Share

Bab 2

Author: Elenor
Sekitar jam 9 malam, Edward dan putrinya pun pulang.

Elsa memegang ujung pakaian Edward, dan turun dari mobil dengan perlahan.

Karena ibunya ada di rumah, malam ini dia sebenarnya tidak mau pulang.

Tapi Tante Vanessa bilang ibunya itu pulang secara khusus untuk menemani dia dan ayahnya, jadi kalau mereka tidak pulang, ibunya bisa sedih.

Ayah bilang kalau malam ini mereka tidak pulang, besok ibunya pasti akan ikut mereka ke pantai.

Jadi dia terpaksa setuju pulang.

Tapi dia tetap khawatir, dan bertanya dengan sedih: “Ayah, gimana kalau Ibu besok memaksa mau ikut kita keluar?”

“Nggak akan.” Edward menjawab dengan yakin.

Selama menikah, Clara memang selalu ingin mendekatinya.

Tapi dia masih paham situasi, asalkan dia terlihat tidak senang, Clara langsung tidak akan berani membuatnya marah.

Dalam ingatan Elsa, Clara selalu patuh pada Edward.

Kalau dia bilang tidak akan, berarti memang tidak akan.

Elsa akhirnya bisa tenang.

Suasana hatinya pun membaik, mukanya yang tadi cemberut langsung berubah, dia masuk sambil melompat riang, dan mengatakan pada Bibi Sari bahwa dia mau mandi.

“Oke deh.” Bibi Sari langsung menjawab. Tiba-tiba dia teringat perkataan Clara, dan memberikan amplop itu pada Edward: “Pak Edward, Bu Clara suruh aku berikan ini pada Anda.”

Edward menerimanya, lalu bertanya: “Di mana dia?”

“Em... sore tadi Bu Clara beresin barang dan sudah pulang ke Negeri Marola, Anda nggak tahu?”

Edward yang barusan mau beranjak ke lantai atas langsung tertegun, lalu menoleh: “Pulang?”

“Iya.”

Bahkan, Edward belum sempat mendengar alasan kenapa Clara mendadak datang ke Negara Latvin.

Tapi dia tidak peduli.

Setelah tahu Clara sudah pulang, dia tidak memedulikannya.

Elsa hanya agak terkejut.

Saat mendengarnya, hatinya agak kecewa.

Awalnya dia mengira, kalau Ibu besok tidak ikut dia dan ayahnya bermain di pantai, malamnya dia bisa ditemani ibunya, rasanya lumayan juga.

Apalagi, saat memoles kulit kerang tangannya pasti sakit, jadi dia ingin minta ibunya bantu dia selesaikan!

Edward dan Clara sudah beberapa bulan tidak ketemu, Clara akhirnya ada waktu untuk datang, tapi dia bahkan tidak bertemu Edward sama sekali, jadi teringat wajah Clara tampak muram saat dia beranjak pergi, Bibi Sari tidak tahan dan mengingatkan: “Pak Edward, saat Bu Clara pergi, raut wajahnya nggak bagus, sepertinya dia marah.”

Sebelumnya Bibi Sari mengira bahwa Clara ada urusan mendadak, makanya mendadak pulang.

Tapi sekarang setelah tahu Edward sama sekali tidak tahu Clara sudah pulang, dia baru menyadari ada yang tidak beres.

‘Marah?’

Di depan Edward, Clara selalu terlihat baik dan toleran.

Ternyata dia juga bisa marah?

Ini menarik.

Edward tersenyum acuh tak acuh, lalu dengan tenang menjawab Bibi Sari dan naik ke lantai atas.

Ketika kembali ke kamarnya, dia hendak membuka amplop pemberian Clara, tapi, Vanessa tiba-tiba meneleponnya, Edward pun mengangkat telepon, melempar amplop itu dengan asal-asalan, lalu keluar dari rumah.

Beberapa saat kemudian, amplop itu jatuh dari tempat tidur ke lantai.

Pada malam itu, Edward tidak pulang ke rumah.

Keesokan harinya, Bibi Sari naik ke atas untuk bersih-bersih, tapi dia melihat amplop di lantai, dan sadar bahwa itu adalah amplop yang ingin diberikan Clara pada Edward.

Dia mengira Edward sudah melihatnya, jadi dia simpan amplop itu di dalam laci.

.....

Setelah turun dari pesawat dan tiba di rumah, dia langsung pergi ke lantai atas untuk membereskan barangnya.

Karena sudah 6 tahun bersama, di kamar ini ada banyak barang miliknya.

Tapi dia hanya membawa pergi beberapa helai baju, dia set kebutuhan sehari-hari dan beberapa buku profesional.

Setelah nikah, setiap bulan Edward akan memberi biaya hidup untuk dia dan anaknya.

Keduanya terbagi menjadi dua kartu.

Satu miliknya, dan satu lagi milik anaknya.

Tapi Clara biasanya selalu pakai uangnya sendiri untuk beli kebutuhan sehari-hari.

Jadi kartu anaknya tidak terpakai sama sekali.

Bahkan, karena cintanya pada Edward, setiap berbelanja, dan melihat baju, sepatu, kancing manset, dasi, dan sebagainya, dia selalu tidak tahan dan membelinya.

Sementara dirinya sendiri, karena pekerjaannya, pengeluarannya tidaklah tinggi, apalagi dia sangat menyayangi suami dan anaknya, ingin memberikan yang terbaik untuk mereka, jadi, biaya hidup yang diberi Edward, sebagian besar dipakai untuk beli barang suami dan anaknya.

Oleh karena itu, sisa uang di dalam kartu itu harusnya sudah tidak banyak lagi.

Tapi, dalam 1 tahun ini, karena anaknya ikut ke Negara Latvin bersama Edward, dia jadi jarang beli barang untuk mereka.

Jadi dalam kartu ini masih ada sisa 6 jutaan.

Uang gini bukanlah apa-apa bagi Edward, tapi baginya itu bukan uang kecil.

Karena itu memang miliknya, Clara tidak segan lagi, dia langsung mengambil uang itu.

Kemudian, dia meninggalkan kartu itu dan pergi sambil menarik kopernya, sama sekali tidak menoleh lagi.

Dia punya sebuah rumah di dekat perusahaan tempatnya bekerja.

Memang tidak besar, lebih dari 100 meter persegi.

Empat tahun lalu, dia membeli rumah ini demi membantu karir temannya yang kabur dari rumah, tapi tempat ini tidak pernah dia tinggali.

Sekarang akhirnya bisa terpakai.

Sebelumnya rumah ini selalu dibersihkan orang setiap waktu tertentu, jadi tidak kotor, bisa ditinggali setelah dibersihkan sedikit.

Setelah seharian capek, pada pukul 10 malam, selesai mandi Clara pun istirahat di kamar.

“Ting ting, Ting ting, Ting ting—“

Sebuah suara yang keras terdengar, membangunkan Clara dari tidurnya.

Karena mendadak terbangun, Clara agak melamun.

Setelah kesadarannya memulih, dia baru teringat, ini sudah jam 1 malam, yaitu sekitar jam 7 pagi di Negara Latvin tempat Edward dan anaknya berada.

Edward dan anaknya biasanya sarapan di jam ini.

Sejak putrinya ikut Edward ke Negara Latvin, dia selalu menelepon putrinya di jam ini.

Hanya saja, biasanya dia kelelahan bekerja, jadi terbiasa tidur cepat, tapi karena takut melewatkan waktu untuk ngobrol dengan putrinya, jadi dia mengatur alarm ini.

Saat awal ikut Edward ke Negara Latvin, putrinya tidak terbiasa, dan sangat merindukannya, bahkan sering meneleponnya.

Tapi seiring waktu berlalu, setiap kali ditelepon, putrinya yang awalnya rindu padanya, berubah menjadi tidak sabar.

Alarm ini pun, sebenarnya sudah tidak diperlukan sejak awal.

Tapi dia sendiri yang tidak rela.

Setelah memikirkan ini, Clara tersenyum getir.

Setelah memikirkan beberapa saat, Clara menghapus alarm ini, mematikan ponsel dan tidur.

Di sisi lain.

Edward dan Elsa hampir selesai sarapan.

Meski Edward tahu bahwa setiap hari Clara selalu telepon anaknya, dia juga jarang berada di rumah, jadi tidak begitu peduli.

Hari ini dia sadar Clara tidak menelepon, tapi, dia tidak peduli, setelah sarapan, dia naik ke lantai atas untuk mengganti baju.

Sementara Elsa merasa Clara semakin ribut, jadi dia makin benci mendengar teleponnya.

Jadi saat melihat Clara tidak meneleponnya sampai sekarang, dia merasa mungkin Clara sedang ada urusan.

Dia memutar bola matanya, mengambil tasnya dan berlari keluar.

Bibi Sari yang melihatnya, langsung mengejarnya: “Nona Elsa, ini masih pagi, perginya agak siang pun masih sempat kok!”

Elsa tidak mau dengar, dia langsung berlari menuju mobil dengan riang.

Enak saja, jarang-jarang Ibu hari ini ada urusan dan tidak telepon.

Kalau dia tidak segera keluar, nanti kalau ibunya telepon, dia pasti harus ngobrol dengannya lagi, dia tentu tidak mau!

.....

Setelah nikah, Clara pun mulai bekerja di Anggasta Group.

Dulu dia masuk ke Anggasta Group juga demi Edward.

Tapi sekarang dia sudah mau cerai, tidak perlu lanjut bekerja di Anggasta Group lagi.

Keesokan paginya, begitu tiba di kantor, Clara langsung memberikan surat pengunduran diri pada Farel Timothy.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (44)
goodnovel comment avatar
Mia Mia
lanjut,ingin tau lanjutannya
goodnovel comment avatar
Juliana Nema
sangat menarik
goodnovel comment avatar
Moms Varo
sangat menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 433

    Begitu Pak David selesai berbicara, tepuk tangan langsung riuh terdengar di sana.Edward juga menatap Clara dan bertepuk tangan.Vanessa sempat terkejut selama setengah detik sebelum ikut bertepuk tangan dua kali dengan acuh tak acuh.Clara tidak menatap Edward, dia hanya menatap Dylan lalu berdiri dan naik ke panggung.Setelah Clara naik ke panggung, Pak David berkata kepada hadirin dengan senyum di wajahnya, "Bu Clara ini bukan hanya seorang insinyur luar biasa dari Morti Group, tapi juga pencipta teknologi inti dari kerja sama antara Jetwave dan Morti Group kali ini!"Begitu kata-kata itu terucap, tempat itu dipenuhi dengan keheranan.Ketika Vanessa mendengar hal itu, dia tercengang dan menduga kalau dia salah dengar.Morti Group memiliki pengaruh yang sangat tinggi baik di dalam maupun luar negeri, dan setiap perkembangannya selalu jadi pusat perhatian.Dapat dikatakan bahwa siapa pun yang menjalin kerja sama dengan Morti Group sekarang dapat langsung mendapatkan perhatian yang tin

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 432

    Orang yang makan bersama dengan Clara dan Dylan adalah Pak David, CEO perusahaan teknologi Jetwave Labs.Pagi ini, Morti Group telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Jetwave.Setelah makan bersama, Clara dan Dylan pergi ke Jetwave bersama-sama.Hari itu, mereka berdiskusi lama dengan para teknisi Jetwave dan pulang menjelang pagi.Dalam dua hari berikutnya, Clara juga sering pergi ke Jetwave.Dalam dua hari ini, dia dan para teknisi Jetwave dapat dikatakan bekerja lembur hingga larut malam setiap harinya.Hari Jumat adalah hari peluncuran produk baru Jetwave yang telah dijadwalkan sebulan yang lalu.Alasan mengapa mereka bekerja keras bukan karena hal lain, tetapi murni untuk meningkatkan dan mengimplementasikan ide-ide kerja sama mereka sampai batas tertentu sebelum peluncuran.Setelah ide-ide tersebut sepenuhnya berhasil diimplementasikan, fokus peluncuran Jetwave kali ini akan bergeser secara signifikan.Pada Jumat dini hari, Clara dan Dylan pulang untuk beristirahat, dan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 431

    Edward berkata, "Aku nggak ikut campur dalam pengembangan perusahaan sekarang." Larry mendengarnya dan menatap Vanessa dengan heran, "Ternyata, kamu sangat hebat ya Vanessa?" Vanessa berkata, "Bukan begitu, itu semua berkat para insinyur di perusahaan, lagipula mereka juga sudah bekerja di sana sebelum aku ambil alih perusahaan. Perusahaan dapat berkembang dengan sangat baik sekarang, seperti yang kamu bilang tadi, itu karena Edward, bukan karena aku." Larry tersenyum dan berkata, "Vanessa, kamu sangat rendah hati." Awalnya, ketika dia tahu bahwa Vanessa mengandalkan Edward untuk membangun kariernya sendiri, dia memang sempat berpikir Vanessa tidak cukup baik dan dia tidak cocok untuk Edward. Sekarang setelah mendengar hal itu, dia melihat Edward dan Vanessa juga saling membela, Larry tiba-tiba merasa Edward seharusnya sudah mempertimbangkan fakta bahwa Vanessa adalah seorang ahli di bidang Kecerdasan Buatan, dan bahkan lebih ahli daripada Edward. Dia pasti merasa perusahaan akan

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 430

    Dani mengejar Clara, tetapi dia terlambat. Ketika dia sampai di lift, Clara sudah masuk lift untuk ke bawah.Di tempat lain.Edward sedang mengobrol dengan seseorang ketika ponselnya berdering.Dia melihat nama penelepon dan menjawab panggilan tersebut.Setelah beberapa saat, dia menutup telepon dan Vanessa sedang berjalan ke arahnya, "Siapa yang menelepon? Kelihatannya kamu senang banget?""Temanku waktu di kampus. Dia kebetulan ada dinas ke ibu kota untuk beberapa hari. Kami sudah lama nggak ketemu. Jadi, dia mengajakku makan bareng. Kebetulan aku juga nggak sibuk, jadi aku setuju." Setelah mengatakan itu, Edward bertanya, "Apa kamu mau ikut?"Ketika Vanessa bertemu Edward, Edward sudah lulus.Meskipun dalam pergaulan sehari-hari, dia telah bertemu dengan beberapa teman kampus Edward, namun teman-teman sekelas yang dia temui sebelumnya tampaknya hanya kenalan biasa saja.Teman sekelas yang menghubunginya kali ini tampaknya memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Edward. Dia pun me

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 429

    Doni tidak pergi dan tetap bersama Vanessa.Beberapa saat kemudian, ketika Vanessa hendak mencari Edward, dia ternyata sudah tidak bersama Clara.Namun, Clara sedang berbicara dengan Henry.Mengingat keakraban antara Henry dan Doni, mereka tentu akan menyapa ketika bertemu.Setelah menyapanya, Doni memperkenalkan kepada Henry, "Om, ini..."Henry tersenyum, menyelanya dan berkata, "Bu Vanessa. Kami sudah pernah bertemu."Vanessa menyapa Henry dengan sopan.Henry mengangguk dan tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke Clara, "Clara, apa kamu sibuk akhir-akhir ini?"Konferensi memang telah berakhir, tetapi ini masih tempat umum, sementara Henry malah memanggil nama Clara dengan penuh kedekatan. Apalagi ketika berbicara dengannya, nadanya pun terdengar lebih lembut daripada ketika berbicara dengan Doni.Jadi dapat dilihat bahwa Henry sama sekali tidak ingin menyembunyikan rasa menghargai dan rasa hormatnya kepada Clara.Clara mengangguk, "Iya."Clara tentu saja bisa merasakan ra

  • Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai   Bab 428

    Doni juga datang ke konferensi itu.Kursinya terletak di baris kedua, di belakang Clara dan Edward.Dia datang terlambat.Saat hendak duduk, dia melihat Edward mencondongkan tubuhnya dan berinisiatif untuk berbicara dengan Clara.Saat Clara mengabaikannya, senyum di wajah Edward...Wajah Doni sedikit menggelap.Entah mengapa, dia selalu merasa bahwa Edward perlakukan Clara dengan lebih istimewa.Dalam beberapa bulan terakhir, dia tidak melihat Edward dan Clara melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi dia pikir Edward sudah tidak tertarik lagi padanya.Sekarang tampaknya...Cara Doni mengawasi mereka terlalu kentara, sehingga sulit bagi Edward untuk tidak menyadarinya.Dia pun menoleh untuk melihat ke arahnya, "Pak Doni juga datang?"Doni menahan emosi di tatapan matanya dan menjawab dengan nada dingin, "Iya." Di antara para tokoh utama konferensi pengembangan ini, Henry Listanto adalah salah satunya.Setelah menyampaikan pidatonya, Henry dan para tokoh lainnya mulai merilis daftar pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status