Share

Bab 8

Penulis: Liliana
Jika aset Grup Sentosa bisa masuk peringkat sepuluh besar di Kota Aktara, maka Keluarga Gazoz jelas berada di posisi yang lebih tinggi dari gabungan sepuluh besar itu.

Marvel mengerutkan kening, merasa agak aneh dan menjawab, “Bukannya Keluarga Gazoz nggak pernah menyentuh bidang farmasi? Kenapa tiba-tiba mau akuisisi Farmasi Luxee?”

Rocky mengangkat bahunya, “Itu dia, aku juga nggak tahu. Mungkin karena merasa industri farmasi sekarang lagi menggiurkan? Lagipula, siapa yang nggak suka mendapat uang lebih banyak?”

Setelah menyampaikan berita itu, Rocky melihat jam, lalu berdiri dan pamit.

Saat tiba di pintu, dia berbalik dan mengingatkan Marvel, “Oh iya, jangan lupa Wiliam Saputra pulang malam ini, hari ini juga ulang tahunnya. Kita kumpul jam tujuh malam di Garden Bay untuk menyambutnya.”

Wiliam adalah salah satu teman seasrama semasa kuliahnya, sudah bersahabat bertahun-tahun. Jadi, dirinya tidak boleh membatalkan janji.

Marvel berpikir beberapa detik, lalu mengambil ponselnya dan menelepon kembali ke Vila.

“Pak Marvel,” jawab Bibi Lusi.

“Di mana Violen?”

“Bu Violen lagi di kamar.”

“Suruh dia angkat telepon.”

Telepon rumah di ruang tamu dan di kamar terhubung. Bibi Lusi langsung mengalihkan panggilan. Marvel menunggu selama setengah menit dan saat kesabarannya hampir habis, barulah Violen menjawab,

Dulu, Violen selalu langsung mengangkat teleponnya!

“Marvel, kenapa?”

Nada suara Marvel sedikit tidak senang, “Lagi sibuk apa? Kok lama sekali baru angkat telepon.”

Violen melihat jarum-jarum perak yang menusuk di kedua kakinya dan dia pun tidak menyembunyikannya, menjawab, “Aku lagi akupuntur kaki, mau segera bisa berjalan normal kembali.”

Dia harus terus berpura-pura buta, tapi kakinya harus segera kembali. Jika tidak, akan menghambat rencana selanjutnya.

Violen berasal dari keluarga medis, dia sudah bisa memegang jarum sejak bisa memegang sendok. Meskipun tidak bisa melihat, menemukan titik akupuntur tetap sangat mudah baginya.

Marvel pun tidak meragukannya.

“Malam ini, aku…” kata-katanya sudah di ujung lidah, tapi tiba-tiba Marvel terdiam. Dia pun berbohong, “Mungkin aku harus lembur, bakal pulang agak malam. Jangan tunggu aku, istirahatlah lebih awal.”

Marvel tidak berencana untuk memberitahu Violen bahwa dirinya akan berkumpul dengan Wiliam dan teman-teman lainnya malam ini.

Alasannya sederhana, dia tidak mau repot.

Selama ini, Violen selalu ingin masuk ke lingkaran pergaulannya. Dia berusaha keras untuk berhubungan baik dengan teman-temannya, bahkan sengaja mencatat ulang tahun teman-teman masa kecilnya dan menyiapkan hadiah dengan penuh perhatian sebulan sebelumnya.

Namun, hadiah yang diberikan Violen adalah ramuan obat herbal yang dia racik sendiri, untuk kesehatan tubuh.

Semua teman-teman Marvel kaya dan berkuasa.

Hadiah yang mereka berikan adalah barang mewah yang jauh lebih mahal.

Saat Violen menyerahkan bungkusan herbal di depan banyak orang, Marvel jelas melihat ekspresi sinis dan jijik di wajah mereka.

Dia tahu jelas mereka tidak menyukai Violen, apalagi hadiahnya.

Jika Violen tahu dirinya mau merayakan ulang tahun Wiliam malam ini, dia mungkin akan merengek ingin ikut. Tapi, dengan keadaannya sekarang, itu hanya akan membuat Wiliam dan yang lainnya semakin menertawakannya.

Violen sekarang sama sekali tidak peduli apakah Marvel lembur atau tidak, dia hanya peduli pada kedua anaknya.

“Lalu bagaimana dengan Rey dan Rora? Biar aku yang jemput mereka saja.”

Marvel melirik foto kedua anak di sudut meja, lalu dengan datar berkata, “Aku baru ingat, mereka harus ikut dua sesi les piano dengan guru piano internasional setelah pulang sekolah hari ini. Aku sudah siapkan sopir untuk antar jemput. Kamu istirahat saja di rumah.”

Violen pun memaksa senyumannya dan menjawab, “Iya, kamu juga jangan terlalu lelah. Kalau kakiku sudah pulih nanti, aku bakal kembali ke kantor.”

Violen adalah kepala divisi riset farmasi Grup Sentosa dan juga kepala petugas medis!

Dia harus mengambil kembali karirnya!

Namun, kata-kata itu di telinga Marvel berubah menjadi Violen sudah tidak sabar ingin kembali ke kantor untuk membantunya.

Marvel pun tersenyum sedikit.

Violen tetaplah Violen, selalu hanya berpusat pada dirinya.

Cukup berikan sedikit senyuman padanya, dia sudah merasa sangat puas.

Nada suara Marvel menjadi semakin lembut, “Violen, selama aku masih di kantor, aku jamin kamu bisa kembali kapan saja.”

Violen merasa mual mendengarnya.

Padahal dirinya menjadi kepala bagian riset dengan kemampuannya sendiri, berkat tiga hak paten medisnya.

Namun, Marvel mengatakannya seolah dirinya bisa masuk ke Grup Sentosa karena berkat dia!

Violen menatap bayangan dirinya di cermin, tatapan mata penuh kejengkelan, tapi suaranya terdengar penuh rasa syukur,

“Marvel, kamu baik sekali denganku…”

Sungguh baik.

Padahal, sebagai kepala divisi riset Grup Sentosa, gajinya setahun hanya dua ribu!

Hanya karena dulu Marvel berkata, “Violen, aku baru menjabat sebagai manajer umum, aku butuh laporan keuangan yang bagus untuk menghasilkan keuntungan terbesar perusahaan, bantu aku, ya.”

Violen membantunya menghemat pengeluaran dan langkah pertama adalah mengorbankan gaji tahunan senilai miliarannya.

Saat itu, Marvel benar-benar terharu, “Violen, punyaku itu punyamu. Aku nggak akan pernah mengecewakanmu, apalagi membuatmu kekurangan soal uang.”

Waktu itu, Marvel bahkan memberinya sebuah kartu tambahan.

Berdasarkan ingatannya, Violen pun mencari-cari di lemari dan menemukan kartu yang pernah diberikan Marvel.

Kemudian, dia menelepon bank untuk menanyakan status kartu itu. Jawaban dari pihak bank, “Maaf, kartu ini sudah diblokir oleh Pak Marvel sejak lima tahun lalu.”

Menatap kartu yang kini hanya selembar plastik tak berguna, Violen tersenyum getir, begitu menyedihkan dan ironisnya.

“Marvel, ini yang kamu sebut nggak akan pernah mengecewakanku?”

Dulu, Violen mencintai dan memercayainya sepenuh hati. Tapi pada akhirnya, dirinya kalah hingga tak bersisa…

Bzzz…

Ponsel pribadi Violen bergetar dua kali. Yang mengirim pesan pada saat seperti ini hanyalah Tania.

Pesan dari Tania, [Violen sayang, aku sudah menyelidiki Mega dan menemukan berita panas tentang dia! Kapan aku bisa memberikannya padamu?]

Karena Marvel tidak pulang malam ini, dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi keluar menemui Tania.

Violen, [Malam ini, kita ketemu di Garden Bay, tempat biasa.]
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 25

    Marvel sedang berada di ruangan kantor. Dia baru saja membantu Mega mengobati punggung tangannya yang memerah karena terjepit. Tiba-tiba, ponsel di sampingnya bergetar.Marvel mengambilnya, sekilas melihat pesan dari Wiliam, dia pun langsung merasa tak tahu harus bilang apa.Wiliam memang sudah lama meremehkan Violen. Jadi, Marvel juga tak menanggapinya, hanya meletakkan ponselnya begitu saja.Hanya waktu sebentar, Mega sudah dengan cekatan membereskan kotak P3k yang baru saja dikeluarkan.“Biar aku saja,” ujar Marvel, mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi Mega menghindar.Dengan senyuman nakal, Mega berkata, “Kalau luka sekecil ini saja perlu diobati Pak Marvel, aku khawatir besok aku bakal langsung dipecat.”Marvel terhibur oleh candaannya, alisnya yang tadi sedikit mengerut pun perlahan mengendur.Mega tiba-tiba mendekat, mengangkat tangan dan menyentuh keningnya.Marvel terdiam dan tidak bergerak.“Kakak senior,” bisik Mega sambil berjinjit, sepasang mata indahnya menatap lur

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 24

    Dulu, Violen pernah berusaha keras untuk menyenangkan teman-teman di sekitar Marvel, berharap mereka bisa menerima dirinya. Tapi sudah habis tenaga, hasilnya tetap sia-sia.Violen masih ingat, pernah suatu kali saat ulang tahun Wiliam, dirinya melihat kondisi tubuh Wiliam yang kurang bertenaga, jadi dia dengan sepenuh hati meracik sebuah resep obat penambah energi dan darah.Dia bahkan menghabiskan waktu seminggu penuh untuk merebus dan mengolahnya menjadi pil yang mudah diminum, lalu membungkusnya satu per satu dengan rapi.Di hari ulang tahun Wiliam, Violen memberikannya langsung padanya.Saat itu, ekspresi Wiliam sangat sulit ditebak. Dia menerima dengan senyuman setengah mengejek dan berkata, “Terima kasih sudah repot-repot.”Namun saat hendak pulang, Violen malah melihat pil-pil obat itu tergeletak di tempat sampah dekat pintu.Yang pertama muncul dalam hatinya saat itu hanyalah rasa sedih dan tersinggung. Dia bahkan sempat menyalahkan diri sendiri, apakah hadiah yang dia berikan

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 23

    “Pak Marvel, jangan mempersulit nyonya. Aku benar-benar baik-baik saja. Nyonya juga nggak sengaja menyakitiku,” ujar Mega yang baik hati meredakan situasi.“Sebentar lagi ada rapat, aku pergi menyiapkan ruang rapat.”“Aku ikut denganmu,” ujar Marvel yang menatap Violen dengan dalam. “Violen, aku sangat kecewa dengan kejadian hari ini. Renungkan baik-baik. Kita bicarakan lagi nanti di rumah.”Usai bicara, Marvel berbalik dan memerintahkan Vicky, “Nanti, antar nyonya pulang.”“Biak.”Violen berdiri di tempatnya, melihat Marvel dan Mega berjalan pergi berdampingan. Punggung mereka terlihat serasi. Saat berjalan, ujung rok Mega bergesekan dengan celana jas Marvel.Di tengah-tengah itu, kaki Mega terkilir dan Marvel langsung reflek memapahnya.Meskipun tahu Violen tak bisa melihat, Vicky pun merasa iba dan menghalangi pandangan Violen.“Nyonya, ayo aku antarkan pulang.”“Pak Vicky, bisa tolong buatkan aku kopi? Aku mau tinggal sebentar di kantor lamaku, boleh?”“Tentu saja boleh. Kalau beg

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 22

    Detik berikutnya, terdengar suara Marvel yang penuh amarah,“Violen, apa yang kamu lakukan?”Violen menatap lewat kacamata hitamnya, melihat Marvel melangkah cepat menghampiri. Alisnya yang indah berkerut, sorot matanya penuh rasa sayang pada Mega dan tidak puas pada dirinya. Karena dirinya ‘tak bisa melihat’, Marvel bahkan tak berusaha menyembunyikan ekspresinya.“Pak Marvel, ini bukan salah nyonya!” Mega buru-buru meraih lengan Marvel dengan lembut dan melanjutkan, “Aku sendiri yang nggak sengaja terjepit pintu.”Vicky melihat semuanya dengan jelas sejak awal hingga akhir. Dia pun tak tahan dan membela Violen, “Pak Marvel, kamu salah paham. Ini benar-benar hanya sebuah kecelakaan.”Marvel selalu mementingkan citra dan harga diri. Dia pun diam dan tidak berbicara lebih banyak, hanya mengulurkan tangan ke arah Mega.“Biar kulihat.”Mega yang tadinya berusaha menyembunyikan tangannya di belakang, ragu sebentar, lalu tetap menyerahkannya, meletakkannya dengan lembut di telapak tangan Ma

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 21

    Sudut bibir Mega yang tadinya terangkat, kini membeku.Delis juga membelalakkan matanya. Seketika, dia tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Tapi, setelah sadarkan diri, dia hampir berteriak kegirangan.Violen melanjutkan dengan tenang, “Saat aku bergabung tujuh tahun yang lalu, aku tanda tangan kontrak sepuluh tahun dengan perusahaan. Kecuali aku sendiri yang mengundurkan diri secara sukarela, posisi manajer divisi riset ini akan tetap menjadi milikku selama sepuluh tahun. Beberapa hari lagi, aku bakal kembali bekerja seperti biasa.”Dia meninggikan suara agar semua divisi dapat mendengarnya dengan jelas, “Tentu saja, kalau ada yang ingin mengikuti Bu Mega, aku nggak akan menghalangi. Aku akan menyarankan Pak Marvel untuk buka divisi riset kedua. Kalian terserah mau tetap tinggal atau pergi.”Jika sebelumnya semua yang dia lakukan dalam pekerjaan adalah demi Marvel, maka mulai hari ini, dia hanya berjuang untuk dirinya sendiri!Posisi manajer divisi riset adalah posisi yang

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 20

    Tak perlu diragukan, wanita ini adalah Violen yang telah menjadi mayat hidup selama lima tahun!Setelah memastikan identitas Violen, Lina menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan jijik dan permusuhan yang tak bisa disembunyikan.Violen tidak peduli.Jelas sekali, Lina adalah anak buah Mega. Jadi, wajar saja kalau Lina tidak menyukainya.Lina berjalan santai menghampirinya dan berkata, “Nona Violen, aku sudah lama mendengar namamu…”Violen mengangkat alisnya dan tersenyum, “Nona Violen? Sejak tujuh tahun lalu, semua orang di kantor ini memanggilku manajer Violen atau Nyonya Lous. Kamu nggak mengakui jabatanku sebagai manajer atau nggak menganggapku sebagai istri Pak Marvel?”Saat Violen mengatakan ini, senyuman tipis terukir di wajahnya. Nadanya terdengar lembut, tetapi sebenarnya mengandung sindiran yang tajam. Lina langsung canggung karena diserang balik seperti itu.Tiba-tiba, dia melihat seorang wanita berjalan dari belakang, matanya langsung berbinar dan melamb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status