Share

Bab 53

Author: Alina Tan
last update Last Updated: 2023-11-06 21:00:39

Rumah Edwin menjadi kacau balau semenjak kepulangan Davina. Clarissa bertingkah seolah ia menjadi nyonya di rumah dan mulai mengacaukan banyak hal. Satu persatu masalah mulai terjadi dan itu benar-benar membuat kepala Edwin rasanya ingin pecah.

Tiga hari setelah kepulangan Davina, Clay memilih untuk mogok makan. Bocah itu menolak makanan apapun yang dibuatkan untuknya. Ia hanya ingin makan jika disuapi oleh Davina. Tak peduli Mbak Murni atau bahkan Edwin sudah berusaha mati-matian membujuknya dengan segala cara.

"Clay Sayang, makan dulu ya. Ini Bibi sudah buat sup ayam kesukaan Clay loh!" Bujuk Mbak Murni mencoba meluluhkan hati Clay.

Clay menggeleng mantap. Ia mengunci mulutnya rapat-rapat dan enggan membukanya untuk apapun.

"Tidak mau, Bi. Aku cuma mau kalau Miss Davina yang membuat dan menyuapinya."

"Tapi Miss Davina kan tidak disini, Sayang. Miss Davina sekarang sedang pulang ke rumah ibunya loh." Balas Mbak Murni lagi.

Clay menghela nafas kesal. Tangannya bertumpu di meja makan d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 54

    "Davina?"Suara perempuan itu jelas bukan Davina. Edwin mengutuk kebodohan dirinya yang begitu merindukan Davina hingga ia lupa gadis itu tidak berada di sisinya. Ia berdecak kesal dan melepaskan tangan yang memeluknya. Tanpa memandang si pemilik tangan, ia mengusir wanita itu pergi."Pergilah, Clarissa. Sebelum aku marah kepadamu.Tapi Clarissa tampaknya tidak peduli. Wanita itu tertawa puas dan duduk di samping Edwin. Di kursi yang biasanya didudukki oleh Davina setiap malam. Edwin melirik Clarissa tajam."Jangan duduk disana." Ancam Edwin.Clarissa mengangkat sebelah alisnya dan pandangannya tampak bertanya-tanya."Kenapa? Karena ini kursi Davina kesayanganmu?" Ejek Clarissa puas.Edwin terdiam. Ia begitu malas menanggapi sindiran dan ejekan Clarissa yang semakin besar kepala. "Astaga, Edwin. Apakah kamu sebegitu rindunya dengan gadis itu sampai mengira aku Davina? Padahal aku hanya memakai parfumnya saja." Ucap Clarissa sembari mencium pergelangan tangannya yang beraroma cokelat

    Last Updated : 2023-11-06
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 55

    Nada dering itu berbunyi beberapa kali. Tidak ada jawaban. Mbak Murni mencoba sekali lagi dan hasilnya sama. Ia menoleh kepada Edwin sembari menggelengkan kepalanya."Mungkin sudah tidur, Pak."Edwin menghela nafas berat. Tentu saja. Sekarang sudah pukul tiga pagi dan siapa yang masih terjaga jika bukan karena tangisan anaknya? Edwin sendiri bahkan merasa tidak enak karena terus menerus merepotkan Davina untuk urusan Clay. Ia hampir pasrah dengan tangisan Clay yang tak kunjung reda saat ia mendengar sebuah panggilan masuk ke ponsel Mbak Murni.Wanita tua itu langsung meraih ponselnya dan matanya membelalak saat membaca nama Davina di layarnya."Mbak Vina, Pak!" Seru Mbak Murni senang.Edwin pun ikut sumringah mengetahuinya. Mbak Murni segera menjawab telepon itu dan wajah Davina yang masih mengantuk tampak jelas di layar."Ada apa, Bu?" Tanya Davina dengan suara sedikit serak khas bangun tidurnya."Clay menangis terus, Mbak Vina. Dia mencari Mbak Vina dari tadi." Jelas Mbak Murni deng

    Last Updated : 2023-11-08
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 56

    Hampir dua minggu Davina sudah berada di rumah ibunya. Menenangkan diri awalnya. Tapi lama kelamaan Davina merasa betah disini. Tentu saja karena ia merasa aman berada di dekat ibunya.Dan kesibukan Davina sekarang hanyalah membantu ibunya di toko sembako milik sang Ibu. Ia akan berjaga disana hingga toko tersebut tutup agar ibunya dapat sedikit beristirahat. Membosankan memang. Tapi sepertinya hal seperti inilah yang Davina butuhkan untuk sekarang. Sesuatu yang sedikit monoton agar ia dapat menghabiskan waktunya untuk berpikir dan memutuskan kemana kakinya akan melangkah.Hari ini, toko ibunya sedikit sepi dibandingkan biasanya. Maklum sedang akhir bulan. Banyak orang yang mulai mengerem pengeluarannya hingga menunggu bulan berganti dan gaji diterima. Tatapan Davina terfokus pada layar ponselnya yang menayangkan drama Korea favoritnya. Kebiasaan barunya yaitu menghabiskan waktu dengan menonton sekumpulan pria tampan dan wanita cantik beradu peran. Benar kata orang, saat sedang patah

    Last Updated : 2023-11-08
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 57

    Untuk pertama kalinya Edwin enggan menghadiri makan malam bersama pengusaha lainnya. Sungguh berat hatinya untuk tampil di depan publik bersama mantan isterinya itu. Karena kabar perceraiannya satu tahun yang lalu merebak begitu cepat bagaikan kebakaran di musim kemarau. Kemunculannya kali ini bersama Clarissa tentu akan membuat gosip baru lainnya.Tapi apa yang bisa dilakukan Edwin? Ia tidak punya pilihan lain selain menggandeng Clarissa ke acara itu. Mobilnya berhenti tidak jauh dari barisan mobil lain yang akan menuju ke hotel tersebut. Edwin menoleh ke arah Clarissa yang tampak begitu senang malam ini."Clarissa, ingat kata-kataku. Jangan berbicara apapun tentang rujuk karena kita tidak akan pernah melakukannya."Clarissa tertawa sembari mencondongkan tubuhnya untuk berbisik kepada Edwin."Baiklah, Sayang. Tidak ada pembicaraan tentang rujuk. Aku mengerti."Edwin berdecak kesal mendengar bagaimana Clarissa memanggilnya."Dan jangan panggil aku Sayang." Ancamnya keras."Baiklah, Ed

    Last Updated : 2023-11-08
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 58

    Berita tentang kemunculan Edwin bersama Clarissa menjadi topik paling hangat di berbagai portal gosip. Keduanya muncul di publik dalam acara formal setelah satu tahun lalu kabar perceraian mereka menyebar begitu cepat. Tentu saja para wartawan akan dengan senang hati memelintir setiap fakta agar membuat berita mereka tampak menarik.Dan hal ini membuat kepala Edwin semakin terasa akan pecah. Setiap berita yang ia baca membuat sekujur tubuhnya merinding. Mereka menggambarkan seolah hubungan keduanya begitu romantis dan tidak akan terpisah meskipun perceraian sudah di depan mata. Padahal kenyataannya tidaklah demikian.Edwin begitu membenci mantan isterinya itu. Dan Clarissa hanya memanfaatkan Edwin untuk kepentingannya. Naas bagi Edwin, keadaan menjadi semakin rumit hingga sulit baginya untuk kabur dari situasi ini.Karena gosip itu, sejak pagi ponselnya terus menerus berdering. Kedua orangtuanya bolak balik menanyakan tentang kebenaran isu tersebut. Adiknya heboh dan terus menerus men

    Last Updated : 2023-11-08
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 59

    Walaupun berat, Edwin perlahan belajar untuk hidup tanpa Davina. Ia mulai membiasakan dirinya lagi untuk mengurus dirinya sendiri dan Clay. Ia belajar untuk mulai terbiasa dengan kesepian lagi. Dan ia belajar untuk berhenti mengenang Davina walaupun hanya sekejap.Dan Clarissa? Yang dilakukan wanita itu hanyalah pergi berbelanja seharian dan pulang ketika larut malam. Ia sama sekali tidak peduli dengan bagaimana keadaan Clay apalagi Edwin. Seolah setelah misinya untuk menyingkirkan Davina berhasil, ia kembali pada wujud aslinya. Clarissa menyebalkan yang gila harta.Edwin tengah sibuk dengan rapatnya saat ponselnya berdering terus menerus. Tanpa memperhatikan nama peneleponnya, ia langsung mematikan panggilam tersebut dan melanjutkan rapatnya lagi. Rapat ini begitu penting untuk kelangsungan perusahaannya. Urusan apapun selain ini bisa menunggu nanti.Kurang lebih tiga jam berlalu dan akhirnya rapat itu selesai sebagaimana dengan jadwalnya. Edwin tersenyum puas dengan hasil rapat hari

    Last Updated : 2023-11-08
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 60

    "Pak, saya boleh bicara sebentar sama Bapak?"Mbak Murni menghampiri Edwin yang saat itu sedang menjaga Clay. Sudah tiga hari puteranya dirawat karena sakit demam berdarahnya. Dan selama itu pula Clarissa tidak memunculkan batang hidungnya. Bahkan untuk sedetik pun. Terkadang Edwin tidak habis pikir. Bagaimana mungkin ada seorang ibu yang begitu apatis kepada puteranya sendiri? Tapi bagaimanapun juga wanita itu adalah Clarissa. Edwin bahkan ragu jika wanita itu memiliki hati."Ada apa, Bi?" Tanya Edwin bingung.Mbak Murni tampak diam sesaat. Keraguan tampak jelas menahannya untuk melanjutkan kata-katanya."Eh, saya mau minta tolong Bapak untuk melakukan sesuatu. Tapi kalau Bapak tidak mau tidak apa-apa, Pak." Ujar Mbak Murni tidak enak.Edwin tertawa pelan."Astaga, Bi. Ada apa? Cepat katakan saja. Saya kan bukan orang asing, jangan sungkan begitu.""Tapi Bapak jangan marah ya, Pak?""Iya, Bi Murni. Ada apa sebenarnya? Bibi mau minta naik gaji?" Canda Edwin sambil terkekeh."Bukan, P

    Last Updated : 2023-11-13
  • Paket Cinta untuk Calon Mama   Bab 61

    Wanita itu tampak sedikit terperanjat saat mendapati seorang pria bergaya necis mencari puterinya. Firasatnya mengatakan bahwa pria di hadapannya ini adalah sosok pria yang diceritakan Davina. Bosnya yang membuat Davina jatuh cinta dan akhirnya mengkhianati Davina.Namun ibunya bukanlah seorang yang kejam dan akan mengusir Edwin begitu saja. Lagipula mungkin berbicara dengan Edwin akan membuat ibunya mengerti tentang masalah yang sebenarnya terjadi. Dan sekarang disinilah mereka. Duduk berdua di ruang tamu dengan segelas teh hangat di hadapan masing-masing."Ayo diminum tehnya, Mas." Ujar Bu Eli mempersilahkan Edwin.Edwin tersenyum canggung dan mengambil cangkir itu. Ia menyesap teh hangat itu.Ah, persis sekali dengan rasa teh buatan Davina."Masnya siapa? Ada perlu apa dengan Davina ya?" Tanya Bu Eli dengan sopan."Saya Edwin, Bu. Saya..."Edwin tampak ragu melanjutkan kalimatnya. Ia bingung harus mendefinisikan dirinya sebagai apa. Mantan bos Davina? Atau bahkan mantan kekasihnya?

    Last Updated : 2023-11-13

Latest chapter

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   100 [END]

    Mobil Edwin melesat bagaikan peluru. Membelah jalanan Jakarta yang lengang di pukul satu malam. Erangan Davina yang tergolek lemah di jok belakang membuat Edwin tidak bisa berkonsentrasi sepenuhnya pada jalan di hadapannya. Sesekali ia menengok ke belakang melalui kaca mobil dan mendapati wajah Davina yang tampak sangat menderita. Ia merintih kesakitan sementara tangannya memegangi perutnya yang sudah membulat. Mata Edwin pun tak bisa lepas dari cairan merah kental yang membasahi kaki istrinya sejak tadi.Perkataan Mbak Murni yang tiba-tiba menyambar Edwin bak petir di siang bolong.“Pak, Nyonya Davina pendarahan!”Dan secepat itu pula, tanpa berpikir dua kali Edwin memacu mobilnya. Membawa Davina ke rumah sakit dengan harapan besar untuk menyelamatkan keduanya. Istri yang paling ia cintai dan calon bayi yang sangat ia tunggu kehadirannya.“Kumohon bertahanlah, Sayang. Sebentar lagi kita akan sampai.” Ucap Edwin bagaikan mantra seolah berusaha meredakan sakit yang dialami Davina.Wani

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   99

    “Clarissa?”Edwin tanpa sadar mencetuskan si empunya mobil saat sedan mewah itu berhenti tepat di depannya. Davina juga tahu benar siapa pemilik mobil itu karena bukan sekali atau dua kali Clarissa datang ke rumahnya. Dan wanita itu selalu datang dengan mobil yang sama, Mercedes Benz S-Class kebangaannya.Davina melepaskan genggaman tangan Edwin yang melingkar di pergelangan tangannya. Tanpa berpikir dua kali, Davina berlari menghampiri mobil itu. Menemui wanita yang duduk di balik kursi pengemudi.“Mbak Rissa!” seru Davina seraya menghampiri Clarissa yang melangkah keluar dari mobil.Wanita itu berdiri dengan begitu angkuh. Matanya menatap Davina dengan tatapan yang begitu meremehkan. Tatapan yang seolah mengatakan bahwa Davina tidak becus mengurus anaknya sendiri. “Aku kesini untuk mengantarkan Clay pulang.” Jawabnya datar.Ucapan Clarissa sudah cukup membuat Davina menghembuskan nafas lega. Bagaikan batu besar yang sejak tadi mengganjal hatinya telah terangkat, dan beban yang ia r

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   98

    Entah kenapa, sejak tadi Davina merasa hatinya terus dipenuhi rasa gelisah. Jantungnya berdegup kencang seolah sebuah hal buruk akan terjadi. Davina merasakan sebuah firasat yang aneh dalam hatinya namun ia tidak bisa menebak itu apa.“Kamu sudah makan, Vin?” tanya Edwin saat ia pulang kerja dan menghampiri Davina yang tengah duduk dengan gelisah di ruang tamu.Suaminya itu menghampiri Davina dan mengecup bibir Davina lembut. Rutinitas yang selalu dilakukan Edwin sebelum dan sepulang kerja.Davina menggeleng. Rasa gelisah yang sejak siang tadi melandanya membuat Davina tidak bisa menelan bahkan sesuap nasi pun. Pikirannya terlalu sibuk berkutat dalam rasa khawatir tak berujung.“Kenapa belum? Aku suapi, ya?” Wanita itu kembali menggeleng, “Clay belum pulang, Mas. Kamu tidak menjemput Clay di sekolah, Mas?”Edwin menggeleng, “Bukannya Pak Teguh yang harusnya menjemput Clay hari ini? Aku sudah bilang kalau ada rapat sampai sore, kan?”Jantung Davina mencelos. Rasanya bak disambar petir

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   97

    Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Tanpa terasa lima bulan telah berlalu dan usia kandungan Davina hampir mencapai tujuh bulan. Perutnya semakin membesar dan gejala mualnya sudah tidak separah di masa awal kehamilannya. Tapi tetap saja, tubuh Davina masih saja lemah dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.Selama hamil, Davina menghabiskan hampir seluruh waktunya di dalam rumah. Enam puluh persen berada di kamar dan empat puluh persen berada di area rumah lainnya. Rasanya bosan bukan kepalang terkungkung di rumah dengan tidak memiliki pekerjaan apapun. Ingin sekali Davina ikut mengunjungi sekolah Clay atau bahkan bermain dengannya. Namun membawa dirinya untuk berdiri lebih dari setengah jam pun Davina tidak mampu. Bagaimana mungkin ia bisa bermain dengan Clay?Edwin pun benar-benar menjaganya mati-matian. Sepulang kerja, suaminya akan terus bersamanya. Mengurusnya mulai dari hal terkecil seperti pergi ke kamar mandi, menyuapi Davina makan, hingga ke urusan paling be

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   96

    Dokter Santi berkali-kali meyakinkan Davina bahwa operasi yang akan ia lalui hanyalah operasi kecil. Bedah dengan anastesi lokal yang paling lama hanya memakan waktu satu setengah jam. Namun Davina tidak merasa gentar sama sekali. Tidak terbersit sedikitpun ketakutan di kepalanya. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya ia bisa menyelamatkan janinnya. Satu kali insiden sudah cukup menjadi alarm baginya. Dan Davina tidak yakin apakah ia akan seberuntung itu di kesempatan lainnya.Di lain sisi, Edwin lah yang merasa begitu khawatir. Ia sangat takut sesuatu terjadi pada istrinya. Bagaimanapun juga, Davina akan menjalani operasi. Tidak peduli sekecil apapun itu, rasa sakitnya pasti akan tetap ada. Membayangkan wanita kesayangannya harus melalui semua itu membuat Edwin benar-benar tidak sanggup. Hatinya memang selalu lemah jika itu bersangkutan dengan seseorang yang ia cintai. Edwin selalu mencintai seorang waniita dengan sepenuh hatinya. Memberikan semuanya tanpa terkecuali.Karena i

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   95

    Brankar yang ditempati Davina didorong dengan begitu cepat oleh beberapa perawat. Dalam sekejap, lima orang itu melesat masuk ke dalam Instalasi Gawat Darurat. Edwin ikut di belakangnya sembari menggandeng Clay, namun langkahnya dihentikan oleh perawat yang bertugas untuk menjaga ruangan itu.“Bapak tunggu disini saja. Biarkan dokter memeriksa ibu Davina terlebih dahulu. Dan anak kecil tidak diperkenankan masuk ke dalam IGD, Pak.” Jelas gadis muda itu dengan sopan.Edwin mengangguk. Ia terkulai lemas di kursi tunggu sementara tangis puteranya juga tak kunjung reda. Kepalanya terasa mau pecah dengan semua hal yang terjadi berbarengan. Ia meraih ponselnya dan menghubungi supir pribadinya.“Tolong jemput Clay di rumah sakit Pondok Gede, Pak.” Titahnya singkat.Tak perlu waktu lama bagi orang kepercayaan Edwin untuk tiba disana. Dua puluh menit berselang, supir pribadinya tiba dan berlari begitu cepat menghampiri Edwin.“Ada apa, Pak? Dimana Ibu?” tanyanya bingung saat mendapati hanya ada

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   94

    Sejak dua jam yang lalu, Clay masih saja terus asyik berlarian kesana kemari. Mengejar setiap perosotan seolah benda itu akan kabur ketika ia berkedip sedetik saja. Dan Davina mau tidak mau harus terus membersamai bocah itu. Mengikutinya kesana kemari. Mengekor ke setiap arena permainan tak peduli tubuhnya sudah terasa begitu letih.Mau bagaimana lagi? Davina khawatir. Davina begitu takut Clay mungkin terjatuh saat ia tidak bersamanya walau hanya sedetik. Atau mungkin Clay tersandung dan terguling dari atas papan loncat. Dan segala ketakutan irasional lainnya yang terkadang membuat Edwin merasa jengkel.Davina memang selalu egois. Tapi bukan untuk kepentingannya sendiri. Melainkan untuk Clay.Wanita itu bahkan tega mengesampingkan perasaannya. Mengubur lelahnya. Membuang jauh-jauh sakitnya. Hanya demi menemani Clay. Bermain bersama Clay yang sepertinya tidak pernah mengenal lelah.Awalnya Edwin terharu, bahkan merasa begitu berterimakasih pada Davina karenanya Clay tidak pernah merasa

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   93

    “A-apa, Mas? Istirahat total?”Davina tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin ia bisa beristirahat total selama sembilan bulan? Ia kan harus mengurus Clay! Bocah itu pasti akan protes kalau Davina tidak mau bermain dengannya lagi. Dan Davina paling tidak sanggup jika harus melihat wajah masam Clay bahkan kalau itu hanya sedetik saja.“Benar. Kata Dokter, kondisi tubuhmu sangat lemah dan dokter belum tahu komplikasi apa yang kamu alami, Sayang. Jadi kalau kamu memang ingin tetap mempertahankan bayi kita, kamu harus menuruti permintaanku untuk beristirahat total.”“T-tapi bagaimana dengan Clay, Mas? Aku tidak bisa beristirahat total. Aku harus mengurus Clay! Aku ibunya, Mas.” Protes Davina langsung.“Ada Mbak Murni, Sayang. Mbak Murni yang akan mengurus Clay selama kamu hamil.”“Clay tidak akan mau, Mas. Dia hanya akan mau bermain dan diurus olehku.”Edwin menghela nafas. Ia menghampiri Davina dan mencium lembut puncak kepala isterinya. Dan mendaratkan ciuma

  • Paket Cinta untuk Calon Mama   92

    Rasa panik bergumul di hati Edwin. Menelannya bulat-bulat hingga yang Edwin rasakan hanyalah takut. Ia begitu takut sesuatu yang buruk terjadi pada Davina. Dan Edwin tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika hal buruk itu memang terjadi.Mata Edwin menangkap sosok paruh baya berjas putih yang berjalan mendekat ke arahnya. Tak perlu pengetahuan khusus untuk mengenali bahwa wanita itu adalah seorang dokter. Senyumnya ramah ke arah Edwin, padahal hati Edwin sendiri sudah terasa kacau sekali.“Selamat pagi, Pak.” Sapa dokter dengan ramah.Edwin mengangguk dan menyunggingkan senyum tipis, “Pagi, Dok.”Wanita itu memasang stetoskop di telinganya dan mulai memeriksa Davina. Mendengar detak jantungnya, memeriksa laju nafasnya, dan menghitung denyut nadinya. Semuanya dilakukan dengan saksama dan teliti.Edwin begitu gugup melihat sang dokter memeriksa dan memperhatikan ekspresi wanita itu tanpa melewatkannya sedikit pun. Edwin berusaha mengenali jikalau dokter itu menunjukkan ekspresi ane

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status