FAZER LOGINSeketika langkah Sekar terhenti. Ia tahu suara siapa yang ada di belakangnya."Kamu tidak lupa, kan tentang pembicaraan kita kemarin?"Sekar bukannya lupa dengan dengan tawaran dari Jagat, tapi Sekar belum memiliki jawaban apa pun. Semua masih abu-abu di pikirannya.Seharusnya ia tak perlu banyak berpikir, bukan? Ada orang yang menawarkan untuk membantunya keluar dari masalah saat dirinya sendiri kebingungan menemukan solusi. Tapi entahlah Sekar merasa bahwa menjadi tunangan seseorang yang tak ia cintai tak sesederhana itu, meskipun hanya sebatas pura-pura.Melihat Sekar yang tak kunjung menjawab, membuat Jagat akhirnya kembali melangkah untuk melewati wanita itu. Namun sebelum benar-benar menjauh, pria itu berbicara pelan tepat di samping tubuh Sekar."Saya harap kamu tidak membuat saya menunggu lama."Sekar memandang punggung Jagat yang semakin menjauh. Terbesit di hatinya untuk menerima tawaran itu, namun otaknya seperti menolak membuatnya menggelengkan kepala tanpa sadar."Nanti c
Sekar terdiam cukup lama. Perasaan terkejut itu belum hilang, tapi sekarang sudah ada banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya.Apa tadi ia tidak salah dengar, menjadi tunangan pura-pura pria itu?Tapi tunggu, bagaimana mungkin Jagat yang seorang pimpinan itu tahu tentang gosip staff biasa sepertinya? Lalu apa yang harus ia katakan sebagai jawaban?Semua itu ingin ia tanyakan, tapi lidahnya kelu, suaranya seperti tertahan di tenggorokan. Sampai akhirnya mobil Jagat berhenti di depan gedung apartemennya, Sekar masih terdiam."Kita sudah sampai."Suara Jagat membuat Sekar akhirnya menoleh ke arah pria itu dan ke arah luar mobil."T-terima kasih, Pak sudah mengantar saya." Balas wanita itu dengan terbata.Saat Sekar baru akan mendorong pintu mobil, suara Jagat kembali terdengar. "Saya tidak akan memaksa kamu untuk menerima solusi dari saya saat ini. Tapi saya juga tidak bisa menunggu terlalu lama. Saya harap kamu bisa memberikan jawaban secepatnya."Sekar hanya mendengarkan tanpa bernia
Sore harinya saat jam pulang kerja tiba, Sekar tidak langsung keluar dari ruangannya. Padahal ia termasuk karyawan yang akan pulang saat jam pulang tiba kecuali jika ia harus lembur. Sama seperti saat berangkat pagi tadi, wanita itu lebih memilih untuk menuju area parkir saat tempat itu sudah sepi.Namun lagi-lagi pilihannya justru mempertemukannya dengan Jagat, karena lift yang ia naiki lagi-lagi ada pria itu di dalamnya.“Kebetulan macam apa ini?” Batinnya terus berbicara setiap kali bertemu dengan si pimpinan baru. Ia sungguh tidak mengerti dari banyaknya kebetulan di dunia ini, kenapa akhir-akhir ini harus selalu mengaitkannya dengan Jagat? Dari mulai malam di hotel, pergantian pimpinan perusahaan, bahkan sampai perkara menaiki lift saja berkaitan dengan pria itu.“Kamu ada lembur?” Tanya Jagat. Pria itu heran dengan Sekar yang baru akan pulang saat perusahaan sudah sangat sepi. “Tidak, Pak. Saya hanya menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya selesai sebelum jam pulang.” Sekar b
Sekar membeku.Pria yang ia tumpangi— pria asing itu…. bosnya?“Saya Jagat Benjamin. Mari bekerja sama dengan baik, ya.” Ujarnya pada semua orang yang menyapanya. Sekar hanya bisa terdiam, menghubungkan memorinya yang hilang. Mata pria itu kini menatapnya dalam, tatapan yang tak mampu Sekar balas.Sekarang ia bukan hanya takut digosipkan oleh karyawan di perusahaan ini, tapi juga takut tiba-tiba dipanggil oleh pimpinan perusahaan ini untuk dipecat karena peristiwa salah masuk kamar malam itu.Sampai siang hari, pemikiran itu tak kunjung hilang dari kepala Sekar. Justru wanita itu semakin was-was, lalu tiba-tiba—“Kamu saya pecat!”Sekar merinding sekujur badan. “Ya ampun, lo mikir apa sih, Sekar?” Ucapnya yang setengah frustasi.Di tengah semua itu, satu pesan dari temannya muncul di ponselnya. Teman yang berbeda divisi dengannya itu mengajak makan siang di kantin perusahaan, tapi Sekar yang sudah kenyang dengan pikirannya sepanjang hari ini terpaksa menolak ajakan itu. Padahal selam
Langkah Sekar terhenti, napas yang tadinya sudah berhembus lega kini kembali tercekat. Otot-otot dalam tubuhnya kembali menegang, pikirannya sudah berkelana jauh merangkaikemungkinan-kemungkinan buruk jika pria dibelakangnya ini berubah pikiran.Namun ternyata Jagat justru mengatakan hal yang tak terduga, “Saya nggak setua itu, lain kali jangan panggil saya dengan sebutan ‘Bapak’.”“Hah, gimana?” Balas Sekar sambil membalikkan badannya ke arah Jagat.Hal begitu saja Sekar tak paham, tapi ya mana bisa paham? Wanita itu bahkan masih kebingungan dengan semua yang sedang terjadi. Tiba-tiba jadi bahan guncingan orang, dan tiba-tiba salah kamar.Dirinya butuh waktu mencerna kejutan-kejutan itu.Baru saja kakinya bergerak beberapa langkah dari kamar itu, tiba-tiba Sekar melihat ada dua orang wanita yang baru saja berbelok ke lorong yang sama dengannya. Pembicaraan mereka terdengar jelas di tengah sunyinya lorong hotel.“...Kayaknya di hotel ini deh, foto cewek check in yang baru viral itu.
Pertanyaan itu langsung membuat Sekar menoleh.Tatapan wanita itu yang terkejut, bingung, dan mungkin terpesona. Tunggu, terpesona? Seketika Jagat tersadar hanya menggunakan selembar handuk yang menutupi pinggangnya ke bawah sedangkan tubuh bagian atasnya terekspos sempurna.Sementara itu, Sekar yang tadi sempat terpaku, kini mulai menyadarkan diri dan bertanya balik pada pria yang berdiri tak jauh darinya. “Kamu yang siapa? Kenapa ada di kamar ini?”Jagat mengernyitkan dahi bingung, ia yakin tak salah masuk kamar. “Ini kamar saya, kamar nomor 779.”Kemudian pria itu melangkah mengambil kunci kamarnya, “Saya jelas membuka pintu kamar dengan kunci ini, jadi kemungkinan kamu yang salah masuk kamar.” Lanjutnya dengan nada yang cukup tenang.Sekar kemudian terdiam, ia mulai mengingat bagaimana ia bisa masuk ke kamar ini.Satu hal yang ia sadari saat tadi begitu terburu-buru karena diikuti orang, Sekar tak lagi mengecek pesan David yang berisi nomor kamar yang telah dipesan dan parahnya ia







