Edward berkata tanpa ragu, "Hubungi mereka dan beri tahu kalau kita akan ke sana besok."Farel ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat tatapan Edward sudah kembali fokus ke Vanessa, dia pun mengurungkan niatnya.Dia mengangguk dan hendak keluar kamar pasien untuk menelepon ketika Edward sepertinya teringat sesuatu, lalu menoleh padanya dan berkata, "Suruh Rio mengurus dokumen-dokumen penting itu. Aku akan hubungi dia nanti untuk detailnya."Farel menjawab, "Baik, Pak."Farel keluar dan sesuai instruksi Edward, langsung menelepon Rio."Oke, mengerti." Rio tidak langsung menutup telepon setelah selesai bicara. Sebaliknya, dia tak bisa menahan diri untuk berkata, "Bos sepertinya semakin memperhatikan Clara akhir-akhir ini. Hari ini, kupikir sikap Pak Edward..."Farel mengerti maksudnya.Dia sebenarnya memikirkan hal yang sama dengan Rio.Tetapi sekarang, setelah melihat Edward begitu mengkhawatirkan Vanessa, dia menyadari bahwa dirinya sudah terlalu berpikir berlebihan. Sikap Edward ter
Pak Yovi dan yang lainnya bertukar pandang dengan bingung.Pada saat itu, mereka mulai menyadari bahwa Edward menghadiri jamuan makan ini memang ditujukan khusus untuk Clara.Ini...Namun, Edward sudah punya kekasih dan hubungan mereka baik-baik saja. Perasaannya terhadap Clara mungkin murni kekaguman, dan seharusnya tidak ada niat lain, kan?Clara dan Edward mengobrol cukup lama.Setelah selesai membahas bagian proposal yang diminati Edward, percakapan pun berhenti.Setelah itu, Edward dan Clara tidak berbicara lagi.Namun Rio, Farel, Pak Yovi, dan beberapa orang bermata tajam lainnya memperhatikan bahwa Edward sesekali melirik ke arah Clara...Saat makan bersama hampir selesai, ponsel Edward tiba-tiba berdering. Tidak ada yang tahu apa yang di katakan di ujung telepon, tetapi ekspresi Edward tiba-tiba berubah. Setelah menutup telepon, dia berkata kepada Clara dan yang lainnya, "Bu Clara dan semuanya, maaf, saya ada urusan mendesak, jadi harus pergi dulu. Sampai jumpa lagi."Karena d
Seperti kata orang, jangan menyinggung orang yang sedang senang.Dalam situasi ini, Dylan dan Clara hanya bisa ikut berjabat tangan dengan sopan kepada Edward.Setelah menyapa Edward dan rombongannya, Dylan menerima telepon.Ada urusan mendesak di perusahaan yang mengharuskannya segera kembali.Setelah Dylan menyapa Edward dan Pak Yovi, Clara melihat ekspresinya dan merasa sedikit khawatir. Dia merendahkan suaranya dan bertanya, "Ada apa?"Dylan menepuk bahunya untuk menenangkan, mencondongkan tubuh lebih dekat, dan berbisik, "Jangan khawatir, aku bisa mengatasinya."Mendengar kata-kata Dylan, Clara merasa lega.Orang-orang di sana, memperhatikan bisikan mereka yang penuh perhatian dan mesra, tak kuasa menahan diri untuk mendesah dalam hati melihat kedekatan mereka.Rio dan Farel memperhatikan, dan tatapan mata mereka serentak langsung tertuju pada Edward.Meskipun yang lain tidak tahu, mereka sangat menyadari Edward ada di sana karena Clara. Namun, ketika mereka menoleh, mereka tidak
Pada hari Senin, Clara pergi ke Anggasata Group untuk rapat.Edward juga harus menghadiri rapat penting, jadi kali ini, dia tidak turun untuk mengikuti rapat Clara secara langsung.Namun setelah rapat, Rio dan Farel mendengar Edward bertanya, "Apakah rapat di lantai bawah sudah selesai? Apa solusi untuk lanjutan materinya sudah diserahkan? Kalau sudah, tolong bawa ke sini, aku mau melihatnya."Sebelumnya, Rio dan Farel juga mengetahui Edward pernah ikut turun untuk menghadiri rapat Clara.Mendengar pertanyaan Edward, mereka berdua saling bertukar pandang, lalu melihat tumpukan dokumen di depan Edward.Edward akan melakukan dinas besok, dan dia harus mengurus semua dokumen di mejanya hari ini. Sebaliknya, materi rapat Clara hari ini baru akan diimplementasikan secara resmi bulan depan, dan solusinya masih berupa konsep awal. Edward bisa saja menunggu hingga dia kembali dari dinasnya untuk menangani hal itu. Namun karena Edward telah berkata demikian, Farel kembali ke ruangannya, mengam
Clara selalu bilang sibuk dan tidak punya waktu.Sesibuk apa pun dia atau sesedikit apa pun waktu yang dimilikinya, pasti masih ada waktu untuk menelepon putrinya, kan?Tetapi, dia jarang membalas teleponnya, bahkan lebih jarang lagi menelepon.Seolah-olah di dalam hatinya, ada hal lain yang lebih penting baginya.Semakin Elsa memikirkannya, semakin dia merasa sedih, dan air mata mengalir di wajahnya.Melihat ekspresi sedih Elsa, sebelum Clara berbicara, Edward sudah menyeka air matanya dan berbicara lebih dulu, "Mamamu benar-benar sibuk dengan pekerjaannya sekarang. Setelah tahun depan, Mama seharusnya sudah nggak sesibuk itu lagi."Elsa masih muda, dan kepastian Edward langsung meredakan kesedihannya. Dia menyeka air matanya dengan punggung tangan dan menatap Clara penuh harap. "Benar ya, Ma? Setelah tahun depan, Mama beneran nggak sibuk lagi?"Bagaimanapun, Elsa adalah putrinya, hasil dari sembilan bulan kehamilan dan persalinan. Meskipun telah menyerahkan hak asuhnya, Clara tetap b
Mungkin karena tahu Clara tidak ingin berbicara dengannya, setelah dia selesai memesan, Edward memberi tahu Clara tentang Elsa, "Elsa akan pergi ke provinsi lain untuk mengikuti kompetisi yang sangat penting Kamis depan. Apa kamu ada waktu hari itu?""Iya, Ma. Apa Mama bisa menemaniku ke kompetisi hari itu?"Karena dia pergi ke provinsi lain, perjalanan pulang pergi akan memakan waktu setidaknya dua hari.Clara hendak menjawab, mengingat pekerjaan di Morti Group, Jetwave Labs, dan Anggasta Group, dia mungkin tidak punya waktu.Clara merenung dan hendak berbicara, tetapi sebelum dia sempat membuka mulut, Elsa melihat ekspresinya dan sudah tahu apa yang akan dia katakan.Dia tidak ingat sudah berapa kali Clara mengatakan kepadanya bahwa dia sibuk dengan pekerjaan dan berjanji untuk menghabiskan waktu bersamanya ketika dia punya waktu.Kenyataannya, bahkan pada hari Sabtu dan Minggu, ataupun ketika dia berada di rumah nenek buyutnya, ketika mereka tinggal di bawah atap yang sama, Clara ja