Sementara itu, Jefri sedang duduk di bar sambil minum-minum. Setelah membaca pesan dari Daris, dia pun menjawab, "Aku nggak mau ikut."Jefri masih marah sekali dengan Sara, jadi dia tidak mau menemui Sara dan melihat wajah wanita itu!Setelah mengirimkan pesan balasannya, Jefri meletakkan ponselnya. Dia mengambil gelas berisikan wiski merek Macallan Blue Diamond, lalu langsung menenggaknya sampai habis."Satu gelas lagi."Dia mengetuk meja bar dengan jarinya. Si bartender segera mencampur minuman yang Jefri pesan dan menyerahkannya kepada Jefri.Jefri mengambil gelas itu, lalu menyesap isinya dengan anggun. Tiba-tiba, ponsel yang berada di sebelahnya pun bergetar lagi ....Jefri mengira Daris mengirimkan pesan untuk memintanya ke klub, jadi Jefri mengambil ponselnya dan memeriksanya."Bajunya baru beli."Ternyata yang mengirimkan pesan WhatsApp adalah Jihan. Pria itu mengirim sebuah foto yang disertai dengan keterangan.Jefri pun mengklik foto itu, lalu memperbesar tampilannya di layar
Begitu terpikirkan akan hal itu, Wina mengambil majalah mode di sebelahnya dan menyodorkannya kepada Jihan sambil menunjuk gaya salah seorang selebriti pria di majalah tersebut."Sayang, gimana kalau model rambutmu diubah jadi kayak gini?"Begitu melihat rambut selebriti pria yang dicat abu-abu keperakan itu, Jihan yang sedang mengetik dengan ekspresi dingin itu langsung ketakutan. Jari-jemarinya bahkan sampai gemetar.Namun ... apa bisa dia menolak?"Kenapa, Sayang? Nggak suka?"Jihan menengadah menatap Wina. Sorot tatapannya terlihat sangat tidak senang, tetapi ekspresinya tampak datar dan biasa saja."Suka kok.""Kalau gitu, kita ganti modelnya sekarang, yuk!"Rasanya jantung Jihan seolah berhenti selama sepersekian detik. Namun, Jihan memutar otaknya dengan cepat dan langsung membuat alasan."Sayang, nanti 'kan kita mau ke kasino? Tampilan kayak gitu nggak cocok."Ada beberapa teman-teman kaya Jihan lainnya yang juga sedang berlibur di Laminos.Setelah melihatnya unggahan Jihan di
Deretan mobil mewah kelas atas terparkir di pintu masuk kasino termewah di kota yang tak pernah tidur itu.Para pengawal segera keluar dari mobil dan membuka pintu mobil Cayenne hitam yang berada di paling depan.Seorang pria berkacamata berbingkai emas keluar dari mobil sambil menuntun seorang wanita bergaun perak.Begitu melihat pasangan yang tampak memukau itu, si penjaga pintu yang berjaga di pintu masuk kasino langsung terlihat berbinar.Dia sudah lama bekerja di sini dan ini pertama kalinya dia melihat orang yang begitu menarik perhatian. Dia langsung tahu pakaian kedua sejoli itu adalah barang bermerek.Ditambah lagi, pria dengan tampilan "bajingan yang manis" itu membawa serombongan pengawal. Sederet mobil mewah yang mengiringi kedatangan mereka juga tampak memukau.Si penjaga pintu segera membungkuk dan melangkah maju untuk menyambut pasangan itu. Dia ingin mengucapkan beberapa kata sanjungan agar mendapatkan tip yang lebih besar, tetapi dia melihat si bos kasino berjalan kelu
Setelah Wina dituntun ke area sofa oleh Jihan dan duduk, dia pun berbisik di telinga Jihan, "Sayang, besok warna rambutmu dibalikin kayak semula saja."Meskipun dia sangat menyukai warna rambut ini, dia tidak ingin melihat Jihan diejek oleh teman-temannya. Wina tahu mereka tidak bermaksud jahat, tetapi tetap saja dia merasa tidak enak hati.Jihan mengambil sebotol anggur merah dari tangan pelayan dan melirik Wina. "Apa kalau gitu kesepakatan kita masih berlaku?"Tidak peduli apa warna rambutnya. Jihan tidak rela "membatalkan" kebahagiaannya karena bisa melakukannya dengan Wina sebanyak dua kali berturut-turut di malam hari.Wina meletakkan satu tangannya di lutut dan memegang dagunya. Setelah berpikir sejenak, dia menunjuk ke arah meja permainan dan bertanya, "Kamu bisa main?"Sorot tatapan Jihan dengan jelas mengatakan bahwa "suamimu tahu segalanya", tetapi dia menggelengkan kepalanya. "Nggak."Wina langsung tersenyum cerah dan berkata, "Kalau gitu, kesepakatan awal masih berlaku. Sel
"Hmph! Mengesalkan!"Farrel mendengus dan mengetuk meja, lalu meminta bandar bekerja.Setelah bandar meletakkan kartunya, dia menjentikkan kartu tersebut dengan jarinya yang lentik. Satu per satu kartu itu pun terhampar di atas meja.Farrel meletakkan kartu-kartu itu di atas strip, lalu membagikan dua kartu kepada para pemain di atas meja.Sebagai bandar, dia juga membagikan dua kartu tambahan. Yang satu ditutup, sementara yang satu lagi dibuka. Keempat pemain lainnya langsung membuka kartu masing-masing.Wina membaca buku panduan permainan dengan saksama. Dia jadi tahu secara garis besar bagaimana bermain BlackJack.Aturan mainnya sebenarnya sangat sederhana. Kartu As bisa dianggap 1 atau 11 poin, sedangkan kartu J, Q dan K adalah 10 poin. Sisanya 2-10 poin adalah angka pada kartu itu sendiri.Setiap pemain pertama-tama akan mendapatkan 2 kartu. Jika jumlah kartu pemain belum mendekati 21 poin, dia dapat terus meminta kartu kepada bandar. Ketika poin pemain mencapai 21 poin atau mende
Wah, dasar licik! Benar-benar kurang ajar!Jelas-jelas Jihan tahu aturan mainnya, tetapi pria itu malah berpura-pura tidak paham!Semoga semua dewa kemalangan memberkati Jihan sehingga kartu keempatnya senilai 10 poin atau lebih dan dia akan kalah!Farrel yang harus bertanya kepada tiga pemain lainnya apa mereka menginginkan kartu pun menatap Jihan. "Kenapa kamu terburu-buru? Tunggu saja satu putaran."Setelah Farrel menanyakan beberapa pemuda itu satu per satu, dia menambahkan kartu ketiga kepada mereka dan dirinya sendiri, lalu memberikan kartu keempat kepada Jihan.Jihan merangkul pinggang Wina, lalu menundukkan kepalanya dan mencium pipi Wina di hadapan semua orang. "Sayang, buka kartunya."Farrel yang selama ini melajang pun menjadi sangat kesal. Dia membuang sebuah kait yang dia pegang sambil menggerutu, "Ya, ya, kamu mau berapa? Sebut saja nominalnya, akan langsung kukasih. Silakan ambil dan cepat bawa pulang sana dengan istrimu."Tiga pemain lainnya tidak tahan lagi dan menggeb
Selain itu, masih ada ketiga pemain lainnya. Walaupun Farrel merasa sangat marah dan kesal, ekspresinya terlihat datar.Farrel pura-pura terlihat gembira seolah-olah dia juga mendapatkan 21 poin, sambil terus bertanya kepada pemain lain apa mereka ingin menambah kartu ....Kenneth meminta kartu keempat, tetapi pada akhirnya kalah karena jumlahnya lebih dari 21 poin.Saat Josh mencapai kartu ketiga, total poinnya sudah 19. Dia takut kalah, jadi dia memilih untuk tidak menambah kartu.Pemain ketiga, Jeff, juga sudah mencapai 20 poin. Wajar saja dia tidak meminta kartu lagi.Sekarang, giliran bandar yang menambah. Sebagai bandar, Farrel ragu-ragu.Jihan langsung tahu hanya dengan melihat Farrel ragu-ragu seperti ini. Dia mengedikkan dagunya ke arah kartu yang tertutup dengan sombong."Buka.""Ngeselin banget!"Farrel mengomel lagi, tetapi dia menuruti ucapan Jihan dan membuka kartunya.Karena dia membuka kartunya, itu berarti dia tidak menginginkan kartu keempat."Totalnya 20 poin, kalah
Farrel sontak tertegun dan bertanya, "Mau diubah kayak gimana?"Jihan melihat sekilas cip di atas meja dan berkata kepada Farrel, "Kali ini saja pengecualian, aku yang jadi bandarnya."Farrel langsung bereaksi. "Maksudmu, kamu ingin memenangkan semua uang para pemain dengan jadi bandar?"Jihan berdiri dan memasukkan satu tangan ke dalam saku celananya, lalu berjalan menuju Farrel dan berkata dengan suara dingin, "Pinjam tempatmu, menang kalah aku yang tanggung."Ya ampun, kenapa Jihan sombong sekali? Dia secara terang-terangan sekali mengatakan ingin menempati posisi si pemilik kasino dan memenangkan uangnya.Farrel menolak, tetapi Jihan merebut kail dari tangannya.Jihan pun berkata dengan tegas, "Selain cip di atas meja untuk berjudi, aku juga butuh beberapa barang lainnya."Beberapa pemuda lainnya menjadi tertarik saat melihat Jihan melanggar aturan main dan menambah taruhan."Kamu butuh apa saja?"Jihan meletakkan kailnya, lalu menopangkan kedua tangannya di atas meja. Dia sedikit