskusikannya dengannya, berarti bagi Edward hal ini tidak penting.

Dia hanya perlu bertindak seperti biasa, atasi sesuai aturan perusahaan.

Memikirkan ini, Farel pun tak lagi berkata apa-apa.

Edward mengakhiri panggilan video.

….

“Lagi mikirin apa?”

Siang harinya, seorang rekan kerja tiba-tiba menepuk bahu Clara.

Clara pun tersadar dari lamunannya, lalu tersenyum sembari menggelengkan kepalanya: “Nggak mikirin apa-apa.”

“Hari ini nggak telepon putrimu?” tanya rekan itu.

“Ya, nggak perlu lagi.”

Biasanya dia akan menghubungi putrinya dua kali dalam sehari.

Sekali pada pukul satu dini hari, dan sekali lagi sekitar pukul dua belas siang.

Semua rekan di kantornya tahu tentang hal ini.

Hanya saja, mereka tidak tahu bahwa ayah dari putrinya itu adalah pimpinan tertinggi di perusahaan mereka bekerja.

Sepulang kerja, Clara pergi ke pasar membeli sedikit sayuran dan beberapa pot tanaman untuk dibawa pulang.

Selesai menyantap makan malam, dia mulai mencari informasi terkait pameran teknologi.

Setelah melihatnya, Clara langsung menelepon seseorang: “Untuk pameran teknologi bulan depan, siapkan satu tiket.”

“Kamu yakin?” jawab orang itu dengan nada dingin: “Sudah dua kali kamu ngomong begitu, tapi kamu nggak pernah datang, tiket yang diidamkan semua orang itu kamu biarkan berakhir sia-sia.”

Pameran tahunan sains dan teknologi Negara Marola merupakan acara besar dalam industri teknologi, tidak semua orang bisa mendapatkan tiket masuk untuk pameran tersebut.

Perusahaan mereka juga mendapatkan beberapa kuota untuk menghadiri pameran tersebut, dan ada begitu banyak pegawai handal yang ingin hadir.

Bagi mereka, setiap kuota yang diberikan sangatlah berharga.

“Kalau kali ini nggak datang lagi, aku nggak akan minta lagi.”

Pria itu hanya terdiam, lalu mematikan telepon.

Tapi Clara tahu, ini artinya pria itu setuju.

Senyum merekah terpancar di wajah Clara.

Sebenarnya, dia belum bilang, bahwa dia ingin kembali ke perusahaan.

Sebagai mitra di perusahaan itu, Clara memilih untuk menikah dan memiliki anak ketika perusahaan baru saja berdiri, dia mengundurkan diri dari perusahaan, dan memilih fokus pada keluarga, tentu saja rencana pengembangan perusahaan mereka jadi terganggu, hingga membuat perusahaan kehilangan banyak peluang.

Semua orang kesal dan marah padanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, bisa dibilang mereka tidak pernah saling berkomunikasi.

Clara memang ingin kembali ke perusahaan itu, tapi setelah menikah dia hanya fokus pada keluarga.

Jadi bisa dibilang dia sudah terlalu lama meninggalkan lingkaran itu.

Clara khawatir jika kembali ke perusahaan tanpa persiapan apa pun, dia tidak akan mampu mengimbangi ritme mereka.

Oleh karena itu, dia berencana meluangkan waktu untuk memahami situasi industri terkini, sebelum akhirnya membuat keputusan final.

Dalam beberapa hari berikutnya, Clara bekerja sebagaimana mestinya, lalu sepulang kerja dia menyibukkan diri dengan urusannya.

Clara tidak lagi menghubungi putrinya dan juga Edward.

Begitu pula sebaliknya.

Mengenai ini sih, Clara tentu tidak terkejut lagi.

Sejak setengah tahun lalu, menghubungi mereka sudah menjadi keinginannya sepihak.

Mereka hanya terpaksa menerimanya saja.

…..

Negara Latvin.

Saat ini Elsa mempunyai kebiasaan baru yaitu menelepon Vanessa di pagi hari.

Hari ini sama seperti sebelumnya, begitu terbangun, dia langsung menelepon Vanessa.

Namun setelah mengobrol sebentar dengan Vanessa, terdengar suara sesenggukan.

Itu dikarenakan Vanessa memberinya kabar buruk.

“Tante Vanessa mau pulang ke Marola!”

Elsa merasa sangat sedih, selesai mengobrol dengan Vanessa, dia segera menelepon Edward:

“Halo Ayah, apa Ayah tahu soal ini?”

Di dalam perusahaan, Edward membolak-balik dokumen: “Tahu.”

“Kapan Ayah tahu?”

“Sudah lama.”

“Ayah! Ayah jahat banget… ” Elsa tampak memeluk boneka kuda poni dan menangis sedih: “Kenapa aku nggak dikasih tahu? Aku nggak mau Tante Vanessa pergi, aku juga nggak mau sekolah di sini kalau nggak ada Tante Vanessa, aku mau pulang, huhuhu... “

Edward lantas berkata dengan tenang: “Semua sudah diproses.”

Elsa tidak mengerti: “Apa, apa maksudnya?”

“Minggu depan kita pulang ke Marola.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Acenk Koplink
bagus ceritanyaaa cakeppp
goodnovel comment avatar
Asep Asep
penasaran sekali
goodnovel comment avatar
Evi Zakiah
penasaran cerita selanjutnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 4

    Elsa langsung melompat dari atas kasur sambil menyahut, “Beneran, Yah?”“Ya.”“Tapi kenapa tadi Tante Vanessa nggak kasih tahu aku?” “Ayah baru memutuskannya, belum sempat memberitahunya.”Elsa kegirangan: “Kalau gitu Ayah jangan kasih tahu Tante Vanessa, setelah pulang, kita kasih kejutan buat Tante Vanessa oke?!” “Ya.”“Ayah memang yang terbaik! Sayang banget deh!”Setelah telepon ditutup, Elsa masih tampak kegirangan, bernyanyi dan melompat di atas kasur.Setelah beberapa saat, tiba-tiba dia teringat Clara.Beberapa hari terakhir, ibunya tidak menelepon, jadi suasana hatinya sangat bagus.Sebenarnya, agak tidak ngobrol dengan ibunya di telepon, beberapa hari lalu dia sengaja keluar rumah lebih awal, sepulang sekolah dia bahkan sengaja menaruh ponselnya jauh-jauh atau bahkan mematikannya.Setelah dua hari melakukannya, Elsa menghentikannya, dia khawatir ibunya akan marah jika mengetahuinya.Tapi tidak disangka, selama beberapa hari berikutnya ibunya tak kunjung meneleponnya.Awalny

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 5

    Dalam kurun waktu terakhir ini Dylan dan Clara memang jarang sekali bertemu.Tapi meski begitu, Dylan bisa melihat perubahan besar dalam diri Clara, semangat tinggi dan kuat yang dulu dia miliki sudah hilang begitu saja.Saat teringat akan sosok Clara saat itu, Dylan tidak pernah menyangka sikap rendah diri akan menempel pada wanita itu.Dylan tidak tahu banyak tentang kehidupan pernikahan Clara dan Edward.Hanya sekelumit saja yang dia ketahui.Sebenarnya ada beberapa dugaan dalam hatinya, tapi dia memilih untuk tidak mengatakannya, hanya berkata padanya dengan serius: “Nggak masalah kalau kamu pernah terpuruk dalam hidupmu, tapi kamu harus tahu, kemampuan dan bakatmu berbeda dari jenius biasa. Clar, asalkan kamu punya tekad, belum terlambat untukmu memulainya sekali lagi.”“Lalu, jangan lupa, kamu itu murid terbaik yang pernah dosenmu ajarkan.”Mendengar ini, Clara tersenyum: “Kalau dosen kita dengar ucapanmu, mungkin dia akan mencibir, bilang kalau itu semua karena muridnya yang lai

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 6

    Keesokan harinya.Setibanya di perusahaan, Edward berpapasan dengan Clara.Clara tidak tahu tentang kepulangan Edward dan Elsa ke Marola.Bertemu tiba-tiba dengan Edward di perusahaan, membuat langkah kaki Clara terhenti sejenak.Ada sedikit keterkejutan di mata Edward saat melihat Clara. Namun, dia hanya mengira Clara baru saja tiba dari perjalanan dinasnya. Yah, pria itu tidak berpikir macam-macam.Ekspresi wajah Edward tampak datar, menganggap Clara layaknya orang asing. Dia berjalan melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam perusahaan.Jika itu dulu, mungkin Clara akan senang saat mengetahui Edward kembali ke Marola. Meski tak bisa memeluknya, Clara akan merasa bahagia hanya dengan menatapnya, seolah dalam dunianya hanya ada Edward seorang. Sekalipun sikap pria itu dingin terhadapnya, Clara tetap akan menyapanya dengan ‘selamat pagi’.Namun kini, Clara hanya menatap wajah tampan itu sekilas lalu menundukkan pandangannya. Antusias dan kebahagiaan sebelumnya sudah tidak terpancar d

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 7

    Dua rekan kerja di samping Clara terlihat mundur hingga ke dinding sambil melirik Vanessa.Vanessa juga menatap ke arah Clara.Namun kemudian, dia mengalihkan pandangannya dengan dingin. Dia menganggap Clara hanya sebagai angin lalu. Dia pun memasuki lift dengan masih ditemani para eksekutif.Begitu pintu lift tertutup, dua rekan kerja Clara menghela napas lega. Mereka mulai bergosip dengan penuh semangat.“Harusnya cewek barusan itu pacar Pak Edward, ‘kan? Astaga, cantik banget, yang dipakai barang bermerek semua, pasti mahal, tuh! Wajar sih anak ‘horang’ kaya. Auranya beda sama kita-kita, sikapnya juga tenang dan percaya diri.”“Ya, aku juga merasa seperti itu!”Sambil berbincang-bincang, mereka bertanya lembut pada Clara, “Clar, gimana menurutmu?”“Ya,” ucapnya singkat dan datar sembari menundukkan pandangannya.Vanessa sebenarnya adalah anak haram dari ayah Clara.Menyebut Vanessa sebagai anak haram mungkin kurang pas.Bagaimanapun, saat Clara berusia delapan tahun, ayah bersikeras

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 8

    “Ada apa?” tanya teman di sampingnya.“Sepertinya aku kenal sama dia,” jawab Gading sedikit ragu.Mereka sejak kecil selalu bersama. Dia tahu tentang Clara yang suka pada Edward.Kalau boleh jujur, Clara sangat cantik, tapi juga sangat pendiam. Cantiknya Clara hanya kecantikan biasa, tidak ada yang spesifik. Wanita seperti itu bukanlah kriteria yang Edward sukai.Edward selalu menjaga jarak dengan Clara. Begitu juga mereka, para sahabat Edward. Mereka juga tidak terlalu memerhatikan Clara.Mereka tidak sering bertemu dengan Clara. Bertemu pun, mereka malas untuk sekadar menyapanya.Sebenarnya, mereka bahkan tidak begitu ingat perawakan Clara. Gading masih ragu dengan apa yang dilihatnya barusan.Namun, meski wanita barusan benar-benar Clara, dia juga tak memedulikannya.Tanpa berkata-kata lagi, dia kembali masuk ke dalam ruangan.….Clara tidak memerhatikan Gading.Begitu keluar restoran, dia langsung membawa Raisa pulang. Malam itu, dia pun harus menginap di rumah Raisa untuk menjagan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 9

    Wajah Rio tampak emosional, sikapnya pun menjadi dingin. Dia merasa Clara ingin mendapatkan perlakuan khusus karena statusnya.“Bu Clara, mohon jaga sikapmu dan tetap bekerja secara profesional. Kamu pikir ini rumahmu?” ucap Rio dengan nada tinggi.Sikap Clara tidak berubah, dia pun mengambil tasnya sambil berkata, “Kalau kamu nggak suka, pecat saja aku sekarang.”“Kamu!”Sebelum ini, Rio sempat mendampingi Edward ke Latvin. Sebagai sekretaris pribadi, dia tahu soal pengajuan pengunduran diri Clara. Meski termasuk orang kepercayaan Edward, dia tidak berhak begitu saja memutuskan memecat Clara.Terlebih lagi nenek Keluarga Anggasta sangat menyukai Clara. Masalah akan semakin panjang jika Clara mengadu pada nenek Keluarga Anggasta. Meski yakin Edward akan melindunginya, dia tetap akan dirugikan.Clara tak memedulikan Rio dan berjalan melewatinya begitu saja.Rio yang merasa diabaikan semakin emosional. Dia meninggalkan divisi sekretariat dengan kesal.“Ada masalah apa?” tanya Farel saat

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 10

    Namun, Edward tak begitu memikirkannya dan hanya mengira Clara sedang berkunjung ke kediaman Hermosa saja.Saat memasuki kamar mandi, tiba-tiba dia teringat kebiasaan Clara yang sering membawa Elsa ketika berkunjung ke sana.Tapi hari ini dia malah tidak membawa Elsa.Apa mungkin Clara bukan ke Kediaman Hermosa?Ah, masa bodoh, mungkin terjadi sesuatu di sana.Dia semakin yakin dengan hal itu ketika teringat ucapan Rio di kantor sore tadi.Kakinya memang sempat terhenti, tapi dia tidak peduli.Keesokan paginya, sambil menyantap sarapannya, Edward berkata pada Elsa, “Semua berkas kepindahanmu sudah selesai, besok pagi langsung ke sekolah untuk daftar ulang.”“Ya, Ayah.” Elsa mengernyitkan hidungnya kemudian lanjut berkata, “Apa Ayah besok bisa mengantarku ke sekolah?”“Ayah belum tentu punya waktu.” jawab Edward.“Ya sudah.” Elsa tampak memutar matanya seolah sedang memikirkan sesuatu. Tak lama, matanya pun berbinar dan berkata dengan kegirangan, “Aku telepon Tante Vanessa saja. Minta d

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 11

    Clara seakan ingin tertawa saat mendengarnya.Faktanya, Vanessa dan Edward mengenal satu sama lain setelah dirinya dan Edward menikah.Vanessa tentu tahu hubungan Edward dan dirinya. Clara tidak percaya Ervan tidak tahu kalau Edward adalah suami dari putrinya yang lain.Yah, Ervan pasti tahu!Namun, tanpa perasaan malu sedikitpun, pria itu justru berusaha menjodohkan Vanessa dan Edward.Terlihat jelas sekali bukan, betapa acuhnya perasaan Ervan terhadap putri kandungnya sendiri.Edward mengangguk tanda setuju.Setelah berbasa-basi sebentar, Ervan dan Edward berpisah. Edward tampak menunggu Ervan menaiki mobil. Setelah mobil itu pergi, barulah kemudian dirinya naik ke mobil dan pergi.Kalau melihat status dan kedudukan Edward saat ini, hanya sedikit orang saja di Keluarga Anggasta yang bisa membuatnya sampai bertindak sejauh ini.Lagi-lagi jelas sekali terlihat, Edward sangat menghormati Ervan.Bukan apa-apa, alasannya hanya satu, Ervan adalah ayah dari Vanessa.Saat memikirkannya, Clar

Latest chapter

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 260

    Pembicaraan kerja sama dengan Pak Markus berjalan sangat lancar.Dua hari kemudian, kedua pihak menandatangani kontrak, dan Pak Markus sudah punya rencana lain, jadi dia meninggalkan kantor Morti Group.Setelah seharian kelelahan, Clara dan Dylan kembali ke ruang konferensi dan minum beberapa minuman hangat. Tepat saat mereka sedang beristirahat, Sarah datang dan meletakkan setumpuk tebal undangan di hadapan mereka sambil berkata, "Ini semua undangan ke pesta koktail akhir tahun yang kita terima dalam beberapa hari terakhir."Setidaknya ada tiga puluh undangan di sini.Undangan yang dikirim oleh Doni, Dani, Anggasta Group dan X-Tech juga ada di antaranya.Clara dan Dylan melihat dan menemukan Keluarga Gori juga telah mengirim undangan.Pada undangan yang mereka kirim, selain Dylan, nama Clara juga tertulis di sana.Dylan duduk di depan meja konferensi, memegang undangan yang dikirim oleh Keluarga Gori dan tersenyum, "Tampaknya perusahaan kita cukup menarik."Dibandingkan perusahaan mer

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 259

    Namun, Ervan dan yang lainnya sudah berbalik dan naik ke lantai atas, dan tidak melihat Dylan yang baru saja keluar dari mobil.Dylan menarik kembali pandangannya dan bergegas menghampiri Pak Markus.Setelah memberi salam kepada Pak Markus, mereka hendak naik ketika Edward tiba.Begitu dia turun dari mobil, Pak Markus melihatnya dan berkata dengan heran, "Pak Edward!"Edward melihat Clara dan Dylan, ekspresinya tidak berubah, dan dia menjabat tangan Pak Markus yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum tipis, "Kapan Pak Markus sampai ke ibu kota?""Baru saja sampai." Pak Markus berkata sambil tersenyum, "Pak Edward terakhir kali bilang kita bisa makan malam bersama saat senggang. Kapan Pak Edward punya waktu? Bagaimana kalau malam ini..."Edward berkata, "Saya sibuk hari ini, bagaimana kalau lusa?""Oke, kalau begitu lusa."Melihat Edward dan Pak Markus mengobrol, Dylan mengerutkan bibirnya dan berbisik, "Baru setengah bulan merasa tenang, aku nggak sangka ketemu mereka lagi hari ini."

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 258

    Tepat saat dia hendak maju untuk menyambut tamunya, dia melihat sosok yang dikenalnya muncul di belakang orang itu.Ketika melihat Ervan, ekspresi Clara tetap tidak berubah.Ervan tidak melihatnya, namun seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan belas tahun di sampingnya melambaikan tangan dengan gembira ke arah seberang pintu keluar, "Mama, Kakak, ayah dan aku ada di sini!"Mendengar perkataan anak laki-laki itu, Clara tiba-tiba berhenti dan menyadari siapa dia.Saat menoleh untuk melihat, dia melihat Rita dan Vanessa seperti yang diduga.Rita dan Vanessa tersenyum, Andrew Gori berlari ke arah mereka dengan antusias.Pada saat itu, Markus Solari, mitra Morti Group, datang sambil tersenyum dan menyapanya terlebih dahulu, "Bu Clara."Clara mengendurkan kedua telapak tangannya yang terkepal, mengalihkan pandangannya, tersenyum dan menjabat tangan pria itu, "Pak Markus."Pada saat itu, Rita, Ervan dan yang lainnya akhirnya melihat Clara.Ervan mengerutkan kening.Senyum Rita sedikit

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 257

    Tepat saat dia memikirkan hal itu, Dani melihat mobilnya dan berjalan ke arahnya.Clara perlahan menurunkan jendela mobilnya, "Pak Dani."Dani berkata, "Selamat pagi."Clara mengangguk, "Selamat pagi." Kemudian dia bertanya, "Pak Dani, ada apa pagi-pagi ke sini?"Sebenarnya tidak ada yang akan dilakukan Dani di sini.Dia hanya mengingat tebakannya kemarin malam...Dia berkata, "Sabtu malam lalu, aku melihatmu, Pak Dylan, dan Prof Nian di pintu masuk restoran."Clara mendengarkan, dan sebelum dia bisa bereaksi mengapa Dani tiba-tiba berkata seperti itu, dia mendengar Dani bertanya, "Kamu juga murid Prof Nian, ‘kan?"Clara tertegun, mengerutkan kening dan menatapnya, "Kamu..."Dani melihat jawabannya dari reaksi Clara.“Jadi, kedua proyek Morti Group ini juga dikembangkan olehmu, ‘kan?”Clara mengerutkan bibirnya, "Kamu kenapa...""Satu pertanyaan terakhir." Dani berkata, "Bahasa pemrograman CUAP Morti Group juga diciptakan olehmu, ‘kan?"Meskipun dia tidak menguasai bahasa pemrograman a

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 256

    Dylan mengusap pelipisnya yang sakit, matanya hampir tidak bisa terbuka, "Aku tahu kamu pasti belum tidur!""Aku mau turun untuk sarapan sekarang. Kita ngobrol lagi nanti?"Mata Dylan perih, dia duduk di kursi dengan wajah nggak semangat, tetapi nadanya sangat bersemangat, "Tentu saja, kita harus bicara!"Inspirasi sangatlah cepat berlalu.Tentu saja harus segera dibicarakan saat inspirasi itu masih hangat."Oke."Setelah sarapan, Clara hendak melakukan obrolan video dengan Dylan ketika Willy menelepon."Saya baru saja menerima telepon dari pengacara Pak Edward. Sertifikat properti untuk tiga rumah yang diberikan Pak Edward pada Ibu beberapa waktu lalu telah diproses. Saya akan pergi dan mengambil sertifikat properti itu nanti. Kapan Bu Clara punya waktu untuk datang dan mengambilnya? Kalau Anda nggak punya waktu, kita bisa membuat janji nanti dan saya akan mengirimkan sertifikatnya kepada Ibu."Clara hampir lupa tentang itu.Pikirannya tidak tertuju pada masalah itu sekarang.Setelah

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 255

    "Dani?"Edward, Gading dan yang lainnya terkejut ketika mereka melihatnya berdiri tiba-tiba.Melihat dia yang tampak agak aneh, lalu bertanya, "Ada apa?"Dani tiba-tiba tersadar, tatapannya jatuh pada Edward dan Vanessa, lalu dia perlahan menggelengkan kepalanya, "Nggak apa-apa."Setelah itu, dia duduk kembali.Diana berkata, "Kak Dani, aku..."Dani tampaknya tidak mendengar, dia menoleh untuk berbicara kepada Tania dengan suara lembut, "Tania, apa kamu haus? Mau minum?"Tania menjawab, "Iya."Tania berlari mendekat, minum dua teguk air dari tangan Dani, lalu berlari kembali untuk mengobrol dengan Elsa.Baru saja mereka membicarakan tentang mainan kecil yang dibawakan Elsa untuknya.Setelah minum dan kembali ke Elsa, Tania menyerahkan sebuah figur karakter kepada Elsa, "Aku membeli ini waktu aku pergi ke bioskop saat Tahun Baru. Ini untukmu."Elsa sangat menyukainya dan menerimanya dengan terkejut, "Kamu juga pergi ke bioskop pas Tahun Baru?""Iya, om dan tanteku mengajakku ke sana." T

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 254

    Setelah menyerahkan makalahnya secara resmi, mereka mengundang Prof Nian makan malam bersama.Saat itu, Prof Nian tidak menolak.Ketika mereka tiba di restoran, Clara dan Prof Nian keluar dari mobil dan naik ke lantai atas. Mereka tidak menyadari mobil Dani diparkir tidak jauh dari mobil mereka.Namun, Dani menghentikan langkahnya untuk keluar dari mobil setelah melihat Clara dan yang lainnya.Setelah menunggu sekitar dua tiga menit, dia akhirnya keluar dari mobil sambil menggendong Tania yang masih mengantuk.Gading adalah orang pertama yang tiba.Melihatnya, dia berkata, "Kamu sudah sampai?"Dani mengangguk, "Iya."Beberapa menit kemudian, Tania baru saja bangun, Edward, Vanessa, Elsa dan Diana juga tiba.Melihat Diana, Dani menurunkan pandangannya.Diana sangat bersemangat. Dia berjalan cepat ke arahnya dan menyapanya dengan suara manis, "Kak Dani."Dani menatapnya acuh tak acuh tanpa menjawab.Diana tiba-tiba merasa sedikit malu. Pada saat itu, Elsa datang dan melihat Tania terliha

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 253

    Mereka sudah tahu tentang hal itu.Sekarang mendengar Diana membicarakannya, Fani tersenyum sangat bahagia.Namun, Vanessa masih berkonsentrasi membaca, tanpa ada reaksi di wajahnya.Hal yang sama berlaku pada Rita.Tampaknya Clara tidak layak mendapatkan perhatian mereka.Melihat Diana masih ingin melanjutkan, Rita berkata dengan tenang, "Diana, sepupumu masih belajar, jangan ribut dan mengganggunya.""Oh, oke."Melihat ekspresi serius Vanessa, Diana berkata, "Bukannya gurumu sudah datang tadi pagi? Sekarang sudah lewat jam lima sore, tapi kamu masih belajar. Aku bahkan merasa capek hanya dengan melihatmu. Apa kamu nggak capek?"Fani berkata, "Pasti capek, tapi sepupumu adalah orang yang akan melakukan hal-hal hebat. Coba lihat dirimu, aku selalu menyuruhmu untuk belajar dari sepupumu, tapi kamu nggak mau dengar."Setelah itu, dia tersenyum dan berkata dengan perhatian, "Vanessa, nggak peduli seberapa keras kamu belajar, kamu tetap harus istirahat yang cukup. Bagaimana kalau kamu maka

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 252

    Marcel tidak senang dituduh berbohong.Setelah Sinta menenangkannya, dia langsung merasa jauh lebih baik.Elsa, yang berdiri di samping, juga berhenti menangis setelah mendengar semua penjelasan itu.Pasti seperti itu, kemungkinan besar Marcel memang salah lihat orang.Orang itu pasti bukan mamanya.Memikirkan hal itu, dia merasa jauh lebih baik.Tetapi dia kemudian teringat Clara pernah memuji kalau Bella itu sangat imut.Apalagi, mereka tampak sangat akrab satu sama lain.Ketika Elsa memikirkan hal itu, dia bahkan tidak punya waktu untuk menyeka air matanya, dan merogoh saku Edward, "Ayah, ponsel!"Setelah mendengar apa yang dikatakan Sinta, Edward secara garis besar mengetahui apa yang telah terjadi.Dia menyeka air mata Elsa dengan ibu jarinya, setelah itu, menyerahkan ponsel padanya.Elsa dengan cepat memasukkan nomor Clara dan menghubungi nomor itu.Clara telah selesai menonton filmnya.Saat itu, mereka sedang bermain gim di arena permainan yang ada di sebelah bioskop.Ketika mel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status