Tiba-tiba Kalvi mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya. Perlahan ia mendekati Migy, menggenggam tangannya lalu meletakkan di dadanya.
Matanya memancarkan secercah sinar harapan. Dengan segenap rasa ia membacakan puisi cinta, sambil menatap mata Migy tanpa ragu.
“Jika hatimu terasa gundah
Berbaringlah dalam kesunyianmu
Jika hatimu tak lekas cerah
Pejamkanlah matamu dan tidurlah
Bawa dirimu terbang dan melayang
Dalam indah dunia mimpi
Jika hatimu t’lah riang
Buka matamu dan bangkitlah dari mimpimu
Karena ada orang-orang yang menantimu”
Selesai membacakan puisi kehidupan itu, Kalvi menatap dengan lembut wajah Migy. Dalam hatinya, baru kali ini ia merasakan benar-benar mencintai seorang wanita. Walau telah banyak menjalani hubungan, tapi tak sekalipun hatinya berdesir hanya untuk satu wanita.
Migy merasa terharu mendengar puisi kehidupan yang dibacakan oleh kalvi. Ia tak menyangka jika si mesum itu bisa berseni, yang ia pikirkan, Kalvi hanya bisa mempermainkan perasaan wanita saja.
Karena tidak ingin dirinya terlihat mengagumi terlalu jelas, Migy berusaha untuk tetap setenang mungkin.
“Puisinya bagus. Aku nggak menyangka jika kamu bisa berpuisi,” kata Migy sambil menarik tangannya dari dada Kalvi.
“Migy.” Kalvi menahan Migy tetap di genggamannya.
“Migy, mungkin ini terlalu cepat, tapi saat ini aku ingin jujur sama kamu. Aku menyukaimu, maukah kamu menjadi pacarku, Migy?”
“Apa?” Migy terkejut.
Ia menatap wajah Kalvi dengan tatapan bingung. Apakah yang baru saja didengarnya adalah kenyataan? Seorang badboy mesum yang pintar merayu cewek-cewek di sekolah, baru saja menyatakan cinta padanya?
“Kamu… kamu ngomong apa sih, Kalvi? Jangan bercanda deh. Aku rasa saat ini…”
“Tidak. Aku tidak bercanda.” Kalvi menekankan nada suaranya.
Jantung Migy berdebar jika ditatap dalam seperti itu. Seolah merasa udara di sekitarnya tercekat akibat pernyataan cinta Kalvi yang tiba-tiba. Udara yang tadi terasa sejuk, mendadak berubah menjadi panas sehingga membuat gerah.
Perasaan Migy kacau. Pikirannya bercampur aduk mengingat jika saat ini ia harus tegas menolak Kalvi. Tetapi, berbeda dengan pikirannya, hati Migy merasa senang dan menerima cinta Kalvi.
Ada apa ini? Migy bertanya-tanya, hingga lamunannya terhenti saat bibir Kalvi mendarat pada pipi lembutnya.
Cup.
“I love you, Migy.”
Suara Kalvi membuat Migy terbelalak. Ia sadar bahwa Kalvi baru saja menciumnya. Jantungnya jumpalitan tak tertahankan. Semacam bunga-bunga musim semi menari-nari indah dalam hatinya.
“Kalvi?” suara Migy nyaris hilang terbawa angin.
“Iya. Jadi kamu mau kan, jadi pacar aku?”
“Ya,” Migy tidak sadar dengan ucapannya.
Hal itu membuat Kalvi terbawa suasana. Ia meraih Migy ke dalam pelukannya. Rasa bahagia menyeruak indah di wajahnya, bahkan senyuman tulus menghiasi bibirnya.
“Terima kasih, Migy. Mulai sekarang kita resmi pacaran, aku akan selalu menjadi pasangan terbaik untukmu.”
Lain halnya dengan Kalvi, Migy tampak linglung. Ia tidak paham dengan hatinya, bahkan untuk menolak cinta Kalvi saja, mendadak lidahnya terasa berat untuk sekedar berucap, tidak.
“Kamu tenang saja, hari ini kita akan menginap di sini. Aku punya villa di sekitar sini, jadi untuk merayakan hari jadi pertama kita, aku akan membuat kejutan untuk kamu.” Kalvi tak hentinya menyuarakan kebahagiaannya.
“Tapi, aku tidak bisa sekarang. Aku tidak ingin nenek mencemaskan keadaanku. Maaf,”
Kalvi tampak murung. Baiklah, demi membuat Migy senang, ia berusaha untuk mengalah dan mengiyaka penolakan Migy.
“Oke, ya sudah. Sekarang kita balik dulu. Hari sudah mulai sore, takutnya nanti macet di jalan.” Kalvi mengajak Migy memasuki mobil.
Suasana puncak terlihat semakin berkabut, karena hari menjelang sore. Kalvi yang mengendarai mobil mulai memelankan laju kendaraannya. Ia berusaha untuk membuat Migy senyaman mungkin berada di dekatnya.
Saat menoleh ke samping, terlihat Migy tertidur dengan bertumpu pada sikunya. Dari pantulan kaca jendela, ia bisa melihat bayangan wajah Migy yang tertidur pulas. Ia mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Migy.
“Terima kasih, Migy. Kamu sudah mau menerima cintaku.” Kalvi mengecup pelan punggung tangan Migy.
Tepat satu jam kemudian mereka tiba di kawasaan perumahan Migy tinggal. Kalvi berusaha untuk membangunkan Migy.
“Migy,” kata Kalvi sambil menepuk lengannya.
“Migy, kita sudah hampir tiba. Rumah kamu di mana?” tanya Kalvi.
Migy membenarkan posisi duduknya, lalu melihat ke arah luar. Terlihat hari sudah hampir gelap.
“Kamu, lurus saja. Nomor lima dari rumah ini, itu rumah aku.” Migy menunjukkan arah jalan.
Setelah tiba di depan rumah Migy, Kalvi menghentikan mobilnya. Ia menatap pada Migy yang hendak bersiap-siap untuk turun.
“Aku turun dulu. Terima kasih ya, Kalvi.” Migy melambaikan tangan kepada Kalvi.
“Tunggu.” Cegat Kalvi.
“Kenapa?”
Kalvi menarik Migy ke pelukannya. Ia merasa tidak rela harus secepat itu berpisah dengan perempuan yang baru saja jadian dengannya.
“Migy, kamu hati-hati, ya?” kata Kalvi menatap wajah Migy.
Detik berikutnya, entah setan apa yang merasuki kepala Kalvi, matanya langsung tertuju pada bibir merah mungil milik Migy. Maklum, selama ini jiwa badboy mesum sangat melekat pada dirinya, jadi melihat ada kesempatan, ia tak pernah menyia-nyiakan.
Kalvi memberanikan diri mencium bibir Migy dan menempelkannya lama. Sentuhan itu terasa lembut, hangat dan harum.
“Kalvi!” suara Migy terpekik keras.
“Kamu cabul! Ngapain pakai cium-cium segala?” protes Migy.
Jantung Migy berdebar tak karuan. Ciuman mendadak dari Kalvi mampu membuatnya hilang kesadaran, jika tidak mengingat tempat dan kondisi mereka saat ini, yang berada di dekat pos satpam, mungkin ia akan terbawa suasana.
“Maaf, Migy. Aku benar-benar tidak berniat membuatmu tidak nyaman.” Kalvi berusaha menenangkan Migy.
“Ya sudah, aku masuk ke rumah dulu. Kamu pulang sana,” kata Migy mengusir Kalvi.
Setelah turun dari mobil, Migy bergegas masuk sambil memegang dadanya yang dag dig dug ser. Baru hari pertama pacaran, ia sudah merasakan hal yang mendebarkan dadanya. Apa jadinya jika ia setiap hari bertemu si mesum itu di sekolah? Apakah Kalvi akan bertindak seperti itu seterusnya?
Lama-lama jantung Migy mulai tidak sehat, karena harus berdekatan dengan si badboy mesum itu. Pelan-pelan Migy berjalan menuju rumah, ia mulai menyiapkan diri jika ditanya oleh nenek atas keterlambatannya.
Benar saja, nenek telah duduk di depan pintu menunggu kedatangannya.
“Migy, dari mana saja? Kok telat?” nenek duduk sambil memegang tongkatnya.
“Ne… nenek. Hmm, Migy dari tempat teman, nek.” Ia berusaha mencari alasan.
“Teman yang mana?”
“Itu, nek. Teman Migy yang tinggal dekat sekolahan. Tadi kita kumpul bareng untuk membuat kelas tambahan dalam mempersiapkan ujian kelulusan sekolah.”
Migy mengutuk dirinya karena terlalu lancar memberikan alasan kepada nenek. Ia yakin nenek akan percaya, namun hatinya berat gara-gara membohongi nenek.
“Ya sudah. Nenek sudah minta bibi membuatkanmu makanan. Cepat mandi dan kita makan malam bersama.”
“Baik.” Migy berjalan menuju lantai atas.
Ia berusaha untuk membuat dirinya setenang mungkin agar nenek tidak curiga. Setelah itu, ia mulai membersihkan diri di kamar mandi.
Saat bercermin di wastafel, bayangan saat bersama Kalvi muncul seperti episode di benaknya. Saat Kalvi membacakan puisi, menatapnya dengan penuh cinta, memeluknya, dan bahkan adegan terakhir saat akan turun mobil. Semua terpampang jelas dalam ingatannya.
Ciuman itu benar-benar melekat pada benaknya. Itu adalah ciuman pertama dan terindah dalam hidupnya. Tapi, ia sedikit bertanya-tanya, kenapa orangnya adalah Kalvi, si badboy mesum yang menjadi partner musuhnya?
Setelah berhasil memindahkan Kalvi ke rumah sakit kota, Migy dan semua keluarga Kalvi menunggu di depan UGD.Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore. Sementara Kalvi telah hampir satu jam di dalam ruangan tersebut. Dan semua keluarganya terlihat sedih menunggu kabar dari dokter.Migy berjalan mendekat dan duduk di sebelah Ibu Kalvi, pupil-pupilnya menatap ke pintu tuang gawat darurat.Ketika Ibu Kalvi menatap Migy, air mata mulai membasahi wajahnya.“Tante, Kalvi jatuh di saat kita beriringan pergi ke puncak. Dan tiba-tiba ia melajukan motornya dengan cepat sehingga kejadian itu begitu sangat terjadi. Apa yang harus aku lakukan?”Ibu Kalvi terkejut sehingga setiap saraf di tubuhnya menegang. Ia bahkan tergagap saat berbicara, “Kenapa ….dia bisa sampai…seperti itu?”Ibu kalvi jelas sangat terkejut.Migy mengatakan, “Awalnya kami semua menaiki motor masing-masing. Migy dan Nathan menaiki mo
“Tapi, Nenek berpesan bahwa Nona tidak boleh….”“Eh, bukan apa-apa kok!” kata Migy dengan cepat membekap mulut Nathan dengan tangannya.Kalvi terkejut melihat respon Migy yang seperti itu.“Nathan, ayo. Kamu ikut kita, oke?” kata Migy sambil mengedipkan mata sebagai kode.Nathan mengernyit, ia merasa bingung harus menuruti ucapan Migy atau melaporkan apa yang terjadi saat ini kepada Nenek Umaya. Karena, dari awal perjanjian ia telah diberitahu untuk menjaga Migy dari pacarnya.“Ayo, Migy. Jika terlalu lama, takut tidak keburuan,” ajak Kalvi.“Iya,” Migy tersenyum gugup, namun matanya tetap menatap Nathan yang sudah terlihat muram.“Aku ambil mobil dulu,” kata Kalvi.“Hmm. Kalvi, aku mau bilang, aku bareng Nathan saja, ya?” kata Migy takut-takut.“Hah? Terus aku sendirian?” ucap Kalvi tidak percaya.Mi
Malam harinya, Migy mendapat pesan dari Kalvi.“Migy…..”“Besok kan kita libur, mau jalan bareng aku, nggak?”Migy yang membaca pesan teks itu mulai terlihat bingung. Dari awal ia telah diwanti-wanti oleh Nenek untuk menjauhi Kalvi. Namun, sekarang iatidak mempunyai keberanian untuk memutuskan Kalvi, karena bagaimana pun merekabaru saja jadian, dan alasan untuk mengakhiri hubungan pun masih belum pasti.Mendadak Migy dilema berat. Dalam hati, ia memikirkan cara untuk mencari alasan yang tepat untuk membuat Kalvi mengerti.“Mau kemana?” balas Migy.“Kita jalan ke taman hiburan, mau nggak?”“Oke, besok kita ketemuan di rumah kamu saja.” Migy mengakhiri pesannya dan mematikan ponselnya.Sambil merebahkan badannya di ranjang, Migy kembali menimang mengenai pertemuannya besok dengan Kalvi. Karena bagaimana pun, saat inidirinya akan selalu mendapat p
Di rumah, Kalvi selalu memikirkan kedekatan Migy dan Andre. Ia merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan saat ini, di satu sisi mereka baru menjalani hubungan romantis. Memikirkan hal itu, Kalvi ingin sekali mengatakan kepada Andre bahwa saat ini dia cemburu!“Ahhh. Kenapa sih sulit sekali mendapatkan seluruh hati Migy?” kata Kalvi bergumam kesal.Sambil mondar-mandir, Kalvi memikirkan rencana dan liburan romantis untuk Migy. Sekaligus ini adalah tahap pertama untuk mendekatkan perasaan mereka.Dengan tidak sabar Kalvi menghubungi Peter untuk menanyakan rekomendasi tempat kencan favorit yang cocok untuk dikunjungi.“Halo,” jawab Peter di seberang telepon.“Peter, lo di mana?” tanya Kalvi.“Gue di rumah, kenapa bro?”Kalvi duduk di samping balkon kamarnya, “Gini, gue mau nanya. Lo punya tempat rekomendasi buat tempat kencan, gak?”“Wuiih, mau kencan nih?” go
Setelah mengikuti kepergian Kalvi dan Megan dari belakang. Lois akhirnya tiba di sebuah Mall, di sana ia memarkirkan motornya. Lalu diam-diam mengikuti Kalvi.Sementara itu, Kalvi dan Megan telah memasuki area khusus penjual buku dan alat tulis.“Kak, aku mau cari buku ekonomi sama akuntansi,” kata Megan berbicara pada Kalvi.“Ya sudah, kamu cari saja dulu. Aku tunggu di sana,” tunjuk Kalvi pada tempat penjual minuman.Megan menggeleng pelan, “Jangan, Kakak harus temani aku mencari buku, oke?” rengek Megan sambil menarik lengan Kalvi mendekat padanya.Hal tersebut membuat Kalvi menghela napas lelah. Mau tidak mau harus menuruti kemauan Megan, sedangkan ia telah merasa gelisah memikirkan Migy yang pulang sendirian di sekolah.“Ya kak? Ayo kita cari bersama,” ajak Megan sambil menggandeng tangan Kalvi.Rupanya, kejadian itu tidak luput dari pantauan Lois yang mengikuti mereka berdua sejak
Sepulang sekolah, Migy diminta oleh kepala sekolah untuk mengumpulkan seluruh anggota osis. Rencananya, mereka akan mengadakan perlombaan akhir tahun ajaran di sekolah.Sementara itu, Kalvi yang sedang menunggu Migy di depan kelas diberitahu Migy untuk pulang lebih duhu.“Kalvi, aku ada rapat osis dulu. Kamu pulang saja duluan,” kata Migy memberi tahu.“Kamu nanti pulang bareng siapa? Apa aku tunggu di sini aja, sampai kamu selesai rapat?” kata Kalvi memastikan.Migy merasa tidak enak hati membiarkan Kalvi harus menunggu dirinya sendirian. Sementara, rapat osis biasanya akan berlangsung satu hingga dua jam.“Mmm. Kamu pulang aja duluan. Nanti aku bisa pulang sendiri kok.”“Kamu gak apa-apa? benaran?” tanya Kalvi sambil meyakinkan Migy.Migy mengangguk yakin. “Iya, sudah sana pulang. Aku mau kumpulin anggota osis yang lain,” kata Migy tersenyum.Kalvi pun membiarkan Mig