Share

Bab 7

Setelah Jihan pergi, Emil baru menyadari bahwa dia adalah putra kedua dari Keluarga Lionel. Emil langsung melepaskan Wina dan mengejar Jihan untuk menyapa.

Akan tetapi, Jihan langsung masuk dan menutup pintu mobil dengan keras. kemudian, belasan mobil mewah yang berhenti di luar itu melaju pergi.

Pengejaran yang sia-sia. Emil hendak kembali mencari Wina, tetapi dia melihat Wina sudah melarikan diri dengan masuk ke dalam lift.

Emil menyentuh bibirnya yang baru mencium wajah Wina itu. Matanya memancarkan kegembiraan bagaikan serigala yang ingin menangkap mangsa.

"Jovin, selidiki alamatnya," perintah Emil.

"Ya," jawab Jovin Liman yang mengikuti di belakangnya.

Setelah sampai di rumah, Wina meletakkan tas, duduk di sofa dan termenung.

Dia terbangun dari lamunannya ketika ponselnya berdering.

Setelah mengeluarkan ponsel dari tas, Wina mengernyit ketika melihat nama panggilan di layar ponselnya itu.

'Kenapa Daris meneleponku?'

Wina ragu-ragu sejenak, lalu mengangkat panggilan itu, "Pak Daris, ada apa?"

Terdengar suara Daris dari ujung sana, "Nona Wina, tadi saat saya membersihkan apartemen, saya menemukan barang-barang Anda tertinggal di sini. Kapan Anda punya waktu mengambilnya?"

Wina mengira Jihan ingin menjelaskan sesuatu padanya. Dia tidak menyangka hanya masalah barang tertinggal. Hal ini membuat hatinya tiba-tiba terasa pilu.

"Pak Daris, tolong bantu buang saja."

Setelah mengatakan itu, Wina langsung mematikan panggilan itu tanpa menunggu balasan.

Kemudian, semua nomor kontak Daris dan Jihan dihapus bersih olehnya.

Kemarin, Wina masih berkhayal Jihan akan menghubunginya sehingga enggan menghapus nomor kontaknya.

Sekarang, Wina sudah mengetahui semua kebenaran, jadi dia sudah menyerah sepenuhnya.

Setelah mematikan ponsel, Wina berbaring di sofa dan tertidur.

Tidak tahu berapa lama Wina tertidur, tetapi ketukan pintu membangunkannya.

Akhir-akhir ini, karena Sara bekerja sif malam dan pulang larut malam, dia meninggalkan kunci rumah pada Wina.

Ketika mendengar ketukan pintu, Wina mengira Sara sudah pulang kerja, jadi dia segera bangkit untuk membukakan pintu.

Akan tetapi, setelah membuka pintu, yang ada di depan pintu bukanlah Sara, melainkan Emil.

Melihat wajah menjijikan itu, raut wajah Wina seketika menjadi pucat.

Wina buru-buru ingin menutup pintu, tetapi Emil mengulurkan tangannya dan mendorong pintu itu hingga terbuka lebar.

Ketakutan terhadap tindakan itu, Wina pun mundur selangkah.

"Pak Emil, apa yang ingin kamu lakukan?"

Wina tidak menyangka pria mesum itu menemukan tempat tinggalnya.

Melihat Wina seperti kelinci kecil yang ketakutan, Emil langsung merasa sangat menarik.

Emil meletakkan tanganya di pintu, memiringkan kepala sambil menatap Wina dan berkata, "Kenapa takut begitu? aku nggak akan makan kamu."

Mata hitam bercampur sedikit abu yang sedang menatap Wina itu memancarkan kesenangan seakan-akan sedang menangkap mangsa.

"Nona Wina, kamu nggak mempersilakan tamu masuk dan duduk?"

Emil bertanya dengan sopan, tetapi Wina ketakutan saat mendengar itu.

Dia tahu persis siapa Emil dan apa yang akan dia lakukan. Oleh karena itu, bagaimana mungkin dia membiarkan Emil masuk.

Wina berkata dengan ketus, "Maaf, ini rumah temanku, jadi nggak pantas membiarkanmu masuk."

Selesai mengatakan itu, Wina ingin menutup pintu dengan cepat. Akan tetapi, Emil langsung melangkah masuk dan menutup pintu itu pada saat yang sama.

Wina sama sekali tidak punya kesempatan untuk melarikan diri. Sekarang, ekspresinya berubah menjadi masam.

"Pak Emil, apa sebenarnya maumu?"

"Mau menidurimu."

Saat mengatakan itu, mata Emil langsung tertuju pada dadanya Wina. Dia sama sekali tidak menyembunyikan tujuannya.

Sebelum Wina pergi tidur, dia sudah mengganti pakaiannya dengan piama yang berkerah rendah.

Emil lebih tinggi dari Wina, jadi dia bisa melihat dengan saksama dari atas hingga bawah.

Melihat tatapan Emil itu, Wina segera menarik dua sisi piama luar untuk menutupi dadanya. Namun, karena tarikannya terlalu kuat, bagian yang menggembung itu tercetak sepenuhnya.

Meskipun terlihat pucat pasi, Wina tetap membuat orang terpikat padanya. Wina memiliki wajah yang lembut mulus, mata yang jernih seperti air, payudara yang montok, pinggang yang ramping serta paha yang putih.

Tubuh seseksi itu membuat darah pria dengan mudah mendidih hanya dengan sekali lihat.

Emil terpikat pada penampilan Wina ketika Wina datang mengantarkan dokumen. Pada saat itu, dia ingin segera 'melahap' Wina.

Sekarang Wina berdiri di depannya dengan piama tipis, jadi mana mungkin Emil bisa menahan diri.

Hasrat yang memenuhi sekujur tubuh membuat Emil kehilangan akal sehat dan mendorong Wina ke dinding.

"Aku akan beri kamu 2 miliar untuk bercinta denganku satu malam."

Wina sangat ketakutan hingga seluruh tubuhnya gemetar. Dia menggunakan kedua tangannya untuk menekan dada Emil agar tidak semakin mendekat.

"Pergi! Aku bukan wanita jalang!"

Wina baru saja keluar dari kehidupan dipelihara oleh orang lain. Dia tidak menyangka seseorang akan membeli tubuhnya dengan uang secepat ini. Dia merasa hal ini sungguh konyol.

"Sepuluh miliar ditambah dengan satu vila."

"Kamu beri aku 200 miliar pun, aku nggak mau. Sebaiknya kamu lepaskan aku atau aku akan panggil polisi!"

"Coba saja. Kita lihat siapa yang berani menangkapku!"

Emil sama sekali tidak takut, dia terus mencium wajah Wina secara paksa.

Wina berusaha semampunya untuk mengelak, tetapi Emil berhasil mencium keningnya.

Sentuhan dingin itu terasa seperti dijilat ular dan membuat Wina sangat mual.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status