공유

Bab 4

작가: Elenor
Elsa langsung melompat dari atas kasur sambil menyahut, “Beneran, Yah?”

“Ya.”

“Tapi kenapa tadi Tante Vanessa nggak kasih tahu aku?”

“Ayah baru memutuskannya, belum sempat memberitahunya.”

Elsa kegirangan: “Kalau gitu Ayah jangan kasih tahu Tante Vanessa, setelah pulang, kita kasih kejutan buat Tante Vanessa oke?!”

“Ya.”

“Ayah memang yang terbaik! Sayang banget deh!”

Setelah telepon ditutup, Elsa masih tampak kegirangan, bernyanyi dan melompat di atas kasur.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba dia teringat Clara.

Beberapa hari terakhir, ibunya tidak menelepon, jadi suasana hatinya sangat bagus.

Sebenarnya, agak tidak ngobrol dengan ibunya di telepon, beberapa hari lalu dia sengaja keluar rumah lebih awal, sepulang sekolah dia bahkan sengaja menaruh ponselnya jauh-jauh atau bahkan mematikannya.

Setelah dua hari melakukannya, Elsa menghentikannya, dia khawatir ibunya akan marah jika mengetahuinya.

Tapi tidak disangka, selama beberapa hari berikutnya ibunya tak kunjung meneleponnya.

Awalnya, dia mengira ibunya tahu bahwa dia menghindarinya.

Tapi setelah dipikir-pikir, berdasarkan pengalaman sebelumnya, jika dia melakukan kesalahan, ibunya akan langsung menegurnya, tidak akan mengabaikannya.

Bagaimanapun, dirinya adalah sosok penting di hati ibunya, ibunya paling menyayanginya, jadi mustahil ibunya tidak menelepon hanya karena marah padanya!

Saat memikirkan semua itu, tiba-tiba muncul sedikit kerinduan di hati kecil Elsa.

Ini adalah kali pertama dia merindukan ibunya, Clara.

Dia tak kuasa menahan diri untuk menelepon ibunya.

Tapi saat baru saja menekan layar ponsel, dia tiba-tiba teringat, meski setelah pulang negeri dia bisa bertemu Tante Vanessa lagi, tapi dengan sifat ibunya, ibunya pasti akan menghalanginya, tidak mengizinkan dia bertemu Tante Vanessa.

Dia tidak akan sebebas di Latvin, kapan pun bisa bertemu dengan Vanessa.

Begitu memikirkan ini, suasana hati Elsa langsung memburuk.

Di sisi belahan Marola sekarang ini masih pagi dini hari.

Clara sudah tertidur.

Dia terbangun karena panggilan telepon Elsa.

Begitu terbangun dan melihat nama Elsa di layar ponselnya, Clara langsung bersiap mengangkatnya, tapi malah dimatikan Elsa karena marah.

Dalam surat cerai sebelumnya dia memang menyebutkan bahwa Clara menyerahkan hak asuh Elsa pada Edward, tapi Elsa tetap adalah putri semata wayangnya.

Sebagai ibunya, dia masih memiliki tanggung jawab.

Saat melihat Elsa meneleponnya, dan langsung mematikannya, Clara pun takut terjadi sesuatu pada putrinya itu, lalu langsung menelepon balik.

Elsa tentu tahu itu, tapi dia segera memalingkan wajahnya, tidak mau mengangkat telepon.

Clara justru semakin khawatir, dia segera menghubungi telepon vila di sana.

Bibi Sari pun mengangkat telepon itu, selesai mendengar penjelasan Clara, Bibi Sari buru-buru berkata: “Harusnya Nona Elsa baik-baik saja, semalam Nona Elsa memang tidur terlalu malam, wajar dia terlambat bangun hari ini, tadi saya lihat Nona Elsa belum bangun. Coba saya lihat ke atas lagi untuk memastikan, nanti Ibu akan saya hubungi lagi.”

Mendengar Bibi Sari, Clara merasa lega: “Oke, maaf merepotkan.”

Saat Bibi Sari ke atas, Elsa sudah berada di kamar mandi.

Setelah Bibi Sari menjelaskannya, Elsa tampak sedang berkumur, sembari menundukkan kepala dan berbohong: “Nggak sengaja ketekan tadi.”

Bibi Sari tidak curiga sedikitpun, melihatnya masih menggosok gigi, dia langsung turun untuk memberi kabar pada Clara.

Melihat ini, Elsa mendengus dingin, akhirnya suasana hatinya membaik.

Di sisi lain, Clara juga merasa lega saat mendengar penjelasan Bibi Sari.

Namun, karena tiba-tiba terbangun di malam hari, Clara membutuhkan waktu yang lama untuk kembali tertidur, jadi saat bekerja keesokan harinya, dia terlihat lesu.

Sementara amplop berisi surat cerai yang diberikan Clara untuk Edward, setelah dia menerima panggilan telepon saat itu, amplop itu pun terlupakan olehnya.

Saat tiba waktunya untuk pulang ke Marola, Edward memasukkan dokumen terakhir ke dalam tas kerjanya, setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, dia pun berbalik dan pergi ke bawah.

“Oke, ayo berangkat.”

Mobil Limousine segera melaju meninggalkan vila, menuju bandara.

….

Mengenai kepulangan Edward dan Elsa ke Marola, Clara tidak tahu sama sekali.

Tidak ada yang memberitahunya.

Sudah setengah bulan lamanya, semenjak dia pergi dari vila itu.

Selama periode itu, dia perlahan mulai terbiasa dengan kehidupannya, dan mulai menyukai kehidupan seorang diri yang tenang dan santai.

Kebetulan hari ini adalah akhir pekan, dia bangun sedikit terlambat dari biasanya.

Setelah mencuci muka, dia membuka tirai, melihat sinar matahari di luar jendela, meregangkan tubuhnya, lalu menyiram tanamannya, saat hendak memasak sarapan, tiba-tiba terdengar suara bel pintu berbunyi.

Ternyata itu Bu Cindy tetangga depan rumah.

“Mbak Clara, aku nggak ganggu ‘kan?”

Clara menjawab dengan lembut: “Nggak kok, aku sudah bangun tadi.”

“Syukurlah kalau begitu.” Bu Cindy dengan ramah lanjut berkata: “Ini aku bawakan roti dan risol buatanku, silakan dicicip.”

“Makasih, anu... Maaf merepotkan.”

“Nggak kok, kalau bukan karena Mbak Clara yang nyelamatin Bella beberapa hari lalu, entah apa yang terjadi sama Bella setelah digigit anjing gila itu. Sebenarnya sudah beberapa hari aku ingin berterima kasih, tapi kami terlalu sibuk, nggak punya waktu, jadi nggak enak… ”

“Nggak perlu sungkan, itu hanya bantuan kecil kok.”

Setelah mengobrol sebentar, Bu Cindy pun pergi.

Clara masuk ke dalam rumah, lalu menyantap sarapan sambil melihat mekanisme algoritma AI yang baru saja dipelajarinya.

Sore harinya, sebuah berita terkait perayaan seratus tahun Universitas Nano muncul di ponselnya.

Clara terdiam sejenak, dia lantas melihat kalender, dan baru ingat kalau hari ini adalah hari jadi Universitas Nano.

Dia menjelajahi dunia maya, lalu menemukan beberapa pencarian populer tentang perayaan seratus tahun Universitas Nano.

Alasan kenapa perayaan hari jadi Universitas Nano begitu popular kali ini, bukan hanya karena Universitas Nano merupakan kampus terbaik nomor satu di Marola, di mana tiap pergerakannya selalu menjadi pusat perhatian, tapi juga karena perayaan kali ini adalah perayaan ke-100 pertama untuk Universitas Nano, jadi, tidak heran banyak alumni kehormatan yang diundang untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut.

Tentu saja, semua alumni kehormatan yang diundang merupakan tokoh-tokoh terkenal di bidangnya masing-masing.

Clara melihatnya beberapa kali.

Tanpa terasa, tangan Clara yang memegang ponsel bergetar saat melihat beberapa wajah familier yang muncul.

Kenangan masa lalu di kampus langsung terlintas satu per satu di pikirannya.

Detak jantungnya, pun berubah tak karuan.

Jika saja setelah wisuda dirinya tidak cepat-cepat menikah, bisa jadi dia yang akan menjadi salah satu alumni kehormatan, yang tentu saja diundang oleh kampus untuk berpartisipasi dalam perayaan itu!

Clara lantas mematikan laptop miliknya, setelah ragu sejenak, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke Universitas Nano.

Saat ini, hari sudah mulai sore.

Banyak pejabat dan alumni yang sudah meninggalkan lokasi.

Tapi di dalam universitas itu masih ada banyak orang.

Clara berjalan tanpa tujuan mengitari kampus, saat tiba di lantai bawah gedung laboratorium, sebuah suara familier terdengar memanggilnya.

“Clara?”

Dua puluh menit kemudian, di kedai teh sekitar Universitas Nano.

Dylan Bramantyo menuangkan secangkir teh untuk Clara: “Gimana kabarmu, Clar?”

Clara tertunduk, sembari memegang cangkir teh dan tersenyum tipis: “Sangat baik, hanya saja... Aku sedang menyiapkan perceraianku.”

Dylan tidak menyangka akan mendengar jawaban seperti itu, dia pun terdiam sejenak: “Maaf ya.”

“Nggak apa-apa.”

“Terus apa rencanamu selanjutnya? Mau balik ke perusahaan nggak?”

“Ada rencana seperti itu sih, tapi... ”

Dylan tidak tahu apa yang menjadi kekhawatiran Clara, tapi dia berkata dengan serius: “Clar, perusahaan butuh kamu, kamu juga punya andil di perusahaan itu, jadi aku harap, kamu bisa kembali dan memimpin perusahaan.”

“Aku, aku… ”

Melihat keseriusan Dylan, Clara tak sanggup lagi berkata-kata.

Bukannya tidak mau.

Tapi perkembangan AI terlalu cepat baginya.

Dia sudah enam tahun tidak berkecimpung di dunia teknologi, meski sekarang kembali, dia takut tidak akan mampu mengimbangi perkembangan zaman, apalagi memimpin semua orang di garis depan industri teknologi seperti yang pernah dia lakukan di masa lalu.
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (37)
goodnovel comment avatar
Nonarikenj 10
makin greget
goodnovel comment avatar
Khu Zaimah
Bagus banget
goodnovel comment avatar
Vonny Suhardiman
sangat menarik critanya
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 531

    Begitu Gading mengirim pesan, sistem langsung menampilkan notifikasi bahwa Dani telah meninggalkan grup obrolan.Gading terkejut.Dia langsung menarik orang itu kembali dan berkata, [Aku cuma bercanda. Masa gitu aja langsung marah.]Tanpa menunggu balasan Dani, dia mengirim pesan lain di grup, [Pokoknya, itu bukan salah kalian juga. Aku yang bilang kemarin mau pergi lihat hujan meteor, tapi kalian semua sibuk, jadi aku cuma sendirian saja. Ternyata main sendiri, nggak seru.]Kemarin, Gading mengatakan di grup bahwa dia mau menonton hujan meteor sambil pergi berkemah, Dani memang menolak dengan alasan ada urusan.Namun sebenarnya, sejak Gading menyebutkan bahwa Clara juga ada di sana, hatinya langsung merasa gundah.Dia membaca pesan di grup, memegang ponselnya sejenak, lalu tak kuasa menahan diri untuk membalas pesan Gading, [Alamatnya.]Gading awalnya hanya menggerutu sedikit, dia tidak menyangka Edward dan Dani akan berubah pikiran. Melihat pesan Dani, dia sempat bengong sejenak seb

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 530

    Gading mengangguk. "Tempat ini ternyata ramai juga ya."Clara masih bisa mengenali suara Gading.Menyadari bahwa itu Gading, Clara pun tidak mendongak.Raisa dan Dylan tidak bisa mengenali suara Gading, tetapi ketika mereka mendengar namanya disebut, mereka berdua menoleh.Ketika mereka melihat ke arah suara, ternyata memang benar Gading. Raisa menyikut Clara dan berbisik di telinganya, "Itu Gading."Tanpa menunggu Clara menjawabnya, Raisa tak kuasa menahan diri untuk lanjut berkata, "Kalau dia ada di sini, itu berarti Edward dan perempuan jalang itu juga ada di sini, kan?"Clara tidak terlalu peduli apakah mereka datang atau tidak.Pada saat itu, Gading juga melihat mereka dan kebetulan bertemu pandang dengan Dylan.Gading mengenal Richard dan Gery.Gading tahu kalau Gery bekerja di Morti Group. Sedangkan, Richard…Melihatnya minum dan mengobrol dengan Dylan sambil mendirikan tenda bersama Clara dan yang lainnya, dia pun sedikit terkejut.Kapan Richard menjadi begitu akrab dengan Dyl

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 529

    Clara sedang mencari tempat untuk parkir sebentar dan melihat siapa pemilik ponsel itu ketika Elsa tiba-tiba meneleponnya.Begitu Clara menjawab, suara Edward yang terdengar dari seberang telepon, "Ini aku. Sepertinya ponselku ketinggalan di mobilmu."Clara berkata dengan datar, "Aku akan kirim lokasiku sekarang, kau ambil saja ke sini.""Oke."Clara menemukan tempat parkir, dan Edward tiba beberapa menit setelah lokasinya dikirim.Elsa sudah tertidur, hanya Edward yang keluar dari mobil.Dia mengambil ponsel yang diberikan Clara dan berkata, "Terima kasih."Clara menjawab santai, "Sama-sama."Setelah itu, jendela mobil terbuka, dan saat dia hendak pergi, Edward tiba-tiba berkata, "Dalam beberapa hari, aku harus pergi lagi, tapi aku usahakan kembali secepatnya."Clara termenung.Masa jeda perceraian mereka hampir berakhir.Dia tahu Edward sedang mengatakan bahwa dia mungkin tidak akan bisa kembali pada hari berakhirnya masa jeda, tetapi seharusnya itu tidak akan lama tertunda. Mereka

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 528

    Clara terkejut melihat Edward tiba-tiba menggandeng tangannya. Tetapi Clara tidak terlalu memikirkannya. Dia segera menepis tangan Edward dan berkata dengan tenang, "Aku bisa jalan sendiri."Tanpa memandangnya, dia berjalan ke arah sofa.Edward tidak marah dengan perlakuan dinginnya. Dia hanya tersenyum, setelah Clara duduk, dia pun duduk di sebelahnya.Sofa di sekitar meja teh itu cukup besar, dengan banyak tempat duduk. Edward justru memilih duduk di sebelahnya. Clara sempat tertegun sejenak, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Sambil menyesap tehnya, dia menatap Elsa yang sedang mencoba alat musik.Edward juga menyesap tehnya.Menaruh cangkirnya, dia lalu mengalihkan pandangan dari Elsa dan menatap ke arah Clara. Tepat saat hendak bicara, ponsel Clara berbunyi tanda pesan masuk.Clara melihat sekilas, itu adalah pesan dari Gery. Gery pertama-tama mengirimkan video, lalu pesan, dan menambahkan: [Kata para ahli, besok ada hujan meteor langka yang hanya terjadi sekali dalam tiga puluh t

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 527

    Mendengar ucapan Diana, Vanessa langsung berhenti ketika sedang menyesap sup sarang burungnya.Namun, dia segera kembali tenang, sehingga tidak ada yang memperhatikan perubahan dirinya.Ervan bertanya, "Vanessa, apa Edward sudah pulang?"Bulu mata Vanessa sedikit bergetar mendengarnya.Bagaimana mungkin dia bilang kalau dia sama sekali belum tahu Edward telah kembali?Edward...sama sekali tidak memberitahunya.Dia sudah meneleponnya hari ini, tetapi tidak dijawab. Dia mengira Edward sedang sibuk...Sebelum sempat mengatakan apa pun, Ervan tersenyum dan melanjutkan, "Waktu itu Edward sudah membantu urusan kita. Ayah mau mengajaknya makan malam di rumah, tapi kau bilang dia sedang dinas ke luar negeri. Kalau sekarang dia sudah kembali, coba tanya kapan dia punya waktunya?"Nenek Gori mengangguk dan berkata, "Iya, kita memang harus mengundang Edward makan malam."Vanessa kembali tenang, memaksakan tersenyum, dan berkata, "Iya, aku mengerti. Aku tanya dia nanti."Lalu mereka mengganti topi

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 526

    Dalam benak Diana, Edward hanya peduli pada kakak sepupunya, Vanessa, dan sama sekali tidak menyukai Clara. Jadi, bahkan ketika dia melihat Clara dan Edward bersama, dia tidak terlalu peduli. Dia hanya berasumsi alasan Edward dan Clara bersama pasti karena Elsa.Saat sedang memikirkan hal itu, dia memang melihat Elsa berdiri di depan Clara, berbalik dan berbicara kepadanya dengan kepala mendongak.Melihat pemandangan itu, Diana mendengus sinis.Elsa tidak menyadari keberadaan Diana, dia benar-benar terpikat oleh perangkat drum itu.Dia berkata dengan semangat kepada Clara, "Ma, drumnya keren banget. Aku juga mau belajar!"Tentu saja, Clara tidak akan keberatan jika dia ingin belajar.Namun, dia dan Edward akan segera bercerai, dan hak asuh Elsa berada di tangan Edward. Mulai sekarang, Edward yang harus memiliki keputusan akhir tentang apa yang ingin dia pelajari. Dia tersenyum tipis dan berkata, "Kamu harus tanya ayahmu dulu."Elsa pun menoleh, mencondongkan tubuhnya dan bertanya, "Aya

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status