Paket Cinta untuk Calon Mama

Paket Cinta untuk Calon Mama

โดย:  Alina Tan  กำลังดำเนินการ
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
คะแนนไม่เพียงพอ
84บท
615views
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

Share:  

Report
Overview
Catalog
แสดงความคิดเห็นของคุณในแอพพลิเคชัน

Menjadi seorang single parent bukanlah sebuah hal mudah. Dan itulah yang dirasakan oleh Edwin Pramudya, seorang CEO berusia 37 tahun yang baru saja bercerai dari isterinya. Untunglah puteranya adalah anak yang cerdas dan tidak sulit diatur. Tapi siapa yang mengira kalau anaknya yang cerdas ini akan memilih sendiri wanita yang akan menjadi calon Ibunya? Dan wanita itu adalah Davina Anindira. Seorang gadis 27 tahun yang bekerja sebagai guru di sekolah Clay, putera Edwin. Davina yang ceria dan hangat bagaikan matahari tidak hanya berhasil membuat Clay menyayanginya. Tetapi juga mampu melelehkan es yang membeku di hati Edwin. Bagaimana kisah cinta mereka? Apakah Clay benar-benar bisa memepersatukan keduanya?

ดูเพิ่มเติม
Paket Cinta untuk Calon Mama Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น
ไม่มีความคิดเห็น
84
Bab 1
"Clay! Hati-hati! Disana licin loh!"Davina berlari tergopoh-gopoh mengejar seorang bocah laki-laki berusia enam tahun yang berlari tak jauh darinya. Anak gemuk itu tampak begitu senang bermain dengan Davina.Belumlah lima menit dari kata-kata Davina diucapkan, bocah bernama Clay itu jatuh tersungkur karena terpeleset. Alhasil, Clay menangis begitu kencang dan membuat Davina berseru kaget."Clay!" Seru Davina panik sambil berlari mengejar Clay.Davina langsung menggendong Clay dalam pelukannya. Berusaha menenangkan anak itu agar tidak menangis lagi. Namun Clay malah makin menangis di dalam pelukan Davina. Jari-jarinya yang pendek dan gemuk meremas baju Davina karena menahan sakit."Sakit sekali, Miss." Ucap Clay lirih.Davina dengan cekatan membawa Clay masuk ke dalam klinik sekolah. Ia mendudukkan anak laki-laki itu di kasur pasien dan segera mencari kotak P3K untuk mengobatinya."Sabar ya, Clay. Miss Davina akan segera mengobati kamu. Miss janji nanti Clay tidak akan kesakitan lagi.
Read More
Bab 2
Bocah kecil bernama Clay itu berlari dengan gembira masuk ke rumah mewahnya. Sang ayah hanya tertawa kecil melihat anaknya yang tampak begitu bahagia. Clay memang selalu seperti itu. Ceria setiap saat terlebih lagi sejak dia mulai sekolah. Sepertinya Clay benar-benar menyukai sekolah barunya, khususnya gurunya yang bernama Davina itu."Bi, tolong bawakan tas Clay ke dalam ya." Pinta ayah Clay, Edwin, kepada asisten rumah tangganya.Wanita paruh baya yang kerap dipanggil Mbak Murni itu mengangguk patuh. Ia mengambil tas Clay dari tangan Edwin dan menggandeng Clay masuk ke kamarnya. Hendak mengganti baju Clay dengan pakaian bersih.Beberapa menit kemudian, Clay sudah menghilang di balik tangga bersama Mbak Murni. Edwin segera berjalan masuk ke ruang kerjanya dan menutup pintu ruangan itu seketika. Pria bertubuh tinggi atletis itu lalu duduk di kursi kerjanya yang nyaman. Menyenderkan punggungnya dan memijat keningnya yang sedikit berdenyut.Barulah ia hendak terlelap sebentar dalam tidu
Read More
Bab 3
Davina menyapa seluruh muridnya dengan ceria. Kebiasaan rutinnya setiap kali membuka kelasnya. Dan anak-anak itu juga membalas sapaannya dengan sama hebohnya. Gadis itu mengamati satu persatu muridnya yang hari ini tampak sangat menggemaskan dengan baju daerah.Hari ini akan diadakan karnaval mini di lingkungan sekolah dan setiap anak wajib memakai pakaian adat dari berbagai daerah. Ada yang tampak memakai baju adat Jawa Tengah. Dan ada pula yang memakai baju kebesaran khas Bugis di tubuhnya. Semua anak ini terlihat menggemaskan dan rasanya Davina ingin memeluk mereka satu persatu."Okay, class! Seperti yang Miss katakan kemarin, kita akan mengadakan karnaval kecil di lingkungan sekolah kita kan?" Ujar Davina bersemangat."Iya, Miss!" Jawab muridnya serempak.Davina menepuk kedua belah tangannya."Nah, jadi sekarang ayo kita berbaris membentuk kereta api dan berjalan keluar ya! Nanti kita akan bergabung dengan teman-teman dari kelas lain juga!" Ajak Davina lagi.Dengan tertib, anak-an
Read More
Bab 4
Mbak Murni tersenyum sumringah melihat kedatangan Davina di rumah tempatnya bekerja. Seolah ia sudah mengenal dan benar-benar menunggu gadis itu. Dan Davina hanya tersenyum cerah, membalas senyuman Mbak Murni yang dianggapnya sebagai sebuah tanda keramahan."Oh, Miss Davina ya? Ayo silahkan masuk, Miss. Miss pasti mau menjenguk Clay ya?" Ajak Mbak Murni dengan ramah sembari mempersilahkan Davina masuk.Davina mengangguk sedikit."Iya, Bu. Saya kesini untuk menjenguk Clay. Kemarin saya mendapatkan surat sakitnya Clay. Makanya hari ini saya ingin menjenguk Clay, Bu." Ujar Davina sopan.Davina lalu teringat dengan puding buah yang ia bawa untuk Clay. Ia langsung menyodorkan kantung berisi puding itu kepada Mbak Murni dengan senyum canggung."Saya tidak bisa bawa banyak, Bu. Tapi saya membawakan puding buah kesukaan Clay. Ini Bu." Ucap Davina lagi pelan.Mbak Murni langsung menerimanya dengan tangan terbuka. Senyumnya cerah bak matahari pagi."Terimakasih ya, Miss Davina. Nanti akan saya
Read More
Bab 5
Edwin berjalan menuruni tangganya. Ia mengecek jam tangannya yang menunjukkan pukul 6 sore."Bi, jam berapa Miss Davina datang kesini?" Tanya Edwin sembari berjalan ke arah meja makan.Mbak Murni yang masih memasak, menjawab Edwin dari dapur dengan suara yang sedikit besar."Jam 7 atau 8 malam, Pak. Nanti biar saya yang menyambutnya kalau Bapak sibuk." Ujar Mbak Murni masih sibuk mempersiapkan makan malam.Edwin menarik salah satu kursi di ruang makannya. Tangannya lalu membuka tudung saji dan mendapati satu loyang puding buah yang ada di baliknya. Tanpa ragu, Edwin mengambil sepotong dan memindahkannya ke piring kecil. Pria itu mulai menyendok puding itu ke mulutnya dengan lahap."Wah, ini enak sekali. Beli dimana ya?" Gumam Edwin masih melahap puding tersebut.Setelah menghabiskan satu potong, Edwin kembali mengambil potongan lainnya. Begitu terus menerus hingga hanya tersisa satu potong puding di atas piring. Rasa puding itu begitu lezat sehingga Edwin tidak bisa menghentikan dirin
Read More
Bab 6
Davina membelalak mendengar permintaan ajaib Clay. Menghukum Papanya sendiri karena tidak bisa berbagi? Bagaimana mungkin Davina melakukannya? Terlebih lagi, pada ayah muridnya?"Eh, tapi Papa kan sudah meminta maaf, Clay. Tidak apa-apa kalau Papa tidak dihukum, kan?" Bujuk Edwin sambil tertawa canggung.Clay mendelik dan bibirnya mengerucut. Membuatnya tampak seperti karakter Russel di Film UP. "Tidak boleh, Pa. Anak nakal harus dihukum! Dan Papa kan anak nakal!" Seru Clay tidak terima.Edwin menghela nafas pelan. Ia menyerah. Pria itu tidak akan pernah bisa menang berdebat dengan puteranya yang cerewet itu. Edwin menyodorkan kedua tangannya dengan kepala yang tertunduk."Baiklah, Clay boleh hukum Papa sekarang." Ujar Edwin pelan.Clay menyeringai puas. Ia lalu menggandeng Davina mendekati ayahnya yang duduk di meja makan. Davina menatap Clay dengan bingung."Ayo, Miss harus menghukum Papa karena Papa menjadi anak nakal, Miss." Pinta Clay dengan sungguh-sungguh.Davina mengerjapkan
Read More
Bab 7
Aroma masakan yang dibuat larut malam memang terasa berbeda. Mungkin karena suasananya atau mungkin memang karena perut yang saat itu sedang menjerit lapar, mie rebus sederhana buatan Davina tercium sangat lezat dari dapur. Hidung Edwin menangkap aromanya dan seketika perutnya semakin keroncongan.Tak berapa lama, gadis itu berjalan keluar dari dapur dengan membawa semangkuk mie rebus di kedua tangannya. Ia lalu meletakkan mie rebus itu di meja."Kenapa banyak sekali?" Tanya Edwin terkejut melihat porsi mie yang begitu banyak.Davina menatap Edwin sambil berdecak."Kan katanya Bapak lapar." Balas Davina tidak mau kalah.Edwin menghela nafas. Tangannya meraih sebuah mangkuk kecil untuk ia gunakan."Iya, saya lapar tapi bukan berarti saya tidak makan tiga hari. Kalau kamu menyuruh saya makan sebanyak ini, bisa-bisa perut saya meledak, Davina." Ujar Edwin sambil geleng-geleng kepala.Edwin lalu mengambil sebuah mangkuk lagi dan menyodorkannya pada Davina."Ini, kamu juga harus ikut makan
Read More
Bab 8
"Selamat pagi, anak-anak kesayangan Miss Davina!"Davina dengan penuh semangat menyapa kelasnya. Sudah tiga hari ia absen mengajar karena memutuskan untuk cuti demi mengurus Clay. Dan hari ini, Davina sudah kembali bekerja. Ia sangat merindukan murid-muridnya yang pintar dan menggemaskan ini.Gadis itu menebar pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Seluruh muridnya hadir hari itu. Bahkan Clay yang sempat sakit pun hari ini sudah duduk manis di kursinya. Wajahnya segar dan merona seperti apel yang baru dipetik. Davina tersenyum bahagia karena hari ini kelasnya sudah kembali seperti biasa."Baik, Class! Apa yang akan kita lakukan hari ini ya?" Tanya Davina pada murid-muridnya.Gerombolan anak kecil itu bersuara saling tumpang tindih meneriakkan usulan mereka. Ada yang ingin belajar menyanyi, menari, dan bahkan menonton film. Davina tertawa geli melihat tingkah muridnya. Untuk meredakan kerusuhan itu, Davina segera meminta muridnya untuk melakukan pemungutan suara.Beberapa menit berlalu
Read More
Bab 9
Dengan penuh semangat, Clay menggandeng Davina memasukki salah satu mall terbesar di Jakarta. Wajahnya sumringah seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia memilikki guru sehebat Davina. Sementara Davina, tersenyum gemas melihat tingkah yang menggemaskan dari bocah laki-laki itu. Bersama keduanya, Edwin berjalan beriringan. Senyum bahagia tak berhenti terpasang di wajahnya karena ia melihat puteranya yang tampak begitu ceria."Papa, kita akan makan di tempat biasanya kan?" Tanya Clay bersemangat.Edwin mengangguk."Iya, Clay. Kita akan makan cheeseburger kesukaanmu!" Ucap Edwin antusias.Clay mendongak dan melihat ke arah Davina."Miss! Kita akan makan di tempat kesukaanku! Makanannnya enak sekali! Aku jamin Miss juga pasti suka!" Seru Clay lagi.Davina tertawa. Ia lalu berjongkok agar sejajar dengan Clay. Tangannya mencubit gemas pipi Clay."Benarkah? Clay sekarang sudah seperti orang-orang di televisi loh! Orang-orang yang suka memberitahu makanan enak itu. Clay tahu kan?" Balas D
Read More
Bab 10
"Siapa wanita itu? Pacar barumu?" Clarissa menatap Edwin dengan tatapan mengejek. Seolah mantan suaminya itu tidak lebih baik daripada dirinya yang berselingkuh dengan belasan pria."Bukan urusanmu." Jawab Edwin dingin.Clarissa terkekeh."Tentu saja itu urusanku. Karena siapapun yang akan menikah denganmu lagi akan menjadi ibu dari Clay." Balas Clarissa.Edwin mendengus."Sejak kapan kamu peduli dengan anakmu? Bahkan kamu tidak tahu berapa sendok takaran susunya, Clarissa. Jangan berpura-pura menjadi Ibu yang baik sekarang." Ucap Edwin tajam."Entah seburuk apapun kamu mengatakannya, aku tetap Ibu dari Clay, Sayang. Tidak ada yang lebih berhak atas Clay dibandingkan aku." Ujar Clarissa dengan pongah.Edwin menghela nafas. Ia memijat keningnya. Wanita ini benar-benar seperti virus. Barulah ia muncul sejenak, tubuh Edwin langsung terasa tidak enak."Apa yang kamu inginkan?" Ucap Edwin langsung ke intinya.Clarissa tertawa lepas. Tangannya menepuk lengan kekasih mudanya yang kekar."As
Read More
DMCA.com Protection Status