LOGINJagat berdehem pelan berusaha mengurai kecanggungan. Sedangkan Sekar bingung harus menjawab apa dan akhirnya hanya bisa tertawa pelan. Sebuah tawa yang wanita itu paksakan."Hahaha Mas Jagat bisa saja. Tadi itu hanya sekedar akting, Mas.""Tapi waktu itu kamu yang bilang bahasa yang kita gunakan masih kaku dan terlalu formal."Sekar diam. Iya juga ya, saat itu dialah yang pertama kali menyinggung tentang cara komunikasi mereka."Begini, Mas. Kita bisa bicara santai jika keadaannya seperti tadi, bukan setiap hari. Saya sungkan kalau setiap hari melakukannya, kita kan tidak sekenal itu."Sekar sengaja menekankan kalimat terakhir, berniat menggoda Jagat yang waktu itu mengatakan mereka tidak sekenal itu. Ia lalu meminum air di gelasnya dengan mata yang masih melirik ke arah Jagat, ingin tahu bagaimana reaksi pria itu."Tapi tidak ada orang yang 'tidak sekenal itu' berciuman mesra bahkan sampai bermain lidah."Seketika air yang ada di mulut Sekar menyembur ke arah Jagat. Ia tak menyangka
Sekar terkejut, tubuhnya kaku, tak menyangka akan mendapat ciuman tiba-tiba dari Jagat. Ini bukan lagi mimpi seperti sore itu, ia bisa dengan jelas merasakan debar jantung Jagat di telapak tangannya yang berada di dada pria itu.Ia juga bisa mendengar langkah kaki yang tadi seperti akan menghampirinya kini berhenti. Ia tahu itu langkah kaki David yang sedari tadi mengikuti mereka. Enam tahun bersama membuat Sekar hafal dengan semua tentang mantan kekasihnya itu.Jujur sekarang ia berharap bisa melupakan semuanya.Pasti David berhenti karena melihat dia dan Jagat berciuman. Pria itu pasti tak menyangka Sekar yang dulu saat bersamanya tak mau bermesraan di depan umum, sekarang justru begitu menikmati ciuman seorang pria di area parkir. Mantan kekasihnya itu sudah paham bahwa Sekar tidak akan mau berdekatan apalagi bersentuhan jika bukan dengan pria yang menjalin hubungan dengannya.Dan sekarang ia bahkan berani melumat mesra dan membalas setiap pagutan bibir Jagat. Harusnya itu sudah m
Sekar memasukkan bongkahan es ke dalam ice bag yang tadi dibelikan oleh Jagat, lalu menempelkan ke pipi kanannya yang masih terasa perih. Tamparan Ibunya David begitu keras ternyata, karena jujur saat pertama kali mendapatkannya ia lebih merasa terkejut. Namun beberapa saat setelahnya baru merasakan perih.Saat ia masih sibuk mengompres pipinya, ponsel yang tadi sempat ia letakkan di meja berdenting dua kali. Satu pesan dari Jagat dan satu pesan lagi dari nomor yang tak ia kenal."Bagaimana keadaan pipi kamu? Sudah lebih baik?"Itu pesan dari Jagat. Pria itu ternyata begitu perhatian - pikirnya. Tanpa sadar senyum mengembang di wajah Sekar. Kemudian jari jemarinya mengetikkan balasan dengan cepat."Sudah, Mas. Terima kasih tadi sudah dibelikan ice bag, ini sangat membantu." Balasan itu tak lupa Sekar tambahkan emotikon senyum.Setelah itu ia membuka satu pesan dari nomor asing itu. Senyum kecut ia berikan saat membaca pesan dari si pengirim yang tak bukan dan tak lain adalah David."G
"Terima kasih, Mas. Saya permisi."Jagat tersenyum lantas mengangguk membiarkan Sekar keluar dari mobilnya. Ia perhatikan punggung wanita itu hingga menghilang dari pandangannya.Pria itu kemudian melajukan mobilnya ke rumah. Meski ia tahu hanya kesunyian yang akan menyambutnya di sana, tapi tidak ada tempat mana pun lagi selain rumah itu sebagai tempat pulang.Memasuki rumah bergaya eropa itu, Jagat langsung merebahkan dirinya di atas ranjang king size miliknya. Kasur empuk seakan memberikan kenyamanan pada tubuhnya, tapi pikirannya jelas tidak merasakan hal yang sama. Wajah Sekar dengan pipi merahnya masih tampak jelas dalam bayangannya.Malam ini tak pernah ia duga. Niat hati ingin membuat Sekar yang sehabis lembur itu merasa kenyang, justru berakhir membuat malu dan perih pada pipi kanan wanita itu.Memang semua itu bukan dia yang melakukan, tapi tetap saja Jagat merasa bersalah pada Sekar. Seandainya ia tak meninggalkan wanita itu sendirian pasti semua itu tidak akan terjadi.Ada
Tubuh Sekar yang kaget sampai terhuyung dan hampir jatuh tersungkur di tengah keramaian. Namun itu tidak akan membuatnya terlalu malu karena apa yang terjadi sekarang jauh-jauh lebih parah. Dirinya kini menjadi pusat perhatian banyak orang karena apa yang diucapkan oleh wanita di depannya."Harusnya kamu beruntung menjadi kekasih anakku, karena tetap mau menerima kamu meskipun dia diperlakukan tidak baik oleh ibumu itu."Sekar akhirnya menatap ke arah wanita yang telah menatapnya - Ibunya David. Ia tak menyangka wanita itu akan memperlakukannya dengan kasar di tempat umum seperti ini. Andai saja Ibunya David tahu apa yang telah dilakukan anak kebanggaannya itu pada Sekar, apa beliau akan tetap melakukan ini padanya? Sepertinya tidak, harusnya beliau malu sendiri."Maaf Tante, saya tidak tahu apa yang telah dikatakan David pada Tante. Tapi saya tidak pernah berselingkuh dari David. Justru anak Tante yang berselingkuh dari saya."Sekar berusaha tetap tenang meski rasa perih di pipi dan
Rasa was-was yang Sekar rasakan berganti menjadi rasa bingung ketika Jagat membelokkan mobilnya ke area salah satu Mall di kota ini. Apa pria di sampingnya ini ingin berbelanja atau bagaimana?"Kita mau apa ke Mall, P-Mas?""Kita mau makan malam. Perut kamu bunyi minta diisi itu."Sekar kira Jagat tidak mendengar suara dari perutnya, tapi ternyata pria itu justru langsung mengajaknya makan. Sebagai penganut act of service tentu ia tak bisa mengelak bahwa hatinya tersentuh. Tanpa harus meminta, pria yang kini sedang memarkirkan mobilnya itu tahu apa yang sedang dibutuhkan si wanita.Namun logika Sekar tiba-tiba datang untuk menampar hati mungilnya, "Dia cuma peka, bukan perhatian. Dia cuma kasihan karena kamu kelaparan, bukan punya perasaan.""Ayo!!"Terlalu fokus dengan pikirannya, Sekar terkesiap ketika tiba-tiba pintu mobil di sebelahnya dibuka oleh Jagat. Apalagi ini? Kuatkan hatimu, Sekar.Sambil berjalan beriringan Jagat masuk ke dalam Mall, Jagat menanyakan makanan apa yang ingi







