Share

Bab 9

Author: Liliana
Setelah membalas pesan dari Tania, tak lama kemudian terdengar suara riuh dari lantai bawah.

Violen berjalan ke samping jendela dan melirik keluar, terlihat dua truk besar berhenti di halaman depan yang penuh dengan muatan mawar kuning yang masih bertanah.

Delapan tukang kebun turun dari truk sambil membawa sekop, tanpa banyak bicara langsung mencangkul tulip yang memenuhi halaman.

Violen bersandar di jendela, menikmati pemandangan taman yang perlahan digali hingga berantakan tak berbentuk.

Tak butuh waktu lama, tak ada satu pun tulip yang tersisa.

Benar-benar pemandangan yang menyenangkan hati.

Akhirnya, Violen memperlihatkan senyuman ternyaman pertamanya sejak dirinya sadarkan diri.

Menjelang jam enak sore, Tania pun datang menjemputnya.

Bibi Lusi memapah Violen naik ke mobil.

Saat mobil mulai melaju, melalui kaca spion, Violen melihat Bibi Lusi mengeluarkan ponsel di belakang untuk memotret nomor plat mobil.

Kemungkinan untuk melapor pada Marvel.

Violen tidak peduli sama sekali.

Marvel tentu mengenali mobil Tania, dia juga tahu Tania sangat tidak suka pada dirinya.

Selama ini, dirinya selalu dikenal sebagai pria yang lembut dan sopan, dia tentu tidak akan sembarangan memancing amarah Tania, si meriam kecil itu.

Violen sangat bersyukur sekarang. Dulu, dia tidak sebucin itu tergila-gila pada Marvel dan meninggalkan sahabatnya hanya karena Marvel tidak menyukai Tania.

Setengah jam kemudian, mobil mereka berhenti di parkiran luar Garden Bay.

Untuk totalitas aktingnya, Violen memakai kacamata hitam, mengambil tongkat tunanetra dan terus berpura-pura buta saat berjalan ke dalam restoran.

Seorang pelayan langsung menyambut.

“Maaf, apakah benar dengan Nona Violen? Nona Tania sudah menunggu di ruang VIP lantai empat. Perlukah saya mengantarmu naik ke atas?”

“Nggak perlu, tolong antar aku ke lift saja,” jawab Violen.

Violen berjalan ke lift dengan dibantu pelayan.

Pintu lift terbuka, Violen pun melangkah masuk dan menekan tombol lantai empat. Pintu yang berat itu perlahan menutup di depannya.

Violen tidak sengaja melirik keluar. Dia melihat sekelompok pengawal berpakaian hitam tiba-tiba masuk. Mereka berbaris dan menutupi sosok pria di tengah-tengah.

Violen menurunkan sedikit kacamata hitamnya dan mengintip dari celah di antara dua pengawal. Dia melihat profil samping pria itu. Dia mengenakan jas gelap yang mengesankan, seperti bayangan yang pekat. Satu-satunya yang terlihat jelas hanyalah tangannya.

Jari-jarinya panjang, ruasnya jelas, garisnya begitu indah. Karena kulitnya pucat, urat punggung tangan samar terlihat begitu memikat.

Tiba-tiba, dua kata muncul di benak Violen, karya seni.

Namun, biasanya kalau tangan pria bisa sebagus itu, kemungkinan besar wajahnya jelek.

Hanya saja, Violen belum sempat membuktikan teori itu, pintu lift sudah terlanjur tertutup rapat.

Di lobi, Billy yang baru saja melangkah masuk tiba-tiba menghentikan langkahnya. Seolah merasakan sesuatu, dia menoleh sekilas ke arah lift, tapi yang tertangkap matanya hanya bayangan lift yang perlahan naik ke atas.

Billy menyipitkan mata, lintasan emosi sulit ditebak melintas di tatapannya.

Saat itu pula, manajer Garden Bay segera berlari kecil menyambut dengan wajah penuh senyuman sopan.

“Selamat malam, Pak Billy. Lift pribadimu ada di sebelah sini.”

Billy menarik kembali pandangannya, lalu berbalik menuju lift pribadi yang tampak sederhana, tapi mewah di sisi lain.

Di lantai empat.

Violen keluar dari lift, mengikuti ingatannya berjalan sampai ke ujung koridor, lalu membuka pintu ruang VIP.

Baru saja mendorong pintu, Tania sudah berlari memeluknya erat-erat.

“Huhuhu, Violenku sayang! Biar kulihat baik-baik!” ujar Tania sambil memegang wajah Violen dan semakin dilihat, dia semakin sedih.

“Kenapa kurus sekali? Ini semua gara-gara Marvel bajingan itu. Sudah kubilang sejak awal, dia bukan orang baik!”

Tania memang tidak pernah menyukai Marvel. Mungkin dia satu-satunya orang di dunia ini yang berpikir Marvel tidak pantas untuk Violen.

Violen menatap wajah Tania yang begitu ceria, matanya pun berkaca-kaca.

Dia tidak bisa menahan tangisannya.

“Tania, aku sangat merindukanmu.”

Orang bilang sahabat adalah keluarga yang kita pilih sendiri. Di hati Violen, Tania bagaikan saudara kandungnya sendiri.

Tania memeluk Violen dengan erat dan menepuk punggungnya dengan lembut. Dia bahkan bisa merasakan tulang-tulang Violen.

“Sudahlah! Ayo makan dulu! Kita ngobrol sambil makan!”

Tania menarik Violen untuk duduk di meja makan.

Melihat meja yang penuh dengan makanan kesukaannya, hidung Violen pun terasa sedikit perih dan kehangatan menyelimuti hatinya.

“Terima kasih, Tania.”

“Untuk apa bilang terima kasih di antara kita?”

Tania dengan lembut mencubit pipinya, tatapannya penuh dengan kasih sayang dan melanjutkan, “Makan yang banyak, pulihkan kesehatanmu dan cepat ceraikan Marvel bajingan itu! Biar aku saja yang menafkahimu! Aku sudah memenangkan penghargaan emas sebagai aktris terbaik tahun lalu, jadi menafkahi bestieku bukanlah masalah!”

Violen tertawa mendengarnya. Dia juga tulus merasa bahagia untuk Tania.

Menjadi aktris adalah impian Tania.

“Selamat, Tania. Kamu sudah mewujudkan mimpimu.”

Tania menatap Violen, tapi dia tidak bisa tersenyum.

Dia merasa Violen tidak pantas menerima ini semua.

“Violen, seandainya tujuh tahun lalu kamu nggak memilih untuk tinggal demi Marvel…”

“Tania.”

Violen memotongnya dengan lembut, “Nggak ada gunanya menyesali masa lalu, tapi kendali hidupku selalu ada di tanganku. Aku bisa memperbaikinya kapan saja. Aku akan menceraikan Marvel, hanya saja sekarang bukan waktu yang tepat. Untuk mendapatkan hak asuh kedua anakku, aku butuh banyak persiapan. Mungkin aku juga butuh bantuanmu.”

Keluarga Lous dianggap sebagai keluarga elit di Kota Aktara dan citra Marvel di mata publik selalu sangat baik. Direktur termuda di Grup Sentosa, penampilannya sempurna dan dia adalah pria, suami dan ayah yang sempurna. Benar-benar diagung-agungkan!

Yang paling konyol adalah setengah dari perjalanan dia menuju posisi direktur itu dibangun oleh Violen untuknya!

Memang tidak mudah bagi Violen untuk mendapatkan hak asuh anak dari Keluarga Lous.

Tania pun menggenggam tangan Violen dan berkata, “Violen, aku akan selalu ada di pihakmu dan mendukungmu!”

Violen tidak pernah meragukan hal itu.

Setelah selesai makan, Tania mendorong ponsel ke hadapan Violen.

“Violen, aku berhasil menemukan akun Instagram kedua Mega,” ujar Tania sambil menghela napas.

“Lihatlah.”

Violen mengambil ponsel itu.

Nama akun instagramnya adalah [Bersama Marvel].

Profilnya adalah punggung seorang pria yang buram, tapi Violen langsung mengenalinya, itu Marvel!

Violen tentu sangat familiar.

Sejak usia dua belas tahun, dia selalu mengikuti di belakang Marvel. Jadi, tentu yang paling sering dia lihat adalah punggungnya.

Unggahan terbaru di akun rahasia Mega adalah lima tahun yang lalu, tepat pada hari di mana Violen mengalami komplikasi saat melahirkan dan menjadi koma.

Dan di foto yang diunggah Mega, dia tersenyum lebar sambil menggendong dua bayi!

Itu pasti Rey dan Rora!

Violen merasakan amarah memuncak di kepalanya. Dia berusaha menahannya dan terus menggulir ke bawah.

Semakin melihatnya, hati Violen semakin dingin. Tangannya pun gemetar tak terkendali.

Di foto-foto Mega saat kuliah, ternyata sudah ada sosok Marvel!

Ternyata mereka sudah saling kenal sejak masa kuliah!

Padahal Violen ingat jelas, dulu saat dirinya hamil, Marvel bilang dia akan merekrut seorang sekretaris yang cekatan untuk menjaganya.

Saat itu, mereka bahkan berpura-pura baru saling kenal di depan Violen!

Tania sangat marah. Dengan kesal, dia berkata, “Si Mega jalang ini juniornya Marvel di kampus. Dia dua angkatan di bawahnya dan hubungan mereka sudah nggak biasa sejak masa kuliah!”

Violen melihat foto yang muncul dan mencibir, “Bukan hanya nggak biasa.”

Di foto itu, Mega bersandar di bahu Marvel untuk selfie. Marvel tampak baru bangun tidur, matanya sedikit sayu dan dia menatap Tania dengan penuh kasih sayang.

Caption di foto tersebut adalah, [Di hari ulang tahunnya, dia masih sempat datang menjengukku di rumah sakit, bahkan memberiku syal. Terima kasih~]

Melihat tanggal postingan itu, tubuh Violen seperti kehilangan tenaga. Kenangan lama bagaikan tamparan yang menghantamnya dengan keras, membuat kepalanya pening.

Syal yang dipakai Mega di foto itu adalah syal yang dia rajut sendiri sepanjang malam untuk Marvel!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 25

    Marvel sedang berada di ruangan kantor. Dia baru saja membantu Mega mengobati punggung tangannya yang memerah karena terjepit. Tiba-tiba, ponsel di sampingnya bergetar.Marvel mengambilnya, sekilas melihat pesan dari Wiliam, dia pun langsung merasa tak tahu harus bilang apa.Wiliam memang sudah lama meremehkan Violen. Jadi, Marvel juga tak menanggapinya, hanya meletakkan ponselnya begitu saja.Hanya waktu sebentar, Mega sudah dengan cekatan membereskan kotak P3k yang baru saja dikeluarkan.“Biar aku saja,” ujar Marvel, mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi Mega menghindar.Dengan senyuman nakal, Mega berkata, “Kalau luka sekecil ini saja perlu diobati Pak Marvel, aku khawatir besok aku bakal langsung dipecat.”Marvel terhibur oleh candaannya, alisnya yang tadi sedikit mengerut pun perlahan mengendur.Mega tiba-tiba mendekat, mengangkat tangan dan menyentuh keningnya.Marvel terdiam dan tidak bergerak.“Kakak senior,” bisik Mega sambil berjinjit, sepasang mata indahnya menatap lur

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 24

    Dulu, Violen pernah berusaha keras untuk menyenangkan teman-teman di sekitar Marvel, berharap mereka bisa menerima dirinya. Tapi sudah habis tenaga, hasilnya tetap sia-sia.Violen masih ingat, pernah suatu kali saat ulang tahun Wiliam, dirinya melihat kondisi tubuh Wiliam yang kurang bertenaga, jadi dia dengan sepenuh hati meracik sebuah resep obat penambah energi dan darah.Dia bahkan menghabiskan waktu seminggu penuh untuk merebus dan mengolahnya menjadi pil yang mudah diminum, lalu membungkusnya satu per satu dengan rapi.Di hari ulang tahun Wiliam, Violen memberikannya langsung padanya.Saat itu, ekspresi Wiliam sangat sulit ditebak. Dia menerima dengan senyuman setengah mengejek dan berkata, “Terima kasih sudah repot-repot.”Namun saat hendak pulang, Violen malah melihat pil-pil obat itu tergeletak di tempat sampah dekat pintu.Yang pertama muncul dalam hatinya saat itu hanyalah rasa sedih dan tersinggung. Dia bahkan sempat menyalahkan diri sendiri, apakah hadiah yang dia berikan

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 23

    “Pak Marvel, jangan mempersulit nyonya. Aku benar-benar baik-baik saja. Nyonya juga nggak sengaja menyakitiku,” ujar Mega yang baik hati meredakan situasi.“Sebentar lagi ada rapat, aku pergi menyiapkan ruang rapat.”“Aku ikut denganmu,” ujar Marvel yang menatap Violen dengan dalam. “Violen, aku sangat kecewa dengan kejadian hari ini. Renungkan baik-baik. Kita bicarakan lagi nanti di rumah.”Usai bicara, Marvel berbalik dan memerintahkan Vicky, “Nanti, antar nyonya pulang.”“Biak.”Violen berdiri di tempatnya, melihat Marvel dan Mega berjalan pergi berdampingan. Punggung mereka terlihat serasi. Saat berjalan, ujung rok Mega bergesekan dengan celana jas Marvel.Di tengah-tengah itu, kaki Mega terkilir dan Marvel langsung reflek memapahnya.Meskipun tahu Violen tak bisa melihat, Vicky pun merasa iba dan menghalangi pandangan Violen.“Nyonya, ayo aku antarkan pulang.”“Pak Vicky, bisa tolong buatkan aku kopi? Aku mau tinggal sebentar di kantor lamaku, boleh?”“Tentu saja boleh. Kalau beg

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 22

    Detik berikutnya, terdengar suara Marvel yang penuh amarah,“Violen, apa yang kamu lakukan?”Violen menatap lewat kacamata hitamnya, melihat Marvel melangkah cepat menghampiri. Alisnya yang indah berkerut, sorot matanya penuh rasa sayang pada Mega dan tidak puas pada dirinya. Karena dirinya ‘tak bisa melihat’, Marvel bahkan tak berusaha menyembunyikan ekspresinya.“Pak Marvel, ini bukan salah nyonya!” Mega buru-buru meraih lengan Marvel dengan lembut dan melanjutkan, “Aku sendiri yang nggak sengaja terjepit pintu.”Vicky melihat semuanya dengan jelas sejak awal hingga akhir. Dia pun tak tahan dan membela Violen, “Pak Marvel, kamu salah paham. Ini benar-benar hanya sebuah kecelakaan.”Marvel selalu mementingkan citra dan harga diri. Dia pun diam dan tidak berbicara lebih banyak, hanya mengulurkan tangan ke arah Mega.“Biar kulihat.”Mega yang tadinya berusaha menyembunyikan tangannya di belakang, ragu sebentar, lalu tetap menyerahkannya, meletakkannya dengan lembut di telapak tangan Ma

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 21

    Sudut bibir Mega yang tadinya terangkat, kini membeku.Delis juga membelalakkan matanya. Seketika, dia tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Tapi, setelah sadarkan diri, dia hampir berteriak kegirangan.Violen melanjutkan dengan tenang, “Saat aku bergabung tujuh tahun yang lalu, aku tanda tangan kontrak sepuluh tahun dengan perusahaan. Kecuali aku sendiri yang mengundurkan diri secara sukarela, posisi manajer divisi riset ini akan tetap menjadi milikku selama sepuluh tahun. Beberapa hari lagi, aku bakal kembali bekerja seperti biasa.”Dia meninggikan suara agar semua divisi dapat mendengarnya dengan jelas, “Tentu saja, kalau ada yang ingin mengikuti Bu Mega, aku nggak akan menghalangi. Aku akan menyarankan Pak Marvel untuk buka divisi riset kedua. Kalian terserah mau tetap tinggal atau pergi.”Jika sebelumnya semua yang dia lakukan dalam pekerjaan adalah demi Marvel, maka mulai hari ini, dia hanya berjuang untuk dirinya sendiri!Posisi manajer divisi riset adalah posisi yang

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 20

    Tak perlu diragukan, wanita ini adalah Violen yang telah menjadi mayat hidup selama lima tahun!Setelah memastikan identitas Violen, Lina menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan jijik dan permusuhan yang tak bisa disembunyikan.Violen tidak peduli.Jelas sekali, Lina adalah anak buah Mega. Jadi, wajar saja kalau Lina tidak menyukainya.Lina berjalan santai menghampirinya dan berkata, “Nona Violen, aku sudah lama mendengar namamu…”Violen mengangkat alisnya dan tersenyum, “Nona Violen? Sejak tujuh tahun lalu, semua orang di kantor ini memanggilku manajer Violen atau Nyonya Lous. Kamu nggak mengakui jabatanku sebagai manajer atau nggak menganggapku sebagai istri Pak Marvel?”Saat Violen mengatakan ini, senyuman tipis terukir di wajahnya. Nadanya terdengar lembut, tetapi sebenarnya mengandung sindiran yang tajam. Lina langsung canggung karena diserang balik seperti itu.Tiba-tiba, dia melihat seorang wanita berjalan dari belakang, matanya langsung berbinar dan melamb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status