Share

Ceraikan Riko!

"Ka—kamu serius, Diah?" 

 

Aku mengangguk. Ya, disini yang paling terkejut adalah Mama, karena Mas Riko sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Mama. 

 

Apalagi, setiap Mas Riko datang, dia terlihat baik sekali. Wataknya tiba-tiba berubah. Seperti punya dua kepribadian.

 

"Udah lama kamu tau itu?" 

 

Papa terlihat marah sekali. Aku menggenggam tangan Mama. Menghela napas pelan. 

 

"Baru beberapa hari yang lalu, Pa." 

 

"Kurang ajar!" 

 

Mendengar teriakan Papa, aku sedikit tersentak. Sedangkan Mama langsung berdiri, menenangkan Papa. 

 

"Gak tahu diri! Atau dia lupa diri, hah?!"

 

"Sabar, Pa. Ada Andre disini. Jangan teriak-teriak." Mama mengusap-usap punggung Papa. 

 

Aku menunduk. Mungkin, ini salahku, karena memberitahukan lebih cepat. Hanya saja, aku ingin yang terbaik untuk Andre. 

 

Beberapa menit, suasana kembali tenang. Papa menatapku serius. Akhirnya, aku menceritakan semuanya. Awal pertama kali, aku tahu, kalau Mas Riko menikah kembali. 

 

"Kamu tunggu apalagi, Diah? Ceraikan Riko. Papa sudah tidak mengakuinya lagi sebagai menantu."

 

"Diah pasti akan menceraikan Mas Riko, Pa. Tapi tidak sekarang."

 

"Gak sekarang gimana?" Wajah Papa kembali memerah. "Kamu cantik, kamu pintar. Gampang cari laki-laki lain yang jauh lebih setia daripada si Riko itu."

 

Masalahnya, bukan itu. 

 

"Diah mau memperjuangkan hak Andre, Pa."

 

Diam sejenak. Papa sepertinya paham dengan apa yang aku katakan. 

 

"Kamu kaya, Diah. Rumah ini, kantor Papa, aset, semuanya akan jadi milik kamu dan Nur. Untuk apalagi? Kamu gak butuh harta-harta itu." 

 

Ya. Papa memang kaya. Bahkan, Mas Riko kerja di perusahaan Papa. 

 

Kalau bukan bantuan Papa, mungkin Mas Riko tidak dapat pekerjaan apa pun. Dia pengangguran, saat menikah denganku. 

 

"Masalahnya, semua aset yang sekarang atas nama Mas Riko, sebagian besar adalah hasil Diah, Pa."

 

Salahku, dulu menolak untuk memakai nama sendiri. Ah, sekarang malah menyesal. 

 

Sebelumnya, aku sudah memikirkan konsekuensi untuk memberitahukan Mama dan Papa. Kebetulan kedua orang tuaku tidak ada riwayat penyakit jantung. 

 

"Terus, sekarang mau kamu apa?" Mama akhirnya bertanya. 

 

"Diah butuh pengacara, Ma." 

 

Papa akhirnya berdiri, setelah mengangguk. Aku menghela napas lega. Akhirnya, ada bantuan juga. 

 

Setelah Papa pergi, Mama langsung duduk di sebelahku. 

 

"Kamu masih mencintainya, Di?" 

 

Aku terdiam, menelan ludah. Apakah aku masih mencintai Mas Riko?

 

"Di—Diah gak tahu, Ma." 

 

Mataku mulai berkaca-kaca. Mama memelukku dari samping, menciumi kepalaku. 

 

"Maafkan Mama, Di. Ini salah Mama memaksamu untuk menikah dengan Riko. Bercerailah dengannya, Nak. Secepatnya. Jangan sakiti diri sendiri." 

 

Aku tergugu mendengar perkataan Mama. Dadaku terasa sesak sekali. 

 

Semenjak Mama menjodohkanku dengan Mas Riko, saat itulah aku berusaha menerima Mas Riko apa adanya. Berusaha mencintai Mas Riko. 

 

Ya. Pernikahanku dengan Mas Riko terjadi, karena perjodohan. 

 

Sepuluh tahun pernikahan kami terjadi. Hanya beberapa masalah besar. Tidak pernah seperti ini. 

 

"Mama tenang aja. Setelah semua hak Andre ada di tangan Diah, Diah pasti akan menceraikan Mas Riko."

 

***

 

Ponselku berdering saat aku sedang bermain dengan Andre di ruang keluarga. Mama dan Papa sedang berdiskusi di ruang tamu. 

 

Aku menatap layar ponsel. Dari Mas Riko. 

 

Setelah menghela napas pelan, aku menggeser tombol berwarna hijau. Menempelkan ponsel ke telinga. 

 

"Halo, Sayang." 

 

"Halo." Aku menjawab sapaannya yang terdengar ceria. 

 

"Aku di depan rumah Mama kamu, nih. Ke rumah Mama sama Papa kok gak bilang-bilang. Kan, bisa kalau aku udah pulang dari kantor."

 

Kepalaku langsung menoleh ke jam dinding. Memang sudah jam pulang Mas Riko. 

 

"Kamu kesini, dong. Satpamnya gak ada di pos, nih." 

 

Aku langsung berdiri, menyuruh Nur menjaga Andre. 

 

Mas Riko tampak senyum-senyum. Dia seperti habis dapat undian berhadiah. 

 

"Mana Mama sama Papa?" 

 

Kami berjalan ke dalam rumah. Menemui Mama dan Papa. 

 

Sebenarnya, aku takut kalau Mama dan Papa langsung emosi melihat Mas Riko. Mana belum bilang untuk pura-pura tidak tahu lagi. 

 

Aduh, ini bahaya. Aku menggigit bibir. Kami sudah semakin dekat ke pintu rumah. 

 

"Kamu kok berubah jadi pendiam, sih?" Mas Riko menoleh ke arahku. 

 

"Assalammualaikum, Ma, Pa." 

 

Mas Riko senyum-senyum sejak tadi. 

 

Ah, aku tahu. Dia memang pandai mencari muka, saat ke rumah Mama dan Papa. Agar Papa mau membantu menaikkan jabatan Mas Riko lagi di kantor. 

 

Selama ini, kinerja Mas Riko di kantor kurang. Gajinya terus naik, karena pintar mencari muka di hadapan Mama dan Papa. 

 

"Mama sama Papa apa kabar?" 

 

Saat Mas Riko hendak menyalami Papa, Papa menepisnya. 

 

Sekarang, gajinya sudah besar. Kadang, dapat bonus dari perusahaan. Dan entah kemana gajinya itu. 

 

Papa berdiri, menatap Mas Riko dingin. Jantungku berdegup kencang. Jangan sampai rencanaku gagal. Apalagi belum sempat melakukan apa pun pada si Kana itu. 

 

"Mama sama Papa kenapa? Kok lihat Riko gitu?" Mas Riko tertawa pelan. Dia sepertinya mulai merasa ada yang aneh. 

 

Aku menggigit bibir. Apa yang akan dilakukan Papa?

 

***

Bbbbb

Jangan lupa like dan komen, yaa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status