Share

Bab 3 Dia Tidak akan Kembali

Mendengar kata pisah rumah, hati Kayla seolah-olah dicubit dengan keras, terasa sedikit perih dan nyeri.

Sejak menikah, sepuluh jari cukup untuk menghitung berapa kali Theo pulang ke Vila Aeris setiap tahunnya, tidak ada bedanya dengan pisah rumah.

"Lagian sisa tiga bulan, kurasa kita nggak perlu tinggal bersama."

Theo menatap Kayla selama beberapa detik, lalu berkata sambil tersenyum sinis, "Perlu atau nggak, aku yang tentukan. Hari ini, Axel akan memberimu cuti dua jam, pindahkan kembali barang-barangmu."

"Aku ...."

Saat Kayla hendak menolak, terdengar suara ketukan pintu. Axel mengingatkan dari luar. "Pak Theo, rapat akan segera dimulai."

Theo mengancingkan manset yang dibuka tadi sambil berkata, "Keluar."

Kayla tidak bergerak dan masih berkata dengan kukuh, "Theo, aku nggak akan kembali ke sana."

Theo tidak menanggapinya dengan serius. "Sudah berapa kali kamu berkata demikian?"

Ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar, juga bukan pertama kalinya Kayla pindah, tapi tak lama kemudian, dia selalu pindah kembali.

Saat ini, Kayla tahu bahwa Theo tidak memercayainya dan malas membuang-buang tenaga. Bagaimanapun, seiring berjalannya waktu, Theo akan tahu bahwa kali ini dia benar-benar tidak akan kembali.

Setelah meninggalkan kantor Theo, Kayla pergi ke kamar mandi untuk merias wajah. Area dagunya yang dicubit oleh Theo sudah membiru.

Setelah selesai merias, dia hendak pergi ke departemen Sumber Daya Manusia dengan surat pengunduran dirinya, tetapi seseorang memanggilnya ....

"Kayla, mesin pencetak kehabisan tinta. Cepat ganti, sudah mau digunakan."

Dia mendengar banyak perintah seperti ini setiap hari. Sebagai asisten pribadi Theo, dia hanya perlu bertanggung jawab atas kebutuhan hidup Theo. Namun, Theo tidak ingin melihatnya dan selalu menyuruh Axel melakukan tugasnya. Jadi, Kayla perlahan-lahan menjadi orang yang disuruh-suruh di lantai 36.

"Kayla, kusuruh kamu ganti tintanya." Orang yang memanggilnya adalah Sekretaris Liya, orang yang paling tidak menyukainya. Tadi, orang inilah yang juga mengejeknya karena putus dengan pacar kaya. "Sekalipun mau mengundurkan diri, kamu harus profesional, 'kan? Kamu belum resmi mengundurkan diri, loh!"

"Tugasku adalah menaati perintah Pak Theo dan bertanggung jawab atas makanan yang dikonsumsinya. Kenapa? Sekarang, kamu sudah bisa menggantikan Pak Theo memerintah?"

Meskipun jabatannya sebagai asisten pribadi terdengar sangat sulit, jabatannya diinginkan oleh banyak orang.

Orang di depannya ini sangat ingin mengusirnya agar bisa menempati posisinya.

Liya memelototinya dengan galak sambil berkata, "Kayla, apa otakmu rusak? Kamu bertanggung jawab atas makanan Pak Theo? Kapan kamu melihat Pak Theo memakan makanan yang kamu pesan?"

Memikirkan makanan yang dibuang ke tong sampah, hati Kayla terasa sakit.

Detik berikutnya, muncul rasa sakit di dadanya. Liya melemparkan setumpuk dokumen ke pelukannya sambil berkata dengan sombong, "Cetak dua puluh set sebelum jam dua. Bu Kayla, jadi orang harus tahu diri."

Kayla mengerutkan keningnya. Karena mendengar suara dari belakang, dia berbalik dan melihat Theo keluar dari ruangan bersama Axel. Keduanya saling bertatapan ....

Theo tersenyum sinis dan tatapannya seolah-olah menyiratkan suatu makna. Bahkan pekerjaan kecil seperti ini pun nggak bisa kamu lakukan, bagaimana bisa bercerai dengannya?

Kayla tersenyum kesal. Di hadapan Theo, dia melemparkan dokumen itu kepada Liya.

Sebelum Liya bereaksi, terdengar suara gemerisik dari dokumen-dokumen yang jatuh ke lantai itu. Kayla berbalik pergi. Terdengar suatu suara dari kejauhan ....

"Bu Liya, jadi orang bukan hanya harus tahu diri, tapi juga harus pandai memilah kata-kata. Aku nggak akan pergi mengganti tinta, juga nggak mau pergi mencetak dokumen. Kalau kamu hebat, pergilah melapor ke Theo. Oh ya ... dia juga suka wanita berdada besar yang bodoh. Kamu memang bodoh, tapi itumu agak kecil."

Karena dia akan segera mengundurkan diri, dia tidak takut menyinggung siapa pun. Mempermalukan Theo sebelum pergi membuatnya sangat gembira!

Ekspresi Theo berubah muram. Bibir tipisnya menunjukkan kekesalan yang luar biasa.

Kemudian, Kayla pergi ke departemen Sumber Daya Manusia untuk mengajukan pengunduran diri. Manajer SDM melihatnya sambil berkata, "Bu Kayla, mohon tarik kembali permohonan pengunduran dirimu ini. Kamu adalah asisten pribadi Pak Theo. Kami belum bisa menerima permohonanmu sebelum disetujui dan ditandatangani oleh Pak Theo."

Kayla tidak menanggapi hal tersebut. Dia berkata dengan terus terang, "Mulai besok, aku nggak akan datang lagi. Mau dianggap cuti atau bolos, terserah kalian."

Manajer SDM tercengang. "Tindakanmu ini melanggar kontrak. Sekalipun kamu mau mengundurkan diri, masih ada masa serah terima tugas selama setengah bulan."

Dia hanya bertanggung jawab atas makanan sehari-hari Theo, apa perlu serah terima pekerjaan? Menyampaikan apa yang tidak dimakan oleh Theo?

Theo pasti mati kelaparan, karena dia pernah memesan semua jenis makanan.

Kayla berkata dengan lantang, "Kalau begitu, suruh Theo tuntut aku."

Setelah meninggalkan Perusahaan Oliver, dia mengangkat telepon dari sahabatnya, Bella Guandy yang mengajaknya pergi minum-minum. Bella mungkin sudah melihat berita kemarin dan khawatir dia akan sedih.

Karena sudah lelah, Kayla pun menolak ajakan Bella. Setelah pulang ke hotel, dia bahkan tidak makan malam dan langsung tidur.

Dia terbangun dengan linglung karena mendengar suara ketukan pintu. Dia melihat jam, pukul 07.50.

Kayla bangun dan pergi membuka pintu. Orang di luar pintu adalah manajer hotel, dia tersenyum sambil berkata dengan sungkan, "Halo, Nona Kayla. Begini, ada yang salah dengan kamar Anda dan perlu diperbaiki."

Kayla tidak mempersulitnya. "Kalau begitu, beri aku kamar lain."

Sembari berbicara, dia hendak kembali untuk mengemas barang-barangnya.

Namun, manajer hotel itu malah berkata, "Maaf, nggak ada kamar kosong lagi. Uang sudah dikembalikan ke kartu Anda. Karena ini adalah kesalahan kami, kami sudah mentransfer biaya ganti rugi kepada Anda."

Kayla tertegun. Theo menyuruhnya kembali ke vila sebelum jam 8 dan manajer hotel datang mengusirnya jam 7.50. Bagaimana mungkin dia tidak tahu alasan di balik semua ini?

"Apa si berengsek Theo itu yang memerintahmu? Aku nggak mau pindah!"

Seketika, dia tidak bisa mengendalikan emosinya dan menjadi kasar.

Manajer hotel itu pun tidak menyangkal. "Nona Kayla, kami hanyalah pebisnis kecil, tolong jangan mempersulit saya."

Bisnis kecil bernilai puluhan miliar?

Sekalipun Kayla tidak setuju, dia tidak berdaya. Pihak hotel bersikap kukuh dan bersedia membayar ganti rugi. Teknisi yang datang untuk memeriksa hotel berdiri di depan pintu dan mengatakan ada masalah listrik, kalau tidak diperbaiki sesegera mungkin, akan terjadi kebakaran.

Akhirnya, Kayla pun membawa kopernya keluar dari hotel. Ternyata mobil Keluarga Oliver sudah menunggu di luar. Melihatnya keluar, Paman Dafa segera turun dari mobil dan hendak membantunya membawa barang. "Nyonya, Pak Theo menyuruh saya datang menjemput Anda."

Kayla segera menghindar sambil berkata, "Beri tahu Theo, aku nggak akan pulang."

Setelah berkata demikian, dia berbalik dan pergi ke hotel terdekat.

Paman Dafa tidak menghentikannya, Kayla pun segera tahu alasan mengapa Paman Dafa membiarkannya pergi.

Resepsionis di salah satu hotel terdekat mengembalikan kartu kepadanya sambil berkata, "Maaf, kartu Anda baru saja dibatasi. Apa Anda punya kartu lain?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status