Share

Meminta Bantuan Papa

Penulis: Rahma La
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-14 20:08:19

"Bangun, Mas. Udah siang."

 

Mas Riko menggeliat. Dia mengerjapkan mata, kemudian menoleh ke jam dinding. Dia langsung berdiri. 

 

"Kok gak bangunin dari tadi? Ini udah siang banget, Diah." 

 

"Baru jam tujuh, Mas." Buru-buru aku mengambil bantal dan selimut, membawanya ke ruang kamar. 

 

"Masalahnya di kantor masuk jam tujuh. Kamu gimana, sih." 

 

Aku mengangkat bahu, menatap Mas Riko yang sibuk sendiri. Dia terlihat kesal sekali. 

 

Siapa suruh dia susah dibangunkan. Mimpi indah banget kayaknya, mimpiin bayinya kali. 

 

Sebenarnya, aku sudah selesai masak. Bahkan, Andre sudah berangkat sekolah. Ini memang sudah siang sekali. 

 

Baru kali ini Mas Riko bangun kesiangan. Biar saja dia kena marah. Masa tidak bisa bangun sendiri. 

 

"Pagi, Bu Diah." Bu Yanti yang lewat menyapaku sambil tersenyum. 

 

Aku balas tersenyum, sambil mengambil selang air. Menyiram tanaman. 

 

"Pak Riko belum berangkat, Bu? Memangnya gak kena marah gitu, ya?"

 

Mendengar pertanyaan Bu Yanti, aku mengernyit. Kenapa tetanggaku ini jadi penasaran sekali?

 

"Kemarin malam, saya lihat Bu Kana, berdiri terus di depan rumah Ibu, lho. Kayak maling gitu." 

 

Aku terdiam sejenak. Ngapain Kana malam-malam berdiri di depan rumah?

 

Ah, aku tahu. Kana pasti menunggu Mas Riko. Dia menunggu janji Mas Riko untuk datang ke rumahnya. 

 

Enak saja. Itu tidak akan pernah terjadi. Memangnya, dengan dia tinggal disana, kemudian tinggal tepat di depan rumahku, bisa menang begitu?

 

"Bu? Kok malah bengong. Saya lagi cerita lho, ini." 

 

Aku tersenyum. Mengangguk-angguk saja mendengar celotehan Bu Yanti. 

 

"Yaudah, saya pulang, deh, Bu. Cuma penasaran aja sama si Bu Kana. Mungkin, ada sesuatu sama keluarga Ibu begitu." 

 

Bu Yanti langsung pulang ke rumahnya. Belum apa-apa, sikap Kana yang mencurigakan sudah terendus oleh Bu Yanti. Aku harus segera menyelesaikan ini semua. 

 

"Mas berangkat, Di." 

 

Mendengar perkataan Mas Riko, aku menoleh. Menatapnya yang terburu-buru. Pandanganku terhenti ke satu titik.

 

Mas Riko memakai celana terbalik. Padahal, tadi sudah aku siapkan. Dia melambaikan tangan, mobilnya meninggalkan halaman rumah. 

 

"Biarin ajalah. Paling, malu di kantor."

 

Aku kembali menyirami tanaman. Namun, terhenti kembali ketika melihat Kana yang sedang menyuapi bayinya. 

 

Wanita itu menatap ke arah rumahku. Terlihat jelas sekali. Terang-terangan. 

 

Wah, dia mau mengibarkan bendera perang. Aku memutar keran, mengeringkan tangan. 

 

Belum juga keluar gerbang rumah. Ponselku berdering. Aku menatap layar. Dari Papa ternyata.

 

"Halo, Pa." 

 

"Halo, Sayang. Kapan mau ke rumah? Sekalian ajak cucu Papa, dong." 

 

Aku terdiam sejenak. Di rumahku sedang banyak masalah. Tidak mungkin aku bisa bebas jalan-jalan, tanpa memikirkan masalah itu. 

 

"Diah?" 

 

"Eh, iya, Pa."

 

Ah, aku akan meminta bantuan Papa, untuk memindahkan semua aset. Itu adalah hak Andre, bukan Mas Riko. Ya, ini adalah jalan terbaik. 

 

"Hari ini, Pa. Setelah Andre pulang sekolah, Diah langsung ke rumah Papa, ya."

 

Setelah mengobrol beberapa menit lagi, aku mematikan telepon. Menoleh ke seberang rumah. 

 

Kana masih menoleh ke rumahku. Mungkin, dia mencari-cari Mas Riko yang tadi malam tidak jadi datang ke rumahnya. 

 

Aku mengambil selang kembali. Memutar keran, kemudian berjalan maju ke depan beberapa langkah. 

 

"Aduh!" 

 

"Yah, maaf, Bu. Gak sengaja." 

 

Wanita itu mengibas-ngibaskan pakaiannya dengan satu tangan. Dia menatapku kesal. 

 

"Kalau lagi nyiram tanaman, lihat-lihat, dong, Bu. Masa bisa nyiram ke sini."

 

"Salah siapa Ibu berdiri disitu."

 

Kana bersungut-sungut. Dia langsung masuk ke dalam rumah. Sedangkan aku tertawa dalam hati. Memangnya enak dikerjain. 

 

***

 

"Kita mau ke rumah Kakek, Ma?" 

 

Aku mengangguk, membantu Andre mengganti pakaian. 

 

"Asik. Bisa main sama Nenek, dong." 

 

Kami langsung naik taksi. Sebelum pergi, aku sudah bilang pada Bi Sari untuk memanaskan makanan Mas Riko. 

 

Ini sudah masuk siang hari. Aku mengusap peluh di kening. Lumayan panas. 

 

Ponselku berdering beberapa kali. Ada pesan masuk. Dari Lea. 

 

Sahabatku itu mengirimkan beberapa foto. Aku mengunduhnya. Menunggu sebentar. 

 

Mataku memanas melihat foto-foto itu. Ternyata, Mas Riko tidak makan di rumah. Dia makan di restoran dekat kantor. 

 

Tidak makan sendirian, tapi makan bersama Kana. Semakin hari, kelakuannya semakin menjadi. Aku mengalihkan pandangan sejenak dari ponsel. 

 

Sebenarnya, rasa cinta itu masih ada. Masih tertanam kuat di hatiku. Ah, kenangan kami berdua masih sering berputar di pikiranku. 

 

Aku menoleh ke Andre. Menciumi kepalanya. Tidak. Aku tidak akan menyerah atas nama cinta. Aku akan berjuang untuk hak Andre. 

 

***

 

Sampai di rumah, aku membayar ongkos taksi, kemudian membantu Andre keluar dari taksi. 

 

"Assalammualaikum, Ma, Pa." 

 

"Waalaikumsalam. Akhirnya, udah dari bulan lalu gak datang kesini." 

 

Aku menyalimi Mama, kemudian Papa. Begitu juga Andre. 

 

"Andre main sama Tante Nur dulu, ya." Aku menyuruh Andre untuk main bersama Nur—adikku satu-satunya. 

 

Ini adalah masalah besar. Harus dibicarakan serius. Aku mengajak Mama dan Papa duduk di ruang tamu setelah menyuruh Nur dan Andre ke ruang keluarga. 

 

"Ada apa, Di?" 

 

Aku menahan napas, menatap Mama dan Papa bergantian. Jujur saja, ini sulit. 

 

"Ma—Mas Riko punya istri lagi, Ma, Pa." 

 

"Apa?!" 

 

***

 

Jangan lupa like dan komen, yaa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pakaian Bayi di Mobil Suamiku   Pelaku Sebenarnya

    "Hmm, oke deh, nanti saya dan istri ke kantor. Terima kasih, Pak." Aku menoleh ke Mas Adnan. Ke kantor apa? Mau ngapain juga? Mas Adnan tadi sedang teleponan, aku memang sudah berpikir kalau itu adalah telepon yang penting, maka nya aku juga tidak bertanya dari siapa. Namun, ternyata Mas Adnan juga membawa-bawa namaku tadi. Mas Adnan duduk di sampingku. Dia tersenyum, mengusap perutku yang mulai membuncit. Aku hendak bertanya, tapi menunggu dia sajalah. Biarkan Mas Adnan sendiri yang bercerita. Memang, aku lebih suka kalau Mas Adnan yang bercerita dibandingkan aku yang bertanya. Tatapan Mas Adnan lembut sekali, dia tidak pernah kasar padaku. Aku berharap sampai kami menua juga dia akan seperti ini. "Tadi siapa yang nelepon, Mas?" tanyaku akhirnya. Ah, aku tidak tahan untuk bertanya. Mas Adnan menatapku, kemudian tersenyum. Dia tampak lelah, baru pulang bekerja. Padahal tadi kami juga sedang berdua bersama, tetapi Mas Adnan ditelepon. Penting sekali telepon itu, sampai Mas Adnan

  • Pakaian Bayi di Mobil Suamiku   Kehidupan Baru (Season 2)

    "Sayang, ini makanannya habisin dulu, dong. Masa kamu tinggal gitu aja."Aku mengejar Dini—anak keduaku dari Mas Adnan. Ya, sekarang aku memanggilnya Mas, karena dia adalah suamiku. Aku juga tidak menyangka kalau Mas Adnan akan menjadi suamiku, setelah sekian lama memendam trauma itu, aku akhirnya mau menikah dengan dia. "Astaga anak itu, susah banget dibilangin." Aku menggelengkan kepala, kembali mengejar Dini. Sulit sekali untuk membujuk dia. "Ma, Andre berangkat ke kampus dulu."Andre mencium tanganku, kemudian mencium Dini. Dia melambaikan tangan. Andre mengambil kunci mobil di dinding. Aku tersenyum tipis, anakku sudah tumbuh dewasa ternyata. Mas Adnan tidak bekerja hari ini. Katanya mau bermain bersama Dini. Dia memang beberapa hari terakhir sibuk, juga tidak punya waktu untuk anak-anak, tetapi hari ini katanya dia harus bersama dengan kami. Setelah palu diketuk, aku memilih untuk menutup semua kenangan tentang Mas Riko. Andre juga tidak terlalu bersedih, bahkan dia tidak pe

  • Pakaian Bayi di Mobil Suamiku   Terlepas dari Pengkhianatan (TAMAT)

    "Apaan? Ngehalu banget, deh. Udah sana. Jangan ngulur-ngulur waktu lagi. Mau keluar baik-baik atau diseret?"Aku melipat kedua tangan di depan dada. Menatap dua sejoli yang tampak serasi ini. Nur juga ikutan tertawa di sebelahku. "Jadi perusak hubungan orang kok bangga. Kalau saya, sih, malu."Sindiran yang menusuk. Aku mengangguk-angguk, setuju dengan perkataan Kana barusan.Wajah Kana memerah. Dia sepertinya ingin menjambak wajah Nur sekarang. Mas Riko memegang tanganku. Dia sepertinya berharap sekali agar aku memaafkannya. Sebenarnya, apa yang diharapkannya lagi?"Kamu serius? Gak mau sama Mas aja? Mas jamin, hidup kamu bakalan terjamin."Aku tertawa mendengarnya. Benar-benar berkhayal orang ini. "Nih, Mas. Gak usah kamu bujuk-bujuk aku lagi. Surat perceraian kita udah keluar."Dengan cepat, aku meletakkan surat ke atas meja. Mas Riko memandangku penasaran, kemudian mengambil kertas dari atas meja. Beberapa detik, wajah Mas Riko berubah. Dia mengusap wajah, menatapku kembali.

  • Pakaian Bayi di Mobil Suamiku   Terbongkarnya Perselingkuhan Mas Riko

    MAAF, YA. HARI INI DAN KEMARIN AKU GAK BISA UPLOAD BAB BARU. ADA SUATU MASALAH, AKU JUGA LAGI KURANG ENAK BADAN. INSYA ALLAH BESOK, LANGSUNG TAMAT. SEKALI LAGI MAAF, YA.AKU MAU MINTA MAAF LAGI, HEHE. GAK SESUAI JANJI HARI INI. DOAIN AKU CEPET SEMBUH, YAA.***"Makasih, Bi." Aku tersenyum, tidak sabar memberitahukan semua ini pada Nur. Dua kabar bahagia akhirnya datang juga hari ini. Aku menghela napas pelan. Lega dengan semuanya. "Sama-sama, Bu. Saya dukung Ibu untuk bercerai dari Pak Riko, Bu.""Makasih, Bi. Makasih, banyak."Bi Sari langsung pamit ke belakang. Sedangkan aku diam sejenak di kursi. Menatap surat yang aku pegang. Hampir lima menit diam. Aku akhirnya mengambil ponsel. Hendak memberitahukan pada Nur. "Halo, Mbak. Aku baru aja nyampe pasar. Mama titip sesuatu. Belum nyampe rumah.""Mbak ada kabar gembira, Nur."Suara Nur tiba-tiba berhenti. "Kabar apa, Mbak?""Surat dari pengadilan udah datang. Sekarang, tinggal menjalankan rencana kita, Nur."Nur terdengar bersorak

  • Pakaian Bayi di Mobil Suamiku   Pembalikan Aset dan Surat Perceraian

    "Maaf, Sayang."Aku memeluk Andre. Menciumi kepalanya. Ketakutan terbesarku adalah Andre tahu tentang masalah orang tuanya. Padahal, aku sudah menyembunyikannya. "Darimana Andre mendapatkan foto ini, Nak?" tanyaku sambil melepaskan pelukan, menatap matanya. "Paket yang ada di kamar Andre, Ma. Maaf, Andre buka paketnya duluan sebelum Mama."Sedikit terkejut mendengar perkataannya. Aku buru-buru berdiri, berjalan ke tempat penyimpanan paket itu. Dengan hati-hati, aku membuka kotak paket. Menutup mulut, ketika melihat banyak foto Mas Riko dan Kana di dalamnya. "Ma." Aku menoleh, buru-buru membereskan foto yang berserakan. Kemudian berdiri. "Andre ke ruang makan, ya. Nanti, pulang sekolah, kita bahas masalah ini lagi."Andre mengangguk, meskipun masih ada banyak pertanyaan di benaknya. Aku mengangkat kotak, membawanya ke gudang. Lebih baik, disimpan disini dulu. Daripada di kamar, bisa ketahuan. "Mas berangkat kerja dulu, ya. Kalau mau pergi, telepon dulu."Mas Riko berjalan ke r

  • Pakaian Bayi di Mobil Suamiku   Salah Satu Tetangga yang Tau!

    Kana langsung menutup mulutnya. Dia baru saja melakukan kesalahan paling fatal. Aku melirik Mas Riko. Wajahnya sempat terkejut, tetapi langsung berubah. Dia terlihat biasa saja. Agar orang-orang tidak curiga. "Kamu simpanannya suami orang, Bu Kana? Ya ampun, akhirnya setelah isu buruk beredar, Ibu sendiri yang bilang fakta itu ke kita."Ibu-ibu perumahan melihat Kana marah. Sepertinya masih belum menyangka. Apa yang terjadi, ketika mereka tahu, kalau Kana itu istri kedua Mas Riko?"Gak malu, Bu Kana? Sayang sekali, Bu RT gak ada disini. Pas banget moment nya. Usir sekalian. Jauh-jauh dari perumahan ini. Meresahkan."Aku menahan tawa. Membayangkan Kana diusir dari perumahan ini. Mas Riko tampak gelisah. Sebenarnya, ketahuan sekali kalau dia pelakunya. Ah, mana ada yang memperhatikan sekarang. "Sebaiknya gitu, Bu. Gak baik, kalau dia terus-terusan ada disini."Semua ibu-ibu yang hadir, setuju. Aku menunggu apa yang akan mereka lakukan."Tidak usah dilanjutkan acaranya. Ini pengajia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status